Ekspor Pupuk dari Kotoran Kelelawar Meningkat Berkali Lipat
Indonesia untuk pertama kalinya mengekspor pupuk yang terbuat dari kotoran kelelawar atau ”bat guano” dengan tujuan Australia. Volume ekspor pupuk tersebut meningkat berkali lipat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kementerian Pertanian untuk pertama kalinya memberikan fasilitas berupa sertifikasi ekspor pupuk yang terbuat dari kotoran kelelawar atau bat guano dengan tujuan Australia. Volume dan nilai ekspor pupuk tersebut meningkat berkali lipat tahun ini dan terjadi penambahan jumlah negara tujuan.
Karantina Pertanian Surabaya, Rabu (30/3/2022), menyatakan, sebanyak 129,76 ton pupuk guano dalam kondisi aman dan tidak berpotensi mengandung bahan berbahaya. Pupuk dengan nilai Rp 838 juta itu dinyatakan layak diekspor ke Australia. Eksportasi dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
”Kami telah memeriksa kelengkapan dokumen administrasi dan kondisi pupuk guano sesuai standar sertifikasi perdagangan barang. Tujuannya untuk memastikan bebas dari avian influenza (AI) yang merupakan hama penyakit hewan karantina (HPHK) guna memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan,” ujar Lesty, dokter hewan pada Karantina Pertanian Surabaya.
Lesty mengatakan, avian influenza (AI) atau disebut juga flu burung merupakan penyakit zoonosis yang dapat menular pada manusia. AI dapat menginfeksi unggas, seperti burung, bebek, angsa, dan ayam.
Pupuk guano harus terbebas dari AI karena merupakan jenis pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran kelelawar, burung laut, dan anjing laut yang sudah mengendap lama di dalam gua.
Bahan baku pupuk ini dipanen dari Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua, sebagian Sumatera, Madura dan Nusa Tenggara Timur. Jawa Timur merupakan salah satu daerah pengolah pupuk guano terbesar di Indonesia. Manfaat pupuk ini adalah untuk meningkatkan kesuburan tanah yang kekurangan unsur hara.
Berdasarkan data lalu lintas komoditas pertanian, IQFAST, di wilayah Jatim tercatat 20 ton pupuk guano berhasil diekspor ke Amerika Serikat pada tahun 2021. Pada tahun ini ada perluasan pasar ekspor, yakni Australia.
”Ekspor pupuk guano dengan tujuan Australia ini merupakan ekspor perdana dari Jatim,” kata Kepala Karantina Pertanian Surabaya Cicik Sri Sukarsih.
Menurut Cicik, selama kurun waktu Januari hingga Maret 2022, volume ekspor pupuk guano 152,76 ton atau meningkat berkali lipat dibandingkan dengan tahun 2021 yang hanya 20 ton. Negara tujuan pengiriman pupuk adalah Amerika Serikat dan Australia.
Ekspor pupuk guano dengan tujuan Australia ini merupakan ekspor perdana dari Jatim. (Cicik Sri Sukarsih)
Karantina Pertanian Surabaya terus berkomitmen kuat dalam mendukung upaya ekspor yang dilakukan oleh masyarakat Jatim. Komitmen itu salah satunya diwujudkan melalui program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian.
Dalam program ini, banyak kemudahan yang diberikan kepada para eksportir, terutama di bidang sertifikasi produk.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian Bambang mengatakan, Australia merupakan pasar ekspor baru untuk komoditas unggulan pupuk guano. Ekspor ini diharapkan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
”Barantan memastikan, seluruh komoditas pertanian yang diekspor telah memenuhi persyaratan negara tujuan sehingga tidak ada penolakan atau notification of non compliance (NNC) yang dapat merugikan eksportir,” ucap Bambang.
Berdasarkan data BPS, ekspor pertanian hingga Februari 2022 naik 11,45 persen secara tahunan. Momen peningkatan ekspor yang telah tercatat pada tahun 2019 sampai dengan 2021 dan akan terus dijaga melalui program on-farm, off-farm, dan kolaboratif dengan berbagai pihak.
Pisang
Sementara itu, masih terkait dengan komoditas pertanian, Pemerintah Provinsi Jatim terus berupaya memperluas akses ekspor pisang di pasar global, terutama komoditas buah-buahan, seperti pisang. Jatim merupakan daerah penghasil pisang terbesar di Indonesia pada 2020 dengan total produksi lebih dari 2,6 juta ton atau 32 persen dari produksi pisang nasional.
”Jatim akan terus berupaya meningkatkan produksi, baik dari segi kuantitas, kontinuitas, maupun kualitas,” kata Khofifah saat mendampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam acara panen perdana pisang cavendish di Desa Pulung, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo.
Khofifah mengatakan, pihaknya telah mengembangkan program hortikultura berorientasi ekspor untuk menyubstitusi impor produk hortikultura dan meningkatkan pemerataan ekonomi di daerah. Berdasarkan data eksportasi komoditas pertanian Jatim selama 15 hari (16-30 Desember 2021), volume ekspor sebesar 142.275 ton dengan nilai 2,71 triliun.
Nilai ekspor itu, antara lain, berasal dari komoditas hortikultura sebesar Rp 297 miliar atau 10,96 persen dari total ekspor. Daerah dengan produksi pisang tertinggi di Jatim secara berurutan adalah Kabupaten Malang, Pasuruan , Lamongan, Banyuwangi, Lumajang, dan Ponorogo.
Menurut Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama ini, seiring masifnya kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan petani, upaya meningkatkan produktivitas, daya saing, dan kontinuitas produk pisang cavendish dalam kerangka memenuhi kebutuhan pasar lokal dan pasar global bisa menjadi lebih baik.
Hal tersebut tentunya berdampak langsung pada kenaikan nilai tukar petani (NTP) Jawa Timur. Pada Desember 2021, NTP Jatiim secara umum naik 1,33 persen dari 100,88 menjadi 102,22.
Subsektor yang mengalami kenaikan NTP terbesar terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 12,35 persen. Kenaikan tersebut diikuti pula oleh peternakan sebesar 0,32 persen, tanaman pangan 0,11 persen, dan tanaman perkebunan rakyat 0,01 persen.
Di sisi lain, saat ini penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman hortikultura perlu ditekankan pada mutu komoditas agar produk yang dihasilkan tetap segar dan mencegah kerusakan, baik secara fisik maupun kimiawi. Selain itu, memperpanjang daya simpan produk dan menyiapkan hasil panen menjadi produk olahan yang siap dipasarkan dan dikonsumsi.
”Saya berharap, pengembangan pisang cavendish di Ponorogo ini menjadi momentum membangun optimistis untuk Jatim bangkit guna meningkatkan motivasi, inovasi, kemandirian petani, dan para pelaku agrobisnis agar dapat lebih berdaya saing,” tuturnya.