Ijen Keluarkan Gas Beracun, Wisatawan Tak Bisa Lihat Api Biru
Api biru di kawah Gunung Ijen untuk sementara waktu tidak bisa dilihat wisatawan. Penyebabnya, muncul bualan gas beracun yang berpotensi berbahaya di dasar kawah.
Oleh
ANDREAS BENOE ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Api biru di kawah Gunung Ijen untuk sementara waktu tidak bisa dilihat wisatawan. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, pengelola Taman Wisata Alam Kawah Ijen, melarang aktivitas wisata dan penambangan belerang di sekitar kawah. Penyebabnya, muncul bualan gas beracun yang berpotensi berbahaya di dasar kawah.
“Gas beracun terpantau muncul sejak Minggu (12/1/2020) malam, sekitar pukul 00.00. Kami mendapat info dari petugas pengamat gunung api di Pos Pengamatan Gunung Api Ijen dan dibenarkan petugas penjaga sulfur di dasar Kawah Ijen,” ungkap Kepala Resort Taman Wisata Alam Kawan Ijen Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur Sigit Haribowo di Banyuwangi, Jumat (17/1).
Sigit mengatakan, fenomena bualan gas beracun adalah hal biasa terjadi saat musim hujan. “Gas beracun muncul saat curah hujan tinggi dan sinar matahari di sekitar kawah sangat minim. Akibatnya proses penguapan terhambat,” ungkap Sigit.
Menurut dia, pihaknya sempat memundurkan jadwal pendakian wisatawan yang hendak naik ke Gunung Ijen. Pendakian yang biasanya dibuka pukul 01.00, baru dibuka pukul 02.00. Tujuannya, memastikan pendakian ke Gunung Ijen aman bagi wisatawan. Kendati pendakian tetap dibuka, pengelola tidak mengijinkan wisatawan turun ke dasar kawah melihat fenomena api biru.
“Saat ini pendakian sudah kembali normal. Tetapi kami masih tidak mengizinkan wisatawan dan penambang turun ke dasar kawah. Potensi bualan gas beracun masih bisa muncul,” ujarnya.
Sigit mengatakan, peristiwa ini tidak berpengaruh dengan jumlah kunjungan wisatawan. Namun ia mengakui, tingkat kepuasan wisatawan menurun karena wisatawan tidak dapat melihat fenomena api biru yang menjadi ikon Ijen.
Munculnya bualan gas beracun juga membuat PT Candi Ngerimbi, perusahaan pengumpul belerang, meliburkan penambangnya. “Sejak tanggal 12 Januari memang sudah ada peringatan. Namun, kami secara resmi baru meliburkan para penambang hari ini,” ungkap Pimpinan Unit 1 PT Candi Ngrimbi, Banyuwangi Cung Lianto, Jumat.
Cung mengatakan, keputusan libur diambil setelah para penambang melihat tanda-tanda alam yang biasa tampak ketika gas beracun hendak muncul. Tandanya berupa perubahan warna air kawah, dari biasanya biru kehijauan menjadi putih.
Keputusan libur tidak hanya diterapkan bagi penambang, tetapi juga bagi para penjaga sulfur yang biasa bermalam di dasar kawah. Cung tidak bisa memastikan berapa lama PT Candi Ngrimbi meliburkan para penambang.
Cung mengatakan, kondisi ini sudah biasa terjadi. Di tahun-tahun sebelumnya, bualan gas beracun biasa muncul 1-3 hari. Kejadian parah sempat terjadi pada tahun 2018. Saat itu, gas beracun muncul selama 15 hari bahkan sempat membuat sejumlah warga di sekitar Gunung Ijen dievakuasi.