Harimau Jalani Observasi di Kawasan Konservasi Tambling
Proses observasi akan menganalisis pola perilaku dan dugaan penyebab harimau berkonflik dengan manusia.
Oleh
Aditya Diveranta
·2 menit baca
LAMPUNG, KOMPAS — Harimau sumatera yang tertangkap di Desa Pelakat, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, masih menjalani proses observasi di Kawasan Konservasi Tambling, Lampung, Kamis (23/1/2020). Tahapan tersebut diperlukan untuk menganalisis pola perilaku, karakter fisik, serta kondisi kesehatan sebelum harimau menjalani rehabilitasi.
Dokter hewan Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC), Sadmoko Kusumo Priyanto, mengatakan, harimau masih dalam kondisi stres sejak sampai di kawasan konservasi, Rabu (22/1/2020). Sepanjang hari, hewan tersebut tidak makan dan tidak memangsa hewan umpan yang diberikan tim teknis.
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ini juga bersikap agresif dan mengaum saat melihat manusia. Sadmoko menyampaikan, kondisi ini terbilang kritis sehingga harus segera ada upaya pemulihan.
”Keagresifan sikap serta keengganan harimau untuk makan dapat membahayakan. Dugaan kami, harimau dalam kondisi stres berat selama perjalanan evakuasi dari Muara Enim ke Tambling. Selain itu, stres mungkin juga dipicu dari kondisi habitat yang sebelumnya terganggu,” kata Sadmoko yang juga Koordinator Proses Translokasi Harimau TWNC.
Harimau yang ditangkap ini sebelumnya diduga berkonflik dengan sejumlah warga di Kabupaten Muara Enim. Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Selatan Martialis Puspito menyatakan, aktivitas harimau ini telah dipantau sejak 15 November 2019 lalu.
”Kami telah pantau pergerakan harimau ini sejak kejadian di Tugu Rimau, Gunung Dempo, Pagar Alam, Sumatera Selatan. Kami mempelajari kemiripan pergerakannya. Meski begitu, perlu observasi lebih lanjut untuk memastikan harimau ini adalah yang menyerang warga waktu itu,” katanya.
Dari observasi sementara, Sadmoko menyampaikan, harimau ini masih berusia cukup muda. Usia muda, menurut dia, turut memicu stres akibat sulitnya persaingan habitat antarharimau. Sejumlah harimau sumatera yang kalah bersaing kerap kali ditemukan mengarah ke perkampungan warga.
Dokter hewan Tim Teknis Pembantu TWNC, Sugeng Dwi Hastono, menuturkan, prioritas tim teknis saat ini adalah memulihkan kondisi harimau. Pemulihan akan lebih banyak menyasar kondisi psikologis harimau. Sebab, kondisi psikologis harimau lebih banyak terdampak.
”Dari kondisi fisik, kami hanya menemukan luka pada bagian ekor, mungkin karena proses jeratan. Sementara kondisi psikologis yang cukup parah karena sikapnya kadang agresif dan kadang lesu,” ucap Sugeng.
Ia menyatakan, upaya pemulihan akan dilakukan hingga harimau kembali mau makan dan lebih banyak bergerak. Adapun saat ini kondisi harimau dinilai tidak seperti harimau pada umumnya.
”Sebelumnya kami beri makan dengan umpan hidup, tetapi tidak dimangsa. Dia hanya berbaring saja. Saat ini, kami buat kondisi kandang menjadi senyaman mungkin,” katanya.