Pertarungan atlet-atlet bulu tangkis papan atas dunia menciptakan permainan yang ketat dan menegangkan bagi penonton. Bahkan, sang atlet pun merasakan kepanikan saat perebutan poin-poin kritis.
Oleh
Yulia Sapthiani & Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — “Sport jantung, saya istirahat dulu deh”. Kalimat itu diucapkan seorang penonton setelah menyaksikan penampilan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dalam perempat final turnamen bulu tangkis Daihatsu Indonesia Masters.
Penonton yang hadir di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (17/1/2020), dibuat tegang dan histeris saat Hendra/Ahsan berhadapan dengan Wang Chi Lin/Lee Yang (Taiwan). Apalagi, mereka tertinggal pada hampir sepanjang gim penentuan sebelum akhirnya menang, 9-21, 21-15, 21-19.
Dalam gim ketiga, “The Daddies” hanya dua kali unggul. Namun, keduanya datang di saat yang tepat, yaitu ketika membuat match point (20-19) dan memenangi pertandingan (21-19).
Maka, ketika Wang gagal menyeberangkan kok melalui pukulan pelan di depan net, yang menghasilkan poin terakhir, ekspresi lega sekaligus tak percaya tersirat dari wajah ganda Indonesia peringkat kedua dunia tersebut. Mereka tertawa, Hendra sambil menggelengkan kepala, Ahsan menggaruk kepalanya. Sementara teriakan penonton memekakkan telinga.
“Saya kaget juga ketika lawan membuat kesalahan pada poin-poin terakhir, padahal justru kami yang selalu tertekan,” kata Ahsan tentang perasaannya saat mendapat poin yang mengantarkannya bertemu Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di semifinal.
Untuk menuju empat besar, Hendra/Ahsan telah melewati tujuh gim, empat gim di antaranya dilalui dengan selisih dua poin. Hal serupa terjadi ketika mereka tampil di Malaysia Masters, pekan lalu.
Bertahan hingga semifinal pada turnamen pertama 2020 tersebut, delapan dari 10 gim yang dimainkan berselisih dua angka. Salah satu momen itu terjadi ketika mengalahkan Wang/Lee juga pada perempat final, dengan skor 20-22, 21-18, 21-19. Namun, dengan skor tipis pula, Hendra/Ahsan kalah dari Li Junhui/Liu Yuchen (China), 20-22, 21-19, 22-24.
“Inginnya sih menang jauh, tetapi harus seperti itu,” canda Hendra.
Ketika ketegangan dirasakan penonton, Hendra/Ahsan sering kali tak merasakan itu. Seperti pernah diceritakan Hendra, ini karena mereka harus segera fokus pada perebutan poin berikutnya.
Namun, Ahsan mengakui, ada rasa panik ketika tertinggal dalam kondisi kritis, yaitu saat tertinggal dalam skor tipis menjelang akhir pertandingan. “Pasti panik, tetapi kami harus tetap mencoba kembali ke permainan kami. Kalau sudah berusaha terus, tinggal pasrah dengan hasilnya,” tutur Ahsan.
Dikatakan Wang, Hendra/Ahsan memiliki keunggulan bisa fokus dan mengontrol permainan dengan sangat bagus. “Itu karena mereka banyak pengalaman, sedangkan kami sering kehilangan fokus dan membuat kesalahan,” ujarnya.
Pembuktian
Fajar/Rian, yang menang 18-21, 21-13, 21-17 atas Kim Astrup/Anders Rasmussen (Denmark), akan mengantisipasi permainan taktis dan kesabaran Hendra/Ahsan. Salah satu caranya adalah dengan berinisiatif menyerang lebih dulu.
“Kalau menghadapi poin kritis, kami tidak boleh melakukan kesalahan dan menjaga fokus. Mereka berpengalaman dan belakangan tampil luar biasa. Itu patut diapresiasi, tetapi kami tidak mau kalah. Kami mau membuktikan ke semua orang termasuk diri sendiri kalau kami bisa mengalahkan mereka,” tutur Rian.
Pertemuan Fajar/Rian dan Hendra/Ahsan, yang menjadi pertemuan ketiga ini, memastikan satu tempat final ganda putra bagi Indonesia. Pada dua pertemuan sebelumnya, mereka berbagi satu kemenangan.
Tiket final lain berpeluang didapat Indonesia melalui juara bertahan, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, yang juga lolos ke semifinal setelah mengalahkan Goh Sze Fei/Nur Izzuddin (Malaysia), 21-13, 23-21. Pasangan Malaysia lainnya, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, akan menjadi lawan Kevin/Marcus di semifinal. “Minions” unggul 4-0 atas Aaron/Soh, termasuk pada babak kedua Malaysia Masters, pekan lalu.
Selain ganda putra, Indonesia diwakili tunggal putra dan ganda putri pada semifinal, yaitu melalui Anthony Sinisuka Ginting dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Anthony akan berhadapan dengan salah satu dari dua wakil Denmark pada semifinal, yaitu Viktor Axelsen, setelah mengalahkan Huang Yu Xiang (China), 21-11, 21-14.
Wakil Denmark lainnya, yang juga juara bertahan, Anders Antonsen, menyingkirkan Jonatan Christie, 21-14, 10-21, 21-12. Kekalahan tersebut, dikatakan Jonatan, terjadi karena dia tidak bisa mengatasi kondisi lapangan yang berangin. Menurut dia, laju angin saat melawan Antonsen berbeda ketika berhadapan dengan Wang Tzu Wei (Taiwan), sehari sebelumnya.
Pada ganda putri, pertemuan melawan Kim So-yeong/Kong Hee-yong (Korea Selatan) akan menjadi kesempatan ketiga Greysia/Apriyani untuk meraih kemenangan. Ganda Indonesia peringkat kedelapan dunia itu selalu kalah pada dua pertamuan sebelumnya, yaitu pada Indonesia dan Jepang Terbuka 2019.
Sementara tuan ruah tak menyisakan wakil pada ganda campuran dengan kekalahan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Unggulan kelima itu disingkirkan pasangan Perancis, Thom Gicquel/Delphine Delrue, 19-21, 21-14, 18-21.