Untuk mencegah penyebaran lebih luas virus korona baru, China mengisolasi tiga kota di Provinsi Hubei, yaitu Wuhan, Huanggang, dan Ezhou. Transportasi publik dihentikan.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·3 menit baca
BEIJING, KAMIS—Sekitar 18 juta warga China di kota Wuhan, Huanggang, dan Ezhou terpaksa menghabiskan libur Imlek tahun ini di rumah. Mereka tak diizinkan bepergian ke luar kota menyusul isolasi yang berlaku mulai Kamis (23/1/2020) pagi di Wuhan. Warga, termasuk pegawai pemerintah, juga diminta untuk menggunakan masker.
Mengutip gugus tugas antivirus Wuhan, kantor berita Xinhua menyebutkan, isolasi bertujuan ”memutus penyebaran virus secara efektif, mengendalikan wabah, dan menjamin kesehatan dan keselamatan warga”.
Jalanan kota, mal, restoran, dan area publik lain yang biasanya ramai kini jadi sepi. Stasiun, bandara, pelabuhan, kereta bawah tanah, dan bus juga berhenti beroperasi. Jalan tol di sekitar Wuhan juga ditutup. Polisi dan petugas keamanan berpatroli dan menjaga fasilitas transportasi publik itu. Otoritas setempat telah menginstruksikan tempat-tempat rekreasi dalam ruangan, termasuk bioskop dan kafe, tutup.
Warga terlihat mengantre di supermarket untuk membeli bekal makanan selama isolasi, yang bisa jadi berlangsung berminggu-minggu. Antrean warga juga terjadi di stasiun pengisian bahan bakar.
Selain Wuhan, isolasi dan penghentian transportasi publik berlaku juga di Huanggang (sekitar 70 kilometer dari Wuhan) dan Ezhou (sekitar 80 km dari Wuhan) mulai Jumat (24/1).
Sepengetahuan saya, mengisolasi kota berpenduduk 11 juta adalah hal yang baru.
Di Beijing, Biro Kebudayaan dan Pariwisata China membatalkan sejumlah ”acara besar” yang digelar dalam memperingati Imlek.
Para pakar di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Geneva kembali berkumpul untuk menentukan apakah merebaknya virus korona baru di Wuhan dikategorikan sebagai kedaruratan kesehatan global. Sebuah tim yang dipimpin Kepala Perwakilan WHO di China Gauden Galea terjun ke lapangan.
Tepat sebelum Wuhan diisolasi, tim berisi lima orang itu mengunjungi laboratorium kesehatan, rumah sakit rujukan, juga bandara.
”Sepengetahuan saya, mengisolasi kota berpenduduk 11 juta adalah hal yang baru,” kata Gauden. ”Langkah ini, sebagai sebuah intervensi kesehatan, belum pernah dilakukan sebelumnya. Di posisi saat ini kami tidak mengatakan apakah ini akan berhasil atau tidak.”
Menyebar
Penyakit akibat virus korona tipe baru pertama kali teridentifikasi di Wuhan, kota industri dan simpul transportasi di China bagian tengah, pada 31 Desember 2019.
Kasus positif juga teridentifikasi di Thailand, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura.
Hingga Kamis malam, 634 orang telah tertular virus itu dan 17 orang meninggal. Rata- rata pasien berusia 73 tahun dengan pasien tertua berumur 89 tahun dan termuda 48 tahun. Mayoritas pasien memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes dan hipertensi.
Studi awal menunjukkan, virus korona baru ini kemungkinan berasal dari ular. Namun, pakar di Komisi Kesehatan Nasional China, Zhong Nanshan, juga mengidentifikasi musang dan tikus sebagai potensi sumber virus.
Belum ada vaksin yang bisa mencegah infeksi virus korona baru ini. Virus ini bisa menyebar melalui udara, masuk ke saluran pernapasan dan menimbulkan gejala yang sama seperti gangguan pernapasan umumnya, misalnya demam, sesak napas, dan batuk.
Negara-negara yang memiliki penerbangan langsung dari Wuhan pun terus meningkatkan kewaspadaan.