Pebulu tangkis yang berpeluang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 perlu mengatur pola makan dan istirahat untuk menyiasati padatnya jadwal pertandingan.
Oleh
Yulia Sapthiani/Denty Paiawai Nastitie
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua tunggal putra terbaik Indonesia saat ini, Jonatan ”Jojo” Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, berkesempatan besar mewakili kontingen ”Merah Putih” pada Olimpiade Tokyo 2020. Mereka pun menjaga diri di tengah ketatnya jadwal turnamen untuk peluang yang tak bisa didapat setiap atlet tersebut.
Jojo, misalnya, menjaga pola hidup, terutama istirahat dan makan, di tengah jadwal pertandingan Daihatsu Indonesia Masters di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, yang telah dua kali mengharuskannya bermain malam.
Pertandingan melawan Wang Tzu Wei (Taiwan) pada babak kedua, Kamis (16/1/2020), yang dimenanginya dengan skor 21-15, 21-15, dimulai sekitar pukul 19.00 WIB dan berakhir dalam waktu 48 menit.
Sehari sebelumnya, semifinalis Indonesia Masters 2019 itu bahkan masuk ke lapangan pada laga terakhir, yang dimulai sekitar pukul 22.30. Dia mengatasi perlawanan pebulu tangkis India HS Prannoy, 21-17, 21-14.
Atas dasar itulah, Jojo mengatakan, dirinya harus menjaga dirinya sendiri dengan mengatur pola istirahat, makan, dan lain-lain. Sikap itu pula yang akan dia jalankan untuk menapai puncak penampilan di Olimpiade, 29 Juli-4 Agustus.
Berdasarkan daftar peringkat dunia saat ini, Jojo akan menjadi salah satu wakil tunggal putra Indonesia di Tokyo 2020. Wakil lainnya adalah Anthony Sinisuka Ginting yang juga melaju ke perempat final Indonesia Masters.
Dua tiket berhak didapat karena Indonesia menempatkan dua tunggal putra pada posisi 16 besar dunia. Hal ini menjadi syarat untuk mendapat kuota maksimal dari nomor tunggal bagi setiap negara. Adapun nomor ganda mensyaratkan posisi delapan besar.
Saat ini, Jojo berada pada peringkat keenam, diikuti Anthony ketujuh. Posisi tersebut hampir pasti tak akan berubah hingga batas akhir masa kualifikasi, pada 26 April. Kuota yang didapat setiap negara akan didasarkan pada peringkat dunia 28 April.
Lebih baik
Lolosnya dua tunggal putra Indonesia ke pesta olahraga terbesar sedunia itu lebih baik dibandingkan satu wakil yang didapat pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, yang saat itu diperoleh Tommy Sugiarto. Baru di Rio inilah, tunggal putra Indonesia hanya meloloskan satu wakil sejak bulu tangkis dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona 1992.
Dengan kewajiban mengikuti minimal 12 turnamen BWF Super 500, 750, dan 1000, sebagai pemain peringkat 15 besar dunia pada pekan ketika November 2019, Jojo berharap bisa menjaga kondisinya.
”Saya harus jaga diri agar tidak cedera dan butuh konsultasi dengan dokter untuk hal ini. Hal itu juga bisa dilakukan dengan pemulihan yang benar, apalagi dengan intensitas latihan yang berat. Faktor lain yang harus dijaga adalah faktor teknis,” kata Jonatan yang berpenampilan cukup baik pada 2019.
Hasil yang lebih baik pada musim lalu, termasuk dua gelar juara turnamen BWF World Tour level 300 di Selandia Baru dan Australia Terbuka, dari sembilan turnamen yang diikuti, membawanya naik ke peringkat keenam dari urutan ke-11 pada awal 2019.
Anthony, yang menang atas Tommy, 21-16, 21-15, pada babak kedua Indonesia Masters, juga berpendapat pentingnya menjaga fisik untuk mencapai puncak penampilan di Tokyo.
”Dua tiket sudah didapat. Ini menjadi kesempatan saya dan Jonatan. Jadi, saya harus menjaga fisik agar jangan sampai cedera, apalagi ada pertandingan beruntun dengan persaingan ketat,” kata Anthony yang bertahan hingga perempat final pada Indonesia Masters 2019.
Tentang pemain China, Huang Yuxiang, yang akan menjadi lawannya pada perempat final, Anthony bertekad membalas kekalahan yang dialaminya dari lawan yang sama pada babak pertama Malaysia Masters, pekan lalu.
”Dari kekalahan itu, saya harus belajar menjaga fokus. Di Malaysia, saya bisa dapat 3-5 poin, tetapi tiba-tiba kehilangan poin secara beruntun juga karena hilang fokus,” kata Anthony.
Jaga motivasi
Ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berusaha menjaga motivasi untuk membuka peluang menjadi dua wakil ganda putra Indonesia di Olimpiade, meski mereka berstatus sebagai ganda putra nomor tiga Indonesia. Fajar/Rian saat ini berada pada peringkat kelima, di bawah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon di posisi teratas dan jaura dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di posisi kedua.
Dengan posisi dalam peringkat tersebut, ganda putra memiliki berbagai alternatif untuk memilih dua pasangan. Meski kuota ditentukan berdasarkan daftar peringkat dunia, memilih pemain yang akan didaftarkan ke Tokyo menjadi hak prerogatif PP PBSI. Upaya yang akan dilakukan untuk menjaga motivasi itu adalah dengan tampil sebaik mungkin pada setiap pertandingan.
”Setiap bertanding, kami tidak mau berpikir terlalu jauh, yaitu untuk Olimpiade. Selama persaingan belum selesai, tetap harus mencoba meski Minions dan Daddies lebih baik dari kami pada 2019,” kata Fajar. Minions adalah julukan bagi Kevin/Marcus, dan Daddies adalah sebutan penggemar bagi Hendra/Ahsan.
Ungkapan itu seolah menjawab tantangan pelatih ganda putra yang akan memilih dua pasangan berperingkat terbaik untuk didaftarkan ke Tokyo. ”Peringkat dunia menjadi indikator yang paling adil. Itu menandakan prestasi mereka,” kata pelatih Herry Iman Pierngadi.
Tiga ganda putra terbaik Indonesia itu akan mewakili tuan rumah pada perempat final Indonesia Masters. Jika kemenangan diraih ketiganya, semifinal pada paruh bawah undian akan mempertemukan Fajar/Rian dan Hendra/Ahsan.
Di nomor ganda putri dan ganda campuran, Indonesia menempatkan satu wakil pada perempat final. Mereka adalah Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Lolos di ganda putri, langkah Apriyani terhenti pada ganda campuran bersama Tontowi Ahmad. Mereka dikalahkan pasangan suami-istri, Chris/Gabrielle Adcock (Inggris), 9-21, 12-21. Indonesia Masters menjadi debut bagi Tontowi/Apriyani.