Jalan Umum Kembali ”Diserbu” Ribuan Angkutan Batubara
Padatnya angkutan batubara di jalan umum menyebabkan kemacetan panjang. Waktu tempuh akibatnya molor hingga berjam-jam lamanya.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
BATANGHARI, KOMPAS — Pengguna jalan negara yang menghubungkan Jambi dan Sarolangun di wilayah Batanghari kembali terganggu oleh ribuan angkutan batubara yang memadati jalan. Jalan dua arah itu dipadati truk pengangkut hasil tambang batubara hingga menimbulkan macet belasan kilometer.
Kemacetan panjang terjadi Kamis pukul 21.00 hingga Jumat dini hari (12-13/5/2022). Jalur dari arah mulut tambang menuju Muara Tembesi, yang merupakan jalur menuju Kota Jambi, yang dilintasi ribuan angkutan batubara. Pada sejumlah titik, didapati angkutan batubara mogok dan rusak. Keberadaan angkutan yang mandek di jalan memperparah kemacetan.
Pengemudi jasa travel jurusan Jambi-Kerinci, Andri, menyebut kondisi macet parah kembali berulang dan rutin terjadi setiap malam sepekan terakhir. Selepas Lebaran, angkutan batubara diperbolehkan kembali melintasi jalan umum. Akibatnya, pengguna lainnya terganggu
”Kondisi begini sangat meresahkan. Harusnya angkutan batubara punya jalur khusus, bukan lewat jalan umum,” katanya.
Salah seorang pengguna jalan yang hendak bertolak menuju Kerinci, Jasra, menambahkan, waktu tempuh jadi molor hampir empat jam. Kemacetan parah itu juga merugikan masyarakat pengguna jalan umum karena terbebani bahan bakar minyak yang lebih boros. ”Penggunaan bensin jadi lebih bengkak Rp 50.000 sekali trip,” lanjutnya.
Mengurai kemacetan
Di sejumlah lokasi, tampak aparat TNI dan polisi berupaya mengurai kemacetan. Aparat juga menegur para pengemudi angkutan batubara yang kendaraannya mogok di tepi jalan. Sejumlah pengemudi dihukum push up di tempat.
Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jambi Komisaris Besar Dhafi mengatakan, selama masa Lebaran, angkutan batubara dilarang melintas. Setelah Lebaran, kendaraan pengakut batubara diperbolehkan kembali melintasi jalan negara. Akibatnya, terjadi lonjakan kepadatan yang menyebabkan macet parah sejak empat hari terakhir.
Kondisi begini sangat meresahkan. Harusnya angkutan batubara punya jalur khusus, bukan lewat jalan umum. (Andri)
Ia menyebut selama masa Lebaran, angkutan batubara dilarang melintas, angka kecelakaan lalu lintas sempat turun, yakni 9 kasus dari 28 April hingga 9 Mei. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan sebelum Lebaran yang mencapai 43 kasus dari 29 Maret hingga 9 April. Lalu lintas selama periode sebelum Lebaran diindikasikan terkait kepadatan angkutan batubara di jalan umum.
Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan kebijakan yang kuat dari Pemerintah Provinsi Jambi untuk memastikan pembangunan jalur khusus angkutan batubara. ”Sehingga jalan negara tidak terdampak negatif oleh aktivitas industri batubara ini,” lanjutnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jambi Ismed Wijaya mengatakan, ada 6.000-an unit pengangkut batubara beroperasi di Jambi. Dari jumlah tersebut, hanya 1.500-an unit yang telah terdata pemda. ”Selebihnya belum terdata,” ujarnya.
Selain mengganggu keamanan dan kenyamanan pengguna jalan umum, padatnya angkutan batubara turut menggerogoti penggunaan solar bersubsidi. Selama ini, para pemegang izin tambang tak menyuplai bahan bakar untuk angkutan batubara. Akibatnya, sopir angkutan batubara memenuhi stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) untuk membeli solar bersubsidi.
Hal itu menciptakan rentetan persoalan. Antrean panjang memenuhi SPBU, warga yang semestinya berhak membeli solar subsidi jadi tidak kebagian dan jalan negara jadi cepat rusak karena dipadati angkutan batubara dengan muatan berlebih. Yang lebih parah, kerap terjadi kecelakaan lalu lintas karena angkutan batubara ngebut.