Bersama Lummo, Menyapa Pelanggan Demi Bisnis Lebih Baik
Konsep D2C kemudian makin mendapat tempat seiring belum berakhirnya pandemi Covid-19. Perusahaan tradisional pun harus menggunakan berbagai kanal marketing.
Data adalah new oil, komoditas minyak yang baru. Bagi pelaku usaha kecil menengah, ketersediaan data yang akurat sangat membantu untuk membina hubungan dengan pelanggan. Data mutlak ada untuk meraih sukses dalam berbisnis.
“Dulu (kami) tidak paham data konsumen. Sebelum bergabung dengan Lummo, data (pelanggan) bertebaran,” kenang Fitria, pemilik PAV Food, Sabtu (12/2/2022) dihubungi dari Jakarta.
Sejak bulan Januari 2021, Fitria bergabung dengan LummoSHOP, sebagai bagian dari Lummo, perusahaan rintisan bagi layanan perangkat lunak penghubung bisnis dengan pelanggan atau software-as-a-service (SaaS). Perlahan namun pasti, dia mulai dapat mengumpulkan data pelanggan.
Dari Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, PAV Food kemudian kian berekspansi. “Omzet naik karena bisa maintain, menjaga konsumen kita,” kata Fitria, yang mulai berbisnis di tahun 2015. Produk dari PAV Food adalah frozen food berbagai ragam pizza dengan citarasa yang dilokalkan.
Awalnya, Fitria bergabung dengan lokapasar. Namun dia merasa ada hambatan untuk dapat menjalin relasi dengan pelanggannya. “Di e-commerce lain, saya juga harus bikin sendiri database pelanggan,” ujarnya.
Setelah data pelanggan terkumpul, dulu Fitria sempat mengontak satu per satu pelanggan dengan aplikasi percakapan. Yang terjadi justru dirinya diblok. Padahal, dia sangat menginginkan ada pesanan yang berulang.
“Di Lummo, enaknya ada sistem yang merekap data pelanggan. Siapa saja yang pernah order, siapa saja yang repeat order,” ujar Fitria. Sistem dari LummoSHOP bahkan memungkinkan pedagang untuk dapat langsung menghubungi pelanggan melalui aplikasi percakapan.
Situs web resmi toko adalah kekhasan yang dibuatkan oleh LummoSHOP bagi UMKM yang bergabung. UMKM pun dapat menonjolkan mereknya sendiri difasilitasi situs web masing-masing. Mengedepankan pendekatan langsung ke konsumen, disediakan solusi teknologi bagi UMKM sehingga dapat mengakses riwayat pembelian, pengelolaan basis pelanggan, serta data analitik lainnya.
Sistem tersebut tidak sekedar mengoneksikan dengan percakapan bisnis tetapi juga menajemen toko, fitur personalisasi untuk branding bisnis, dan beragam inovasi menarik lainnya.
Digitalisasi memang memberi peluang tanpa batas terutama bagi mereka yang kreatif. Namun, tidak semua orang paham dengan proses digital. “Kami kan juga harus sebar-sebar pamflet. Untungnya, di Lummo tinggal edit (pamflet) kemudian upload,” ujar Fitria.
Berkat Lummo, kata Fitria, produk kuliner yang diproduksi dari dapur PAV Food dapat menemukan pasarnya sampai ke Bali bahkan Papua. Fitria pun mengimpikan Lummo dapat memfasilitasi pengiriman hingga luar negeri. Dengan demikian, dia dapat leluasa berekspansi mencari pasar hingga luar negeri.
Langsung ke konsumen
Menurut pendiri dan Chief Operating Officer Lummo Lorenzo Peracchione, konsep penjualan langsung ke konsumen (direct to consumer/ D2C) terus akan meningkat. “Akan tumbuh lebih tinggi karena mereka punya kontrol sendiri ke bisnis mereka,” ujarnya, Selasa (15/2/2022).
Implementasi konsep D2C di Asia juga relatif tertinggal dibanding misalnya di Amerika. “Penggunaannya di Indonesia juga lebih ke mobile dan media sosial. Sementara di Amerika lebih ke desktop,” kata Peracchione, yang biasa disapa Lore.
Konsep D2C kemudian makin mendapat tempat seiring belum berakhirnya pandemi Covid-19. Perusahaan tradisional pun harus menggunakan berbagai kanal marketing. Tidak hanya menggunakan kanal pemasaran internal tapi juga lokapasar bahkan konsep D2C seperti yang ditawarkan Lummo.
Meski belum dapat mengungkap target UMKM yang akan dilayani Lummo, Lore berniat terus mengawal pertumbuhan UMKM di Indonesia. “D2C ini masih fase awal,” ditekankan Lore.
Investasi Bezos
Hari Selasa (18/1/2022), Lummo telah pula mengumumkan perolehan investasi seri C senilai US$80 juta (sekitar Rp 1,1 triliun) yang dipimpin oleh Tiger Global dan Sequoia Capital India.
