Pompa Air Portabel Disiapkan untuk Mencegah Banjir di Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menyiapkan pompa air portabel untuk mencegah terulangnya banjir di kawasan Ruko dan Perkantoran Darmo Park 2.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menyiapkan pompa air portabel untuk mencegah terulangnya banjir di kawasan Ruko dan Perkantoran Darmo Park 2. Pompa air tersebut akan mempercepat surutnya genangan air jika terjadi hujan deras.
”Dari evaluasi banjir di Rukan Darmo Park 2, ternyata saluran air di kawasan tersebut kurang besar sehingga tidak cepat surut. Kami akan pasang pompa air portabel untuk membantu menyedot air dari kawasan rukan menuju saluran air,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Minggu (19/1/2020), di Surabaya.
Dari evaluasi banjir di Rukan Darmo Park 2, ternyata saluran air di kawasan tersebut kurang besar sehingga tidak cepat surut.
Kawasan Rukan Darmo Park 2 yang berada di Jalan Mayjen Sungkono tergenang banjir ketika hujan deras selama dua jam mengguyur Surabaya, Rabu (15/1/2020). Ratusan sepeda motor dan puluhan mobil yang terparkir di kawasan itu terendam hingga ketinggian sekitar 80 sentimeter.
Selain di kawasan itu, ada 31 titik lain yang terendam dengan ketinggian 10-30 sentimeter. Banjir sudah surut dalam waktu dua jam. Tidak ada korban jiwa saat banjir terjadi, tetapi genangan air sempat membuat arus lalu lintas tersendat.
Risma mengatakan, kawasan Rukan Darmo Park 2 merupakan salah satu kawasan yang menjadi perhatian. Sebab, kawasan itu hampir selalu banjir ketika hujan deras terjadi. Lokasi banjir lebih rendah sekitar 50 sentimeter dibandingkan jalan raya.
Oleh sebab itu, pihaknya telah memperbesar saluran air di depan Rukan Darmo Park 2 menjadi sekitar 2 meter persegi. Namun, ukuran saluran air dinilainya masih kurang sehingga berupaya meminta pengembang bekerja sama untuk melebarkan saluran.
”Saluran air di dalam kawasan Rukan Darmo Park 2 juga sangat kecil sehingga genangan air lama untuk mengalir ke saluran air yang besar di box culvert,” katanya.
Sejak 2017, Pemkot Surabaya meminta pengembang memberikan izin untuk memperlebar saluran hingga pagar rukan. Pagar besi yang sudah terpasang akan dirobohkan sementara selama pembangunan saluran air yang nanti akan dikembalikan seperti semula ketika pembangunan selesai.
Namun, hingga saat ini, surat yang dikirim untuk melebarkan saluran tersebut belum ditanggapi pengembang. ”Untuk jangka pendek, kami akan pasang pompa air portabel untuk menyedot air dari rukan menuju saluran air di box culvert agar tidak lagi terjadi genangan. Kalau terjadi lagi, yang rugi masyarakat, termasuk konsumen mereka,” ucap Risma.
Menurut dia, kawasan banjir di Surabaya sudah sangat berkurang dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Jika pada awal 2010 ada sekitar 50 persen kawasan di Surabaya tergenang banjir, kini titik banjir sudah sangat berkurang. Jika banjir pun akan surut dalam waktu kurang dari tiga jam.
Hingga awal 2020, Pemkot Surabaya sudah membangun saluran air berupa box culvert di bawah trotoar sepanjang 293,87 kilometer. Saluran air ini mengalirkan air hujan dari jalan raya agar tidak terjadi genangan. Ukurannya sekitar 1 meter persegi hingga 4 meter persegi dan rutin dibersihkan oleh petugas untuk mencegah sedimentasi dan penumpukan sampah.
Arus air yang mengalir dari box culver dialirkan menuju saluran-saluran primer dan sungai. Agar lebih cepat mengalir, dibangun 204 pompa yang berada di 59 titik rumah pompa. Beberapa rumah pompa sudah memanfaatkan sumber daya dari panas matahari sebagai sumber listrik. Ada 111 genset yang disiagakan untuk mengantisipasi jika listrik mati.
Selain dialirkan ke sungai dan saluran primer, Pemkot Surabaya juga membangun 72 waduk atau bozem dengan luas total 1,4 juta meter persegi. Bozem itu mampu menampung air hingga 6 juta meter kubik. Saat musim hujan, bozem berfungsi untuk menampung sementara air, sedangkan pada musim kemarau untuk cadangan air dan saluran irigasi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati menambahkan, banjir di Rukan Darmo Park 2 juga dipicu perilaku masyarakat di kawasan itu yang masih membuang sampah sembarang.
”Kami menemukan sampah di kawasan rukan menyumbat saluran air sehingga air dari rukan tidak mengalir dengan maksimal ke box culvert,” kata Erna.