Dongkrak Ekonomi Masyarakat, Pasar E-peken Surabaya Diperluas
Pemerintah Kota Surabaya memperluas pasar E-peken untuk meningkatkan penghasilan UMKM dan masyarakat berpenghasilan rendah. Jika sebelumnya terbatas bagi ASN, kini warga umum bisa mengakses.
Oleh
AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jaawa Timur, terus berupaya mendongkrak ekonomi rakyat dengan mengoptimalkan toko kelontong dan usaha mikro, kecil, dan menengah dari masyarakat berpenghasilan rendah. Salah satu caranya dengan memperluas pasar aplikasi pemasaran digital E-peken dari sebelumnya hanya pegawai Pemkot Surabaya ke seluruh masyarakat.
Langkah itu salah satunya dilakukan dengan mengoptimalkan E-peken untuk mendongkrak transaksi perbelanjaan. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Surabaya M Fikser, Rabu (13/4/2022), mengatakan, pemkot terus mengoptimalkan E-peken untuk mendongkrak ekonomi kerakyatan. Yang terbaru, belanja melalui E-peken sudah bisa dilakukan oleh masyarakat umum.
Ia menjelaskan, meski E-peken masih berbasis web mobile, ke depan diupayakan agar bisa berbasis aplikasi Android dan IOS. Untuk sementara ini pemkot lebih fokus mempromosikan E-peken kepada masyarakat luas. ”Dengan membuka kesempatan bagi masyarakat Surabaya untuk belanja melalui E-peken, secara otomatis pedagang yang berjualan melalui aplikasi itu bisa terdongkrak penghasilannya,” kata Fikser.
Apalagi, transaksi pembelian melalui E-peken bagi ASN dan masyarakat umum ada perbedaan. Bagi ASN, transaksi pembelian wajib mengisi nomor induk kependudukan (NIK), sedangkan masyarakat umum cukup menggunakan verifikasi kode pembelian. Kewajiban mencantumkan NIK bagi ASN untuk mendeteksi ASN itu belanja atau tidak di E-peken.
Fikser menyatakan, mulai Senin (11/4/2022), transaksi pembelian di E-peken sudah dapat dilakukan oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, pihaknya juga berharap kepada masyarakat agar dapat mendukung program ekonomi kerakyatan tersebut. ”Cara ini untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan warga Surabaya,” ujarnya.
Cara ini untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan warga Surabaya (Fikser).
Hingga saat ini, ada 1.737 merchant atau pedagang yang terdaftar di E-peken. Pedagang tersebut terdiri dari 820 toko kelontong, 751 pelaku UMKM, 165 sentra wisata kuliner (SWK), dan 1 rumah daging.
Menurut Ainurrochma (33), pemiliki toko kelontong ”Zainal” di Jalan Gembong, Surabaya, dengan bergabung dengan E-peken, lonjakan permintaan barang bisa diantisipasi pengadaannya. ”Harga barang melalui E-peken pun cenderung lebih murah ketimbang harga di pasaran karena pembelian barang langsung dari distributor atau agen yang difasilitasi pemkot,” katanya.
Penjualan berbagai kebutuhan pokok diperkirakan bakal meningkat karena saat ini E-peken bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Surabaya. ”Selama ini yang belanja di E-peken masih pegawai di lingkungan pemkot saja. Omzet terus meningkat dan perputaran barang lebih cepat. Semoga dengan terbuka bagi seluruh warga Surabaya, penghasilan UMKM kian melejit,” katanya.
Kebutuhan pokok
Semua pedagang telah melalui kurasi yang dilakukan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopdag) Surabaya. Di dalam E-peken tersebut, kata Fikser, warga bisa memilih beragam toko kelontong yang menyediakan berbagai bahan kebutuhan pokok.
Bahkan, warga juga dapat memilih lokasi toko yang terdekat dengan domisili rumahnya. Di E-peken tersedia juga produk-produk UMKM, mulai dari busana, kerajinan, hingga kuliner. ”Warga bisa memilih ambil produknya di toko langsung atau menggunakan jasa antar,” ujarnya.
Terbaru, E-peken sudah dilengkapi dengan rumah daging yang merupakan hasil kerja sama dengan Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya. Untuk itu, melalui aplikasi itu, warga bisa mendapatkan daging segar dan berkualitas.
Fikser yang juga mantan Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya ini menambahkan bahwa pihaknya juga telah mendaftarkan E-peken ke Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa (LKPP) dan saat ini sudah berproses. Artinya, E-peken yang menjadi salah satu program pemberdayaan ekonomi kerakyatan pemkot dapat dipertanggungjawabkan.
”Di E-peken ini, pemkot tidak ambil untung. Kami hanya sebagai regulator untuk memfasilitasi antara toko kelontong dan UMKM dengan konsumen.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah serta Perdagangan Fauzie Mustaqiem Yos menjelaskan, Pasar Gotong Royong Ramadhan bertujuan mempermudah akses warga mendapatkan kebutuhan bahan pokok dengan harga yang lebih ekonomis. Pada skala yang lebih luas, kegiatan ini akan dapat menekan dampak fluktuasi harga dari kelangkaan komoditas yang saat ini dirasakan masyarakat.
Pasar Gotong Royong Ramadhan juga diharapkan dapat memaksimalkan peran pelaku UMKM dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi di Kota Surabaya. ”Selain itu, kegiatan ini merupakan bentuk dukungan kepada pelaku UMKM berupa display produk dengan tujuan untuk memperkenalkan produk-produk UMKM,” katanya.
Menurut Camat Tambaksari Laksita Rini Sevriani, Pasar Gotong Royong di Tambaksari diikuti 44 pelaku UMKM di wilayah tersebut. Laksita menyebut, pelaku UMKM yang terlibat dalam kegiatan ini bukan hanya berupa produk makanan dan minuman siap saji, melainkan juga aksesori dan pakaian.