Maria Sharapova berada dalam ketidakpastian akan masa depannya di persaingan papan atas tenis dunia. Petenis Rusia itu tak kunjung mencapai titik balik, bahkan posisinya di peringkat dunia semakin turun.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
MELBOURNE, SELASA - Baru pada Desember 2019, Maria Sharapova menyatakan ambisinya untuk kembali ke persaingan tenis putri papan atas. Sebulan kemudian, di Melbourne Park, Australia, Sharapova kebingungan, tak bisa menyebutkan agendanya setelah Australia Terbuka.
“Sangat sulit bagi saya untuk mengatakan apa yang akan terjadi dalam 12 bulan mendatang. Saya tidak tahu. Saya, bahkan, belum memikirkan agenda setelah dari sini,” kata Sharapova dengan lirih dalam sesi konferensi pers. Setiap kali menjawab pertanyaan tentang masa depannya, kepalanya selalu menunduk sebelum menatap si penanya.
Konferensi pers itu dilakukan hanya 45 menit setelah Sharapova disingkirkan petenis Kroasia unggulan ke-19, Donna Vekic, pada babak pertama. Bermain di Rod Laver Arena, stadion terbesar di Melbourne Park, Selasa (21/1/2020), Sharapova kalah, 3-6, 4-6.
Saya telah mempersiapkan diri dengan baik, bermain hingga pertandingan selesai meski dengan hasil yang tidak diinginkan
Ini menjadi kekalahan ketiga beruntun pada babak pertama Grand Slam, setelah AS Terbuka dan Wimbledon 2019. Hasil tersebut, juga, menjadi kekalahan pertamanya pada laga awal Australia Terbuka sejak 2010.
Deraan cedera bahu sepanjang karier, termasuk pada 2019, seringkali menjadi ganjalan petenis dengan lima gelar juara Grand Slam tersebut. Lima gelar itu bernilai spesial karena Sharapova mendapatkannya dari semua Grand Slam, dua di antaranya dari Perancis Terbuka. Gelar pertama didapat dari Wimbledon setelah Sharapova, yang masih berusia 16 tahun, mengalahkan Serena Williams di final.
Meski cedera membuatnya hanya tampil dalam delapan turnamen pada 2019, “api” dalam diri Sharapova belum padam. Seperti petenis lainnya, petenis glamor asal Rusia itu menggunakan masa liburan akhir musim 2019 untuk berlatih.
Momen ketika Rafael Nadal kembali ke peringkat satu dunia dalam usia 33 tahun, November 2019, menginspirasinya untuk kembali ke papan atas setelah terlempar dari posisi 100 dunia sejak September 2019. Apalagi, usia petenis yang saat ini berperingkat ke-145 itu belum terlalu tua jika dibandingkan dengan Nadal, Roger Federer atau Serena yang akan memasuki 39 tahun pada 2020.
Namun, ketika jurnalis bertanya tentang apa yang telah terjadi dan yang akan dilakukan ketika peringkatnya akan turun ke posisi 366 dunia, berkali-kali, mantan petenis nomor satu dunia itu mengatakan tidak tahu. Tidak tahu dengan apa yang terjadi dengannya, juga tidak tahu tentang apa yang akan dilakukannya dalam waktu dekat maupun jangka panjang.
“Saya tidak tahu. Saya beruntung bisa berada di sini, terima kasih untuk Craig (Tiley—Direktur Turnamen Australia Terbuka) dan tim yang telah memberi kesempatan pada saya untuk menjadi bagian dari turnamen ini. Saya telah mempersiapkan diri dengan baik, bermain hingga pertandingan selesai meski dengan hasil yang tidak diinginkan,” kata Sharapova yang mendapat wildcard untuk tampil di Melbourne Park.
Sama seperti Sharapova, Venus Williams yang telah berusia 39 tahun, juga, berhadapan dengan ketidakpastian dalam kariernya. Namun, Venus selalu menghindari menjawab pertanyaan tentang pensiun meski sudah lima kali dari sembilan Grand Slam terakhir, langkahnya terhenti pada babak pertama.
Sebelum dikalahkan Coco Gauff, 6-7 (5), 3-6, pada babak pertama, Senin, Venus tersingkir pada babak pertama Wimbledon dan Perancis Terbuka 2019, serta Perancis Terbuka dan AustraliaTerbuka 2018. Pada Wimbledon, Venus, juga, dikalahkan oleh Coco.
Posisi Venus dalam peringkat dunia, yaitu urutan ke-55, masih lebih baik dari Sharapova. Namun, usia dan cedera pinggul yang sering dialami membuatnya kesulitan bersaing dengan persaing yang lebih muda. Rencananya untuk tampil di Brisbane dan Adelaide, sebelum Australia Terbuka, batal karena cedera itu.
Venus, juga, tak pernah menjuarai ajang besar sejak Wimbledon 2008 dan akan berusia 40 tahun pada Juni. Namun, tampil dalam Olimpiade Tokyo 2020, 24 Juli-9 Agustus, masih menjadi cita-citanya.
Perjalanan Venus dalam ajang multicabang terbesar di dunia itu cukup bagus. Dia mengumpulkan lima emas dari Sydney 2000, Beijing 2008, dan London 2012, serta satu perak dari Rio de Janeiro 2016.
“Masih banyak yang akan terjadi sebelum itu dan saya tidak tahu apa. Tetapi, saya akan sangat bersyukur jika mendapat kesempatan bermain lagi di Olimpiade,” tutur Venus dalam laman resmi Australia Terbuka. (REUTERS/IYA)