Pemerintah Kota Surabaya berusaha mengamankan distribusi minyak goreng dengan operasi pasar untuk menekan potensi komoditas ini langka dan harga melonjak.
Warga membeli minyak goreng saat operasi pasar minyak goreng curah untuk pedagang di Pasar Tambahrejo, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/2/2022). Minyak goreng curah dalam operasi pasar tersebut dijual Rp 10.500 per liter. Saat ini, harga minyak goreng curah di pasaran Surabaya mencapai Rp 20.000 per liter. Tidak ada batasan jumlah pembelian dalam operasi pasar tersebut.
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, masih akan mengadakan operasi pasar untuk menjamin kelancaran penyaluran minyak goreng. Operasi pasar diharapkan mengatasi kendala kelangkaan pasokan saat kebutuhan tinggi terutama mendekati Ramadhan yang memicu kenaikan kembali harga minyak goreng.
Kenaikan harga minyak goreng menjadi salah satu pemicu inflasi di Surabaya sebesar 0,04 persen pada Februari 2022. Pada bulan itu sempat terjadi kelangkaan minyak goreng yang memicu kenaikan harga komoditas tidak terkendali.
Produk yang biasanya dijual Rp 14.000 per liter bisa menjadi dua kali lipat sehingga memaksa pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) sekaligus operasi pasar secara serentak di seluruh negeri.
Penetapan HET dan operasi pasar secara serentak mulai dapat mengatasi kelangkaan minyak goreng. Namun, sampai dengan Jumat (4/3/2022), kendala distribusi komoditas ini masih ditemui. Kendala itu terlihat dari harga di pasar di mana ada pedagang yang menjual sedikit di atas HET. Di sejumlah retail, stok minyak goreng selalu cepat habis.
Di sejumlah retail Indomaret dan Alfamart di Jambangan, stok baru minyak goreng ludes tidak sampai 1 jam sejak diletakkan di rak penjualan oleh pengelola. Di warung atau toko aneka pangan, harga minyak goreng biasanya lebih tinggi setidaknya Rp 3.000-Rp 4.000 karena pedagang mendapatkan komoditas di pasar atau retail senilai HET atau lebih tinggi.
Untuk minyak goreng curah, HET senilai Rp 11.000 per Liter. Namun, di sejumlah pasar, harga jualnya berkisar Rp 13.000-Rp 14.000 per Liter atau ada kenaikan 25-30 persen.
Masih sulit mendapat minyak goreng kemasan masih dialami konsumen di wilayah Gunung Anyar, Rungkut, dan Medokanayu. Rak swalayan umumnya masih kosong minyak goreng, dengan alasan pasokan memang belum lancar.
Sementara pedagang toko kelontong di Gunung Anyar, Najib (45), mematok harga minyak goreng kemasan Rp 38.000-Rp 40.000 per 2 liter. ”Perbedaan harga Rp 2.000 tergantung merek minyak goreng,” katanya. Sementara minyak goreng curah, sampai sekarang dia belum mendapat pasokan lagi dari agen.
Menurut Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan Surabaya Fauzie Mustaqiem Yos, pemerintah akan terus mengadakan operasi pasar untuk menjamin distribusi minyak goreng. Apalagi bulan puasa atau Ramadhan sudah dekat. Saat Ramadhan, biasanya konsumsi aneka pangan masyarakat meningkat signifikan.
”Pola operasi pasar masih akan ditempuh untuk menjamin ketersediaan minyak goreng dengan harga terjangkau,” ujar Fauzie.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji seusai mengunjungi pabrik minyak goreng di ibu kota Jatim itu mengatakan, kalangan pengusaha minyak goreng berkomitmen untuk mendistribusikan sebagian produksi komoditas ini bagi kepentingan dalam negeri.
”Kunjungan saya untuk memastikan tidak ada upaya penimbunan,” kata Armuji seusai mengunjungi pabrik minyak goreng PT Salim Ivomas Pratama Tbk.
Untuk membantu sebagian warga terdampak Covid-19 sekaligus peringatan hari ulang tahun, Satuan Polisi Pamong Praja dan Satuan Perlindungan Masyarakat Surabaya membagikan 2.550 liter minyak goreng secara gratis. Pembagian itu merupakan bagian dari rangkaian bakti sosial peringatan 72 Tahun Satpol PP dan 60 Tahun Satlinmas.
Situasi pandemi Covid-19 yang belum teratasi turut berkontribusi dalam masalah minyak goreng.
Menurut Kepala Satpol PP Surabaya Eddy Christijanto, pembagian minyak goreng diadakan secara merata di 31 kecamatan. Pembagian minyak goreng dan kebutuhan pokok ditujukan kepada warga terdampak Covid-19 dari kalangan tidak mampu atau miskin. Pembagian itu didahului dengan mekanisme pendataan oleh aparatur kelurahan.
Mekanisme
Ekonom Universitas Airlangga, Surabaya, Rossanto Dwi Handoyo, mengatakan, kelangkaan atau saat ini ketidaklancaran distribusi minyak goreng tidak terlepas dari mekanisme penawaran dan permintaan. Minyak goreng adalah komoditas amat penting karena menjadi bagian dari konsumsi keseharian warga Indonesia. Komoditas ini selalu berkontribusi terhadap inflasi.
Rossanto melanjutkan, kelangkaan komoditas secara sederhana terkait kenaikan permintaan yang tidak terpenuhi oleh suplai dengan asumsi produksi minyak goreng tidak turun. Di dunia sedang terjadi kenaikan harga minyak nabati dari 1.100 dollar AS ke 1.340 dollar AS per ton. ”Itu memicu produsen lebih memilih menjual minyak goreng ke luar negeri demi keuntungan yang lebih besar,” ujarnya.
Produsen hanya bisa dipaksa melalui regulasi pemerintah untuk memasarkan sebagian produk demi kepentingan dalam negeri. Selain itu, pemerintah masih melanjutkan program B30 atau biodiesel, yakni pencampuran minyak nabati (30 persen) dengan bahan bakar minyak fosil (70 persen).
Program ini jelas ”mengganggu” distribusi minyak nabati untuk konsumsi manusia karena pengusaha harus memenuhi pasar produksi biodiesel sampai 30 persen.
”Situasi pandemi Covid-19 yang belum teratasi turut berkontribusi dalam masalah minyak goreng,” ujar Rossanto. Sejumlah negara sedang mengalami gelombang ketiga atau keempat yang memicu kenaikan konsumsi minyak nabati dari kelapa sawit.
Di sisi lain, produksi minyak goreng berlangsung secara terbatas, tetapi distribusi menjangkau seluruh pelosok Nusantara sehingga terkena biaya pengiriman. Biaya itu juga berkontribusi menaikkan harga minyak goreng.