Perbaikan Pompa Pengendali Banjir yang Rusak Belum Selesai
Lantaran letak geografisnya berada di banyak cekungan tanah, Jakarta bergantung pada sistem kerja pompa untuk mengurangi potensi banjir. Namun, saat ini perbaikan pompa pengendali banjir yang rusak belum selesai.
Oleh
AYU PRATIWI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbaikan sejumlah pompa air yang rusak akibat banjir awal tahun 2020 perlu waktu hingga beberapa minggu. Percepatan perbaikan alat itu diharapkan segera terwujud agar dapat mengurangi potensi banjir yang akan datang.
Di Stasiun Pompa Pengendali Banjir Setiabudi Timur, Jakarta Pusat, satu dari enam pompa masih diperbaiki di Bekasi, Jawa Barat. Pompa itu rusak karena beroperasi selama berhari-hari hari tanpa henti ketika Jakarta dilanda banjir besar.
”Pompa itu jebol karena beroperasi selama lebih dari 24 jam. Jadi, pompanya kepanasan dan ada bagian mesin yang mengalami kerusakan,” kata penanggung jawab Stasiun Pompa Pengendali Banjir Setiabudi Timur, Komarudin, ketika ditemui di kantornya di Jakarta Pusat, Senin (20/1/2020).
Biasanya, pompa pengendali banjir beroperasi selama maksimal enam jam dan dihidupkan secara bergantian dengan pompa lain. Namun, karena kondisi pada 1 Januari 2020 benar-benar darurat, semua pompa dinyalakan dan beroperasi tanpa henti selama berhari-hari.
Di Stasiun Pompa Pengendali Banjir Setiabudi, banjir memasuki salah satu gedung tempat pompa berada. Untungnya, ketinggian banjir sekitar 50 sentimeter (cm) dan tidak mencapai terminal listrik pompa. Menurut Komarudin, pompa rusak yang diperbaiki selama hampir tiga pekan itu siap dipasang dan dioperasikan kembali dalam dua hingga tiga hari ke depan. ”Pompa dibongkar dan semua isinya diperbaiki dan dirapikan supaya kapasitasnya penuh lagi,” ujarnya.
Selain rusak karena beroperasi dalam rentang waktu cukup lama, ada juga pompa lain yang rusak akibat sampah dan tergenang banjir, seperti yang terjadi di Jakarta Barat. Kepala Seksi Pengendalian dan Pemeliharaan Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat Imam menyatakan, pompa rusak akibat sumbatan sampah ditemukan di Rumah Pompa Klingkit, Kecamatan Cengkareng.
Sebelumnya, Sekretaris Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta Dudi Gardesi menyatakan, ada 48 pompa pengendali banjir (dari total 478 pompa yang tersebar di 176 titik di Jakarta) yang rusak setelah banjir besar awal tahun ini. Sebagian besar di antaranya rusak karena terendam banjir. Mesin pompa itu sebenarnya tahan air. Namun, banjir yang cukup tinggi membuat komponen listrik pompa terendam air dan merusak sistem pemompaan.
Pompa yang rusak itu untuk sementara diganti dengan pompa air berjalan atau mobile. Di Jakarta, jumlah pompa mobile sebanyak 122 unit. ”Pompa mobile memang tidak sekuat sistem yang ada di rumah pompa, tetapi cukup untuk mengantisipasi genangan,” lanjut Dudi.
Melalui akun Instagram-nya beberapa hari lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengingatkan publik untuk bersama-sama menjaga operasi pompa pengendali banjir dengan tidak membuang sampah secara sembarangan. Ia memastikan, pemerintah akan terus bersiaga menghadapi potensi terjadinya genangan atau banjir.
”Yuk, jaga bersama pompa-pompa ini, salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan ke daerah aliran sungai. Akibatnya bisa fatal lho, pompa jadi tidak bisa beroperasi,” ujar Anies.
Keberadaan sampah itu mengakibatkan pompa di Stasiun Pompa Pengendali Banjir Setiabudi Timur, Jakarta Pusat, rusak puluhan kali dalam setahun. Sampah yang masuk ke alat penyaring pompa mengakibatkan kerusakan pada sistem kerja alat itu.
Di sekitar Stasiun Pompa Pengendali Banjir Setiabudi Timur saja, jumlah sampah yang diangkut petugas setiap hari mencapai 4 meter kubik. Sebagian besar sampah di sana terdiri dari sampah plastik, bambu, atau kayu dari bantaran sungai.