470 Juta Penduduk Menganggur, PBB Peringatkan Dampak Kerusuhan Sosial
Saat ini, lebih dari 470 juta penduduk dunia menganggur atau setengah menganggur. Minimnya akses terhadap pekerjaan yang layak berkontribusi pada sejumlah kerusuhan sosial di dunia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
AP PHOTO/HADI MIZBAN
Warga Irak berunjuk rasa dengan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah saat berjalan ke lokasi demontrasi di Baghdad, Irak, 3 Oktober 2019. Unjuk rasa meletus di Irak di tengah tekanan ekonomi yang melanda negeri itu, antara lain ditandai dengan tingginya jumlah pengangguran.
GENEVA, SELASA — Minimnya akses terhadap pekerjaan yang layak berkontribusi pada sejumlah kerusuhan sosial di dunia. Kondisi itu masih terus terjadi mengingat tingkat pengangguran dunia dalam satu dekade terakhir relatif stabil dan bahkan cenderung meningkat.
Saat ini, lebih dari 470 juta penduduk dunia menganggur atau setengah menganggur. Hal itu disampaikan badan PBB, Organisasi Buruh Internasional (ILO), dalam laporan tahunannya, World Employment and Social Outlook edisi terbaru, Senin (20/1/2020).
Tahun 2020, jumlah penduduk yang tercatat menganggur diperkirakan meningkat dari 188 juta menjadi 190,5 juta pada tahun 2019. Pada saat yang sama, sekitar 285 juta penduduk dunia dianggap menganggur, yakni mereka menjalani pekerjaan yang tidak sesuai harapan, berhenti mencari kerja, atau kurang memiliki akses pada pasar tenaga kerja. Jika kedua kategori tersebut ditotal, jumlah tersebut mewakili 13 persen tenaga kerja global.
”Bagi jutaan orang yang bekerja, saya rasa, menjadi lebih sulit untuk membangun hidup yang lebih baik dengan bekerja,” kata Direktur Jenderal ILO Guy Ryder kepada wartawan di Geneva, Swiss.
Dalam laporan itu disampaikan bahwa tingkat pengangguran sebesar 5,4 persen tahun lalu. Angka itu diperkirakan tidak akan banyak berubah. Secara umum, jumlah pengangguran justru cenderung naik karena pelambatan ekonomi global, khususnya di sektor manufaktur. Akibatnya, peluang kerja menjadi sedikit bagi populasi yang terus tumbuh.
PHOTO BY EITAN ABRAMOVICH/AFP
Para pencari kerja menunggu kesempatan wawancara dengan mengantre di luar sebuah toko elektronik di Montevideo, Uruguay, 9 Januari 2020.
Secara khusus, ILO memperingatkan bahwa ada 267 juta usia produktif 15-24 tahun yang menganggur, tidak bersekolah, atau tidak menjalani pelatihan. Sebagian dari kelompok usia ini juga bekerja dalam kondisi yang substandar.
Ryder memperingatkan bahwa ”ketidaksetaraan dan pengecualian dalam pekerjaan yang persisten dan substansial” menjadi kendala banyak orang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan masa depan yang lebih baik.
Kondisi pasar tenaga kerja menyumbang pada... tergerusnya kohesi sosial di banyak masyarakat kita.
”Menurut saya, ini adalah temuan yang sangat mengkhawatirkan,” kata Ryder. Ia juga menambahkan bahwa terbatasnya akses pada pekerjaan yang layak turut memicu gerakan protes dan kerusuhan di seluruh dunia.
”Kondisi pasar tenaga kerja menyumbang pada... tergerusnya kohesi sosial di banyak masyarakat kita,” kata Guy. Demonstrasi besar-besaran seperti di Lebanon dan Chile merupakan beberapa contohnya.
AFP/JAVIER TORRES
Gambar yang diambil dari udara memperlihatkan polisi antihuru-hara menyemprotkan air ke arah demonstran di Santiago, Chile, Rabu (23/10/2010), pada hari keenam kekerasan di jalanan unjuk rasa menentang ketimpangan ekonomi di Chile.
Berdasarkan ”indeks kerusuhan sosial” ILO, antara tahun 2009 dan 2019 terjadi kenaikan indeks kerusuhan sosial baik di tingkat global maupun di banyak kawasan.
Laporan ILO itu juga menggarisbawahi fakta bahwa ada lebih dari 60 persen tenaga kerja global bekerja di sektor informal. Kelompok tenaga kerja itu sering kali harus bekerja keras untuk mendapatkan upah yang standar dan perlindungan sosial dasar.
Pada tahun 2019, sedikitnya 630 juta orang atau seperlima dari penduduk dunia yang bekerja, hidup dalam kondisi yang disebut ”kemiskinan kerja”. Artinya, mereka memiliki daya beli kurang dari 3,2 dollar AS sehari.
AP PHOTO/WILFREDO LEE
Foto tanggal 4 Juni 2019 ini memperlihatkan antrean para pelamar pekerjaan di Seminole Hard Rock Hotel & Casino Hollywood dalam pameran bursa kerja di Hollywood, Florida, AS.
Pada saat yang sama, laporan ILO ini juga memperingatkan ketimpangan pendapatan dan akses pekerjaan yang didorong oleh faktor jender, usia, dan lokasi geografis. Laporan itu memperlihatkan bahwa porsi pendapatan nasional yang dipakai untuk membayar pekerja menurun dari 54 persen menjadi 51 persen antara tahun 2004 dan 2017.
Di antara populasi bekerja, kesenjangan antara mereka yang bergaji sangat tinggi dengan yang bergaji sangat rendah benar-benar dalam. Laporan ILO menemukan bahwa 20 persen terbawah dari mereka yang berpendapatan rendah memerlukan waktu 11 tahun untuk mendapatkan gaji yang sama dengan 20 persen gajinya tertinggi.
”Situasinya lebih buruk dari yang dibayangkan sebelumnya,” ujar Ryder.