Pemerintah Cabut Status Kejadian Luar Biasa Antraks di Gunung Kidul
Sepuluh hari terakhir sudah tidak ada lagi kasus baru antraks di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Karenanya, Kementerian Kesehatan mencabut status Kejadian Luar Biasa di sana.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan mencabut status Kejadian Luar Biasa antraks di kawasan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat diimbau tetap waspada dengan meningkatkan pengelolaan antraks secara menyeluruh, mulai dari pengelolaan masyarakat, hewan ternak, hingga lingkungan.
Pencabutan status KLB antraks di Gunung Kidul dilakukan setelah tidak ada lagi kasus dalam dua kali masa inkubasi antraks, yakni selama 10 hari. Kasus antraks terakhir ditemukan pada 27 desember 2019.
”Meski KLB sudah dicabut, upaya pengendalian antraks tidak dihentikan. Ini terutama terkait pengelolaan antraks pada manusia. Selain itu, pengelolaan antraks pada hewan dan lingkungan tetap perlu diperhatikan,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono kepada Kompas, Jumat (17/1/2020).
Kementerian Kesehatan telah melaporkan adanya 27 warga di wilayah Gunung Kidul, DIY, yang positif antraks. Saat ini, 26 orang sudah tidak lagi mendapatkan rawat inap dan kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Sementara, satu orang lainnya meninggal dunia dengan diagnosis meningitis.
Anung mengatakan, pencegahan penularan antraks bisa dilakukan melalui prinsip hidup bersih sehat. Apabila harus melakukan aktivitas di sawah atau berinteraksi dengan hewan ternak, pastikan menggunakan alas kaki dan sarung tangan. Setelah itu, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Spora antraks bisa bertahan dalam waktu lama dan dalam suhu yang berubah-ubah. Untuk itu, pada hewan yang mati karena antraks perlu dikelola dengan baik. Hewan ini perlu dikubur dengan kedalaman 2 meter. Setelah itu, pastikan tanah tempat mengubur diberikan disinfektan dan ditutup rapat. Idealnya, tempat mengubur hewan tersebut ditutup dengan semen.
Anung memastikan, hewan ternak yang ada di kawasan Gunung Kidul telah mendapatkan vaksin antraks. ”Gunung Kidul adalah lumbung ternak di DIY. Sekitar 70 persen ternak di DIY berasal dari Gunung Kidul. Meski begitu, masyarakat tidak perlu panik. Pastikan daging yang diolah untuk dimakan berasal dari daging yang sehat. Hindari pula interaksi langsung pada hewan ternak yang mati mendadak karena antraks,” tuturnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menambahkan, masyarakat diimbau tetap waspada apabila ada informasi kematian mendadak pada hewan ternak, seperti sapi dan kambing. Laporkan segera ke dinas pertanian ataupun perternakan jika menemukan hewan ternak yang mati mendadak.
”Apabila ada riwayat sakit kulit, gatal gatal, diare, ataupun sesak napas dengan riwayat sebelumnya melakukan kontak dengan hewan ternak yang mati mendadak, segera ke pusat kesehatan masyarakat ataupun rumah sakit. Sampaikan ke petugas kesehatan jika ada riwayat interaksi dengan hewan yang mati mendadak atau mengonsumsi hewan yang mati mendadak tersebut,” ucapnya.
Ia juga menekankan agar masyarakat berhati-hati ketika menangani hewan ternak yang mati mendadak karena antraks. Hal ini karena darah dan cairan yang keluar dari tubuh hewan tersebut bisa menularkan antraks kepada manusia.