Revitalisasi Monas, bagian Rencana Induk Penataan Tapak Kawasan Medan Merdeka sejak 1997, bakal membuat aksesibilitas lebih terbuka. Monas direncanakan tidak lagi dihalangi pagar dan terintegrasi transportasi publik.
Oleh
ADITYA DIVERANTA / NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Revitalisasi Monas yang menjadi bagian dari Rencana Induk Penataan Tapak Kawasan Medan Merdeka sejak 1997 bermaksud membuat aksesibilitas kawasan menjadi lebih terbuka. Ke depan, Monas direncanakan tidak lagi dihalangi pagar dan terintegrasi moda transportasi publik sejak dari dalam kawasan.
Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta Heru Hermawanto mengatakan, rencana revitalisasi akan mengembalikan marwah Monas sebagai ruang publik dan ruang terbuka hijau. Ia mencontohkan, penampakan Monas nantinya akan persis seperti Lapangan Banteng yang tidak berpagar.
”Memang Monas akan dibuat terbuka selayaknya ruang publik, persis kalau kita melihat Lapangan Banteng. Proses revitalisasi baru dimulai pada 2019 dengan waktu pengerjaan dua-tiga tahun. Pak Gubernur (Anies Baswedan) maunya cepat,” ujar Heru, Selasa (21/1/2020), di Balai Kota Jakarta.
Dalam hal keterbukaan akses, Monas juga nantinya didukung integrasi moda raya terpadu (MRT). Seperti diketahui sebelumnya, pembangunan proyek MRT fase II rute Bundaran Hotel Indonesia-Kota akan melewati kawasan Monas. Adapun stasiun di Monas berada di lantai basemen kawasan Medan Merdeka Barat.
”Posisi stasiun MRT kira-kira di tengah basemen Medan Merdeka Barat. Sementara itu, pintu keluarnya ada di ujung sisi selatan dan sisi barat Monas, jadi nantinya moda transportasi publik akan lebih dekat dengan keramaian,” katanya.
Saat ini, proyek revitalisasi Monas masuk pada tahap pembangunan Plaza Selatan. Adapun luas area tersebut mencapai 34.841 meter persegi. Dampak dari pembangunan Plaza Selatan, sekitar 205 pohon di pelataran selatan Monas harus dicabut. Pohon tersebut terdiri dari 150 pohon kategori besar dan 55 pohon kategori kecil.
Heru menjanjikan penanaman pohon kembali akan dilakukan di kawasan sisi timur dan barat Monas. Bahkan, dia juga menegaskan, proyek revitalisasi akan meluaskan kawasan hijau di areal Monas, seperti di kawasan Silang Monas serta lahan Ikatan Restoran dan Taman Indonesia (IRTI).
Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monas Muhammad Isa Sarnuri menambahkan, rancangan utama revitalisasi adalah membangun sejumlah lapangan plaza. Lapangan plaza itu kelak digunakan sebagai wadah ekspresi warga di setiap sisi Monas, baik di wilayah selatan, timur, maupun barat.
Secara khusus untuk Plaza Selatan Monas, lanjut Sarnuri, akan dijadikan sebagai ruang untuk kegiatan publik ataupun kegiatan pemerintahan. Selama ini, kegiatan-kegiatan tersebut menggunakan Ruang Agung, yang merupakan jalan mengelilingi Tugu Nasional.
”Padahal, Ruang Agung dirancang sejak awal sebagai ruang kontemplasi,” tutur Sarnuri. Adapun ruang kontemplasi merupakan ruangan yang memperlihatkan dokumen rekaman asli pembacaan deklarasi kemerdekaan.
Kepala Seksi Pelayanan UPK Monas Endrati Fariani menyebutkan, proyek revitalisasi mengacu pada Rencana Induk Penataan Tapak Kawasan Medan Merdeka. Dari dokumen yang diterima harian Kompas, rencana tapak itu meliputi pengerjaan pintu barat laut, plaza barat, pintu MRT Monas, Plaza Aspirasi, Plaza Seni Budaya, pintu barat daya, Plaza Selatan, Plaza Apel, pintu tenggara, Plaza Timur, Renung Genang, Lenggang Jakarta, Parkir Dinas, posko keamanan, pintu timur laut, Plaza Utara, penangkaran rusa, Titian Indah, plaza kontemplasi, pintu masuk museum, Plaza Nusantara, sistem shuttle, toilet, dan mushala outdoor.
Terkait kawasan hijau, akademisi ekologi pohon dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Ichsan Suwandhi, menyarankan agar Monas sebaiknya menambah jumlah pohon dengan kategori besar. Langkah itu, katanya, berdampak baik untuk meneduhkan lingkungan sekitar Monas.
Ia merekomendasikan pohon tanjung (Mimusops elengi), pohon trembesi (Samanea saman), atau bungur (Lagerstroemia) ditanam di kawasan Monas. Jenis-jenis pohon tersebut akan tumbuh dalam waktu lima hingga 10 tahun.
”Trembesi, misalnya, bisa meneduhkan kawasan setelah tumbuh selama lima tahun. Fungsi peneduhan kawasan ini saya pikir lebih baik dibandingkan dengan pohon tabebuya (tabebuia rosea). Kalau mau yang bagus untuk peneduhan pun bisa pakai bungur, bunganya indah seperti tabebuya,” jelas Ichsan.