Shin Tae-yong, pelatih tim nasional sepak bola Indonesia, ingin membangun kultur dan identitas baru tim “Garuda”. Kultur itu lebih berorientasi ke kinerja atau sikap mental seperti semangat bertarung dan berkorban.
Oleh
YUlvianus Harjono & PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS - Menjelang pergantian tahun ini, PSSI menunjuk Shin Tae-yong (49) sebagai manajer pelatih tim nasional sepak bola Indonesia. Penunjukan pelatih asal Korea Selatan itu bak kado tahun baru dari PSSI. Indonesia akhirnya memiliki pelatih berkelas dunia yang sempat “menampar keras” Jerman saat membawa Korea Selatan di Piala Dunia Rusia 2018 lalu.
Menjelang laga pamungkas penyisihan grup F Piala Dunia 2018 lalu, sejumlah pihak bahkan Tae-yong, mengakui kecilnya peluang Korsel mengalahkan Jerman. Peluang menang saat itu hanya 1 persen. Korsel kala itu didera badai cedera pemain, adapun Jerman berstatus juara dunia bertahan bertabur bintang sekaligus pemuncak rangking terbaik FIFA saat itu.
Namun, di luar dugaan, Korsel asuhan Tae-yong menang 2-0 meskipun habis-habisan diserang dan hanya memiliki 30 persen penguasaan bola. Jerman pun gagal melaju ke babak kedua Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam delapan dekade. Koran Inggris, Daily Mail, menyebut momen itu sebagai kejutan terbesar sepak bola di abad ke-21.
Tae-yong, yang dikontrak PSSI selama empat tahun ke depan, ingin mereplikasi spirit timnas Korsel itu di dada tim “Garuda”. Baginya, sepak bola bukanlah sekedar teknik, kerja kaki atau gaya filosofi penuh retorika, melainkan juga hati. Sepak bola adalah soal etos kerja, keuletan, kedisiplinan, mental bertarung, dan pengorbanan.
“Aku cinta kamu, Indonesia,” ujar Tae-yong memamerkan kosakata Bahasa Indonesia terbarunya, seolah-olah ingin menunjukkan kalimat sakti yang diperlukan para pemainnya, di sela-sela wawancara khusus di Cikarang, Jawa Barat, Jumat (17/1/2020).
Sikap pandang Tae-yong untuk memperbaiki performa dan prestasi Garuda itu sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang selalu menekankan kerja dan kerja di berbagai hal penyelenggaraan negara, termasuk persiapan Piala Dunia U-20 2021 mendatang di Indonesia. Ia berharap kiprah tim Indonesia maupun penyelenggaraan turnamen itu tidak kalah hebatnya dari Asian Games 2018 lalu.
Berikut petikan wawancara khusus Kompas dengan Tae-yong, manajer pelatih yang mengendalikan seluruh jenjang tim Garuda, mulai senior hingga kelompok umur, kemarin :
Apa alasan lebih memilih Indonesia, padahal Anda juga ditawari kontrak melatih di klub-klub top Liga China seperti Shenzhen FC?
Tawaran di China itu kan skalanya kecil, klub. Adapun menjadi pelatih tim Indonesia bisa mewakili satu negara. Saya pernah ikut Piala Dunia (Rusia). Jadi, saya kini punya mimpi baru lagi untuk mengembangkan sepak bola satu negara lainnya.
Target khusus apa yang ingin dicapai sebagai manajer pelatih timnas Indonesia?
Pastinya mengembangkan sepak bola Indonesia. Bakat atau kemampuan pemain oke. Namun, mental dan fisik stamina masih sangat kurang. Ini yang ingin lebih dikembangkan.
Ada target juara atau trofi?
Untuk saat ini target khusus juara tidak bisa dibilang ada. Sepak bola Indonesia masih kurang. Akan tetapi, secara tahap demi tahap, target itu akan terus ditingkatkan.
Hari ini merupakan akhir seleksi pemain timnas U-19 tahap pertama. Bagaimana perkembangan pemain, kelebihan dan kekurangan mereka di mata Anda?
Dari lima hari pemusatan latihan, empat hari kami menggelar latih tanding. Dari sana saya melihat ada potensi besar (para pemain). Sedikit saja dipoles, mereka akan menjadi lebih baik.
Kami mendengar Anda merupakan salah satu pelatih yang menekankan kedisplinan dan etos kerja tinggi ke pemain. Apa kedua hal itu juga akan diterapkan di tim ini?
Disiplin sudah pasti. Untuk itulah saya datang ke sini. Perubahan itu harus dimulai dari hal-hal kecil dulu. Jika sudah terbiasa benar perilakunya, maka dengan sendirinya akan menjadi tim bagus.
Hal-hal kecil semacam apa yang Anda maksud?
Mulai dari pola hidup mereka akan diperbaiki. Juga, kelakuan yang tidak bertanggung jawab. Di lapangan misalnya, kalau ada yang salah janganlah lagi justru menyalahkan orang lainnya. Hal-hal kecil ini yang harus diperbaiki dulu.
Timnas Indonesia selama ini telah banyak berganti pelatih. Filosofi dan cara bermain seperti apa yang Anda inginkan ada di tim ini nantinya?
Pastinya, ke para pemain akan diajarkan pengorbanan diri. Semangat bertarung sangat penting. Jangan sampai mudah menyerah, kalah, di lapangan.
Berkat kiprah Anda, terutama saat menjuarai Liga Champions Asia bersama Seongnam Chunma di 2010, Anda pernah dijuluki “Jose Mourinho dari Asia”. Bagaimana pendapat Anda soal ini?
Julukan itu kan dari media, bukan saya. Pastinya, beda pemikiran dengan saya. Bagi saya, taktik dan formasi bermain itu sangat fleksibel tergantung kekuatan pemain dan situasi. Yang terpenting adalah karakter bermain seperti semangat bertarung.
Para pemain Indonesia memiliki postur tubuh kecil, namun lincah dan cepat. Apa yang perlu dikembangkan dari ini?
Memang benar para pemain Indonesia cepat. Tetapi, fisiknya masih kurang. Untuk tampil di kelas dunia, kondisi fisik dan postur tubuh harus diperbaiki. Namun, bukan berarti pula pemain berpostur tinggi itu dipastikan bagus. Harus berimbang.
Apakah Anda yakin sepak bola Indonesia bisa sejajar Korea Selatan atau Jepang suatu hari nanti?
Saya tidak bisa meyakinkan hal itu. Namun, setelah ada di sini, saya bisa meyakinkan bahwa ada harapan ke sana.
Indonesia akan bertindak sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021. Ada target khusus di ajang ini nantinya?
Bagi saya pribadi, target pertama adalah lolos lebih dulu dari babak penyisihan grup. Setelah itu kita lihat saja nanti perkembangannya dan respons, terutama dari publik.