Antrean Kendaraan untuk Membeli Solar Masih Terjadi di Lampung, Sopir Siapkan Solar Cadangan
Kelangkaan solar masih menimbulkan antrean panjang kendaraan di sejumlah SPBU. Semua pihak mendesak pemerintah agar menambah kuota solar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Antrean kendaraan yang hendak mengisi solar di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Lampung hingga kini masih terus terjadi. Sopir truk harus menyiapkan solar cadangan untuk mengantisipasi kehabisan BBM. Semua pihak mendesak pemerintah agar menambah kuota solar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan pantauan Kompas pada Selasa (5/4/2022), antrean kendaraan yang didominasi truk masih terjadi di sejumlah SPBU di Kota Bandar Lampung dan Lampung Selatan. Kendati begitu, antrean kendaraan truk dan bus tidak sampai keluar dari SPBU.
Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan antrean kendaraan di SPBU dua pekan lalu. Saat itu, banyaknya truk yang antre hingga jalan lintas Sumatera menimbulkan kemacetan lalu lintas di sejumlah titik.
Bagio (46), salah satu sopir truk lintas provinsi, menuturkan, ia masih harus mengantre selama 2-3 jam untuk mendapatkan solar di SPBU. Untuk mengantisipasi kehabisan bahan bakar di jalan, ia mengaku menyiapkan solar cadangan di dirigen.
Hal itu dilakukan karena tidak semua SPBU mempunyai stok solar. ”Kalau sampai macet di jalan, bisa repot. Jadi perlu membawa solar cadangan,” ujarnya.
Kepala Bidang SPBU Hiswana Migas Lampung Doni Irawan mengungkapkan, distribusi pasokan solar untuk SPBU di Lampung dikurangi sejak dua bulan terakhir. SPBU yang biasanya bisa mendapat jatah 16 kiloliter per hari, saat ini hanya mendapat 8 kiloliter per hari. Bahkan, ada sejumlah SPBU yang tidak mendapatkan kiriman solar secara rutin sehingga stoknya kosong.
Pengurangan pasokan solar dari Pertamina tersebut akhirnya memicu antrean kendaraan terutama truk di banyak SPBU di Lampung. Sejumlah masyarakat yang khawatir stok solar semakin langka juga diprediksi mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian solar secara berlebihan.
Butuh solusi
Menurut dia, persoalan kelangkaan solar ini membutuhkan solusi dari pemerintah pusat, khususnya BPH Migas yang mengatur kuota solar untuk daerah. Sebelumnya, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Lampung terkait usulan penambahan kuota solar sebanyak 26 persen untuk Lampung.
”Kami menagih janji BPH Migas untuk segera menambah kuota solar untuk Lampung agar tidak terjadi kelangkaan,” kata Doni kepada Kompas.
Sebagai jalur distribusi logistik di Sumatera, Lampung semestinya mendapat tambahan kuota solar. Pasalnya, pengguna solar tidak hanya truk asal Lampung, tetapi juga kendaraan dari luar daerah yang melintasi Lampung. Apalagi, sebagian besar angkutan logistik dan penumpang mengandalkan solar bersubsidi.
Ia memprediksi, kelangkaan solar akan kembali terjadi di Lampung menjelang akhir tahun jika BPH Migas tidak menambah distribusi kuota solar. Pasalnya, kuota solar yang didistribusikan oleh Pertamina akan habis lebih cepat karena tingginya permintaan BBM bersubsidi tersebut.
Pemerintah, kata Doni, juga harus memastikan agar distribusi Pertalite berjalan lancar di tengah kenaikan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax. Hal itu penting agar tidak menimbulkan kekhawatiran di masyarakat sehingga memicu antrean pembelian Pertalite di SPBU.
Kalau sampai macet di jalan, bisa repot. Jadi perlu membawa solar cadangan.
Terkait hal tersebut, Area Manager Communication Relations & CSR Sumbagsel Tjahyo Nikho Indrawan menyatakan, stok BBM di wilayah Lampung mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan data per 27 Maret 2022, stok Pertalite secara nasional 1,16 juta kiloliter (kl), atau bisa bertahan hingga 15,7 hari ke depan.
”Kami pastikan stok Pertalite mencukupi. Pertamina Patra niaga menjamin pasokan BBM pada bulan Ramadhan dalam kondisi aman. Berdasarkan catatan kami, untuk wilayah Lampung, ketahanan stok Pertalite pada Selasa (5/4/2022) sekitar 7.886 kiloliter,” Kata Nikho.
Pertamina Patra Niaga juga memastikan ketahanan stok BBM selama Ramadhan dan Idul Fitri. Pihaknya telah menyiapkan antisipasi peningkatan konsumsi BBM masyarakat yang diperkirakan naik berkisar 10-15 persen.