Volume Kunjungan Lebaran di Candi Borobudur Belum Capai Kondisi Saat Normal
Selama masa libur Lebaran, jumlah pengunjung Candi Borobudur meningkat pesat dibandingkan hari biasa. Namun, volume kunjungan yang terjadi belum mampu menyamai kondisi normal sebelum pandemi,
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sekalipun sudah terjadi peningkatan dibandingkan hari-hari biasa, volume kunjungan wisatawan selama masa libur Lebaran 2022 di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, masih tetap belum berhasil mencapai kunjungan saat Lebaran pada kondisi normal sebelum pandemi.
Selain karena kondisi ekonomi masyarakat yang diduga masih terdampak pandemi, hal ini juga terjadi karena masih belum dibukanya akses kunjungan untuk masuk ke struktur bangunan candi.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur Aryono Hendro Malyanto mengatakan, capaian dan apa yang terjadi di musim libur Lebaran kali ini memang sudah sesuai prediksi sebelumnya, yakni tingkat kunjungan wisatawan tidak mungkin langsung pulih.
”Sama seperti perekonomian masyarakat terdampak pandemi yang perlu waktu untuk kembali bangkit, kunjungan wisatawan juga tidak mungkin pulih secepat kilat,” ujarnya, Selasa (10/5/2022).
Volume kunjungan yang belum normal tahun ini terlihat mencolok dibandingkan dengan capaian kunjungan di masa libur Lebaran di tahun 2019, di tahun terakhir sebelum pandemi.
Tiga tahun lalu, jumlah kunjungan wisatawan terpantau meningkat sejak H-5 Lebaran dengan jumlah wisatawan 6.381 orang. Angka ini sudah jauh di atas angka rata-rata kunjungan di hari biasa, yang berkisar 3.000-4.000 orang per hari.
Namun, pada tahun 2022, angka kunjungan pada H-5 Lebaran terdata 856 orang. Setelah itu, peningkatan jumlah kunjungan pun bergerak lambat dengan catatan angka kunjungan masih di bawah 10.000 orang per hari. Pada H+1 Lebaran, barulah angka kunjungan terdata 16.537 orang.
Tahun ini, H+3 Lebaran yang biasa diandalkan menjadi puncak kunjungan pun masih jauh dari kondisi puncak kunjungan di masa libur Lebaran di tahun-tahun sebelum pandemi
”Puncak kunjungan pada kondisi normal biasanya mampu menembus angka lebih dari 50.000 orang, dan pada libur Lebaran lalu, angka kunjungan tertinggi hanya 31.089 orang,” ujarnya.
Setelah mencapai puncak kunjungan, maka seperti yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, jumlah kunjungan kembali menunjukkan tren menurun. Pada Senin (9/5/2022), jumlah wisatawan yang datang berkunjung terdata sebanyak 7.018 orang.
Selama masa libur Lebaran, rata-rata jumlah wisatawan yang membatalkan kunjungan karena tidak bisa naik ke bangunan candi sekitar 100 orang per hari. (Hendro Maljanto)
Selain karena perekonomian masyarakat yang masih terdampak pandemi, peningkatan kunjungan wisatawan di tahun ini juga belum bisa diharapkan karena struktur bangunan candi hingga saat ini masih tertutup bagi pengunjung.
”Selama masa libur Lebaran, rata-rata jumlah wisatawan yang membatalkan kunjungan karena tidak bisa naik ke bangunan candi sekitar 100 orang per hari,” ujarnya.
Destinasi utama
Animo wisatawan untuk menaiki struktur Candi Borobudur terbilang masih cukup tinggi. Jika kemudian hal ini tidak kunjung diperhatikan, maka Candi Borobudur yang semula menjadi pilihan destinasi utama kunjungan dikhawatirkan akan tergeser menjadi sekadar alternatif destinasi kedua karena banyak orang sudah mencari pilihan destinasi yang lain.
Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Wiwit Kasiyati mengatakan, hingga saat ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi belum mengeluarkan izin pembukaan akses kunjungan ke struktur bangunan candi. Wisatawan hanya diizinkan untuk berkunjung hingga ke halaman atau pelataran candi saja.
Wiwit mengatakan, aturan pembatasan kunjungan hingga ke pelataran tersebut berlaku untuk masyarakat umum, termasuk umat Buddha yang nantinya akan menggelar perayaan Tri Suci Waisak pada Senin (16/5/2022).
Penutupan akses kunjungan ke Candi Borobudur mulai dilakukan pada awal pandemi di tahun 2020. Selain untuk menghindari risiko penularan Covid-19 pada keramaian pengunjung yang datang, penutupan candi juga dinilai perlu dilakukan demi alasan konservasi candi.