Baca juga:
Lummo Umumkan Pendanaan 80 Juta Dollar AS
Sejumlah investor teknologi dan e-commerce global lain yang juga turut serta dalam putaran pendanaan diantaranya CapitalG, dana pertumbuhan independen dari perusahaan induk Google, Alphabet; CEO NuvemShop Santiago Sosa; dan mantan CEO Lazada Max Bittner.
Bezos Expeditions juga menanamkan modalnya di Lummo. “Jeff Bezos secara personal berinvestasi dari fund keluarganya. Kami senang karena dia (Jeff Bezos) merupakan pioneer, pelopor, dari digital e-commerce,” kata Lore.
Transformasi Lummo terbilang cepat. Lummo hadir di Indonesia pada Desember 2019 dengan nama BukuKas, selaku aplikasi pembukuan bagi UMKM. Pada November 2020, BukuKas meluncurkan layanan pembuatan toko daring bernama Tokko yang kini berubah nama menjadi LummoSHOP. Nilai penjualan atau GMV LummoSHOP pun tumbuh 11 kali lipat dari Desember 2020 ke Desember 2021.
Yuti Widyawati, warga Surabaya pendiri Rendang Mamaks, ikut menikmati pertumbuhan bisnis kuliner atas dukungan LummoSHOP. Sejak didirikan 22 Desember 2020, dia langsung berbisnis daring. “Langsung online karena buka bisnis saat pandemic (Covid-19). Frozen food juga lagi meningkat,” kata dia.
Perang harga
Sebagaimana halnya Fitria, Yuti pernah bergabung dengan lokapasar lainnya. “Tapi tidak ada dampak ke penjualan. Produk saya dijejer dengan produk dari toko lain sehingga terkena dampak perang harga,” ujarnya, yang merupakan pensiunan perusahaan telekomunikasi Indosat.
Produk saya dijejer dengan produk dari toko lain sehingga terkena dampak perang harga.
Padahal Yuti menargetkan segmen menengah ke atas. Produknya tidak sensitif harga oleh karena yang dijaga adalah kualitas. Bicara soal kemasan saja, Yuti memilih kemasan terbaik demi menjaga kualitas produknya.
“(Masak) rendang itu kan kayak seni. Masak perang harga,” ujar Yuti. Dia pernah kebingungan menemui rendang yang dijual di lokapasar dengan harga yang begitu murah. “Bagaimana masaknya ya?” tambahnya.
Bulan Juli 2021, ketika mulai terlihat ada denyut kehidupan dalam bisnisnya, Yuti diperkenalkan dengan Lummo. Sejak saat itu, bisnisnya dipandu dari awal mulai dari membuat sendiri situs web hingga kemudian mendesain berbagai promo. Bulan Oktober 2021, dia mengaku mulai bisa meningkatkan skala bisnisnya.
Kehadiran Lummo Semesta, program komunitas dari Lummo, juga membantu pelaku UMKM seperti Yuti. Komunitas mengajari pelaku UMKM mulai dari membuat akun media sosial sampai digital marketing. Lummo Semesta secara gratis juga menghadirkan pembicara untuk berbagi kiat-kiat bisnis.
Komunitas mengajari pelaku UMKM mulai dari membuat akun media sosial sampai digital marketing.
Bagi Yuti, fitur utama dari Lummo adalah ketersediaan dan sistematisasi dari data pembeli. “Dengan adanya data pembeli, saya bisa tahu pelanggan potensial saya. Bisa kontak langsung. Bahkan, ada pelanggan yang bisa complain langsung dengan produk saya,” ujarnya.
Suatu hari, seorang pelanggan mengeluhkan produk rendang yang menurutnya terlalu berminyak. Usai berdiskusi langsung, Yuti kemudian mengirim rendang yang dimasaknya sendiri. “Saya kasih ke dia, gratis. Dia kemudian jadi pelanggan tetap bahkan bisa membeli rendang, dua kali dalam sebulan,” kata Yuti.
Memberi rendang bagi pembeli secara gratis bagi Yuti jelas menimbulkan biaya yang tidak murah. “Tapi cost mencari pelanggan baru, jelas lebih cost lagi,” tegasnya. Dengan data dalam genggamannya, Yuti pun lebih optimistis dalam membina hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggannya sambil menggarap calon pelanggan baru.
Rajin menyapa pelanggan kemudian menjadi kiatnya. Dia akan menyapa bila ada pelanggan yang belum memesan kembali produknya. Pembeli yang hanya sekali saja mengicipi produknya juga akan disapa siapa tahu ada masukan berharga baginya. “Kadang, kita kasih kupon dari Lummo ke pembeli,” ujarnya.
Kini, dalam sebulan, omzet usahanya dapat mencapai Rp 15-20 juta per bulan. “Kalau Lebaran bisa sampai Rp 50 juta per bulan. Kami berinovasi dengan membuat hampers Lebaran berupa rendang,” kata dia. Rendang Mamaks pun tampaknya belum akan berhenti berinovasi.