Warga yang beraktivitas di bantaran sungai dengan hulu puncak Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, diminta mewaspadai lahar hujan. Erupsi Semeru dan cuaca ekstrem berpotensi menimbulkan lahar hujan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Warga yang beraktivitas di bantaran sungai dengan hulu puncak Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, diminta mewaspadai lahar hujan. Selain Semeru yang tengah erupsi, cuaca ekstrem berpotensi memicu timbulnya lahar hujan di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.
Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo, Minggu (19/1/2020), mengatakan, pihaknya telah meminta agar masyarakat yang beraktivitas di beberapa alur sungai mewaspadai lahar dingin.
”Kami mengimbau masyarakat di bantaran Sungai Curah Kobokan, Besuk Sat, dan Kali Glidik, terutama petambang pasir, waspada karena cuaca sekarang ekstrem. Ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, pertengahan Januari-Februari memprediksi hujan deras disertai angin dan petir,” ucapnya.
Terkait aktivitas Semeru selama beberapa hari terakhir, BPBD telah meminta masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana 1-3 tetap tenang. Warga juga dianjurkan tidak mendekat ke area yang dilarang.
Adapun soal hujan di puncak, menurut Wawan, potensinya cukup kecil untuk wilayah di atas ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Puncak Semeru memiliki ketinggian 3.676 mdpl. Namun, tidak menutup kemungkinan ada material erupsi yang turun dari kawah Jongring Seloko dan terkena hujan.
Sementara itu, Minggu pukul 05.12, Semeru kembali erupsi dengan tinggi kolom abu teramati 400 meter (m) di atas puncak. Kolom berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah barat daya. Adapun amplitudo yang teramati melalui seismograf maksimal 24 milimeter (mm) selama 2 menit.
Tinggi kolom erupsi kali ini lebih rendah 200 m dari erupsi pada Jumat (17/1/2020). Pada erupsi dua hari lalu itu tinggi kolom mencapai 600 meter dengan ampitudo maksimum 24 mm dan durasi 1 menit 39 detik. Pada hari Sabtu, Semeru juga masih mengeluarkan abu setinggi 400-600 m.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan status Semeru masih Waspada (level II). Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani mengatakan, rekomendasinya masih tetap sama.
Ada dua rekomendasi. Pertama, masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer (km) dan wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara yang merupakan bukaan kawah aktif Semeru (Jongring Seloko). ”Kedua, mewaspadai gugurnya kubah lava di kawah Jongring Seloko,” kata Nia melalui Whatsapp.
Disinggung kemungkinan aktivitas Semeru berpotensi naik, Nia mengatakan bahwa erupsi di Semeru terjadi terus-menerus dan jumlahnya fluktuatif. Berdasarkan pengamatan selama Januari 2020, tidak ada tren peningkatan jumlah letusan.
Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Syarif Hidayat mengatakan, erupsi Semeru tidak berpengaruh terhadap masyarakat, termasuk pengunjung Bromo.
”Hasil koordinasi dengan PVMBG, Semeru gunung yang aktif, tiap 20 menit erupsi. Jadi, hal biasa. Terkait informasi (erupsi) kemarin lebih ditujukan untuk kehati-hatian pada penerbangan agar tidak mendekati Semeru. Tidak ada pengaruh ke masyarakat ataupun wisatawan ke Bromo,” tuturnya.
Syarif menyatakan pendakian ke Semeru sampai saat ini masih ditutup. Penutupan Semeru dilakukan karena dampak kebakaran lahan tahun lalu, yang mengakibatkan pohon tumbang.