Pertamina Gandeng Uni Emirat Arab untuk Proyek Kilang
Pertamina menggandeng dua perusahaan dari Uni Emirat Arab untuk proyek kilang di Balongan, Jawa Barat, dan kilang Balikpapan, Kalimantan Timur.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) menggandeng dua perusahaan dari Uni Emirat Arab untuk proyek kilang di Balongan, Jawa Barat, dan kilang Balikpapan, Kalimantan Timur. Proyek kilang di Balongan untuk pengintegrasian dengan produk petrokimia. Adapun proyek kilang Balikpapan adalah untuk menaikkan kapasitas produksi.
Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) digandeng untuk proyek di Balongan. Kedua pihak sudah bersepakat menandatangani nota kesepahaman (MOU) dalam hal pengintegrasian produk kilang menjadi produk petrokimia. Dalam kesepakatan itu, ADNOC dan Pertamina bersepakat mempelajari struktur bisnis proyek pengembangan kilang Balongan.
"Potensi kolaborasi Pertamina dengan ADNOC akan memperkuat langkah kami pada pengembangan produk petrokimia dari kilang Balongan," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam siaran pers yang diterima Kompas, Rabu (15/1/2020) malam.
Terkait kerja sama itu, CEO ADNOC Group Sultan Ahmed al Jaber mengatakan, kerja sama dengan Pertamina akan memperkuat posisi perusahaan di wilayah Asia Tenggara, khususnya di Indonesia yang merupakan negara dengan pertumbuhan pasar tercepat. Selain itu, ADNOC juga membuka peluang bagi Pertamina untuk berpartisipasi pada beberapa blok migas yang ada di UEA.
Sementara itu, menurut Wakil Ketua Komite Industri Hulu dan Petrokimia pada Kamar Dagang dan Industri Indonesia Achmad Widjaja, megaproyek kilang Pertamina adalah momentum memperkuat industri petrokimia dalam negeri. Kilang-kilang tersebut seluruhnya harus terintegrasi dengan industri petrokimia. Selama ini, produk petrokimia dalam negeri masih bergantung pada swasta yang produksinya juga terbatas.
"Sekitar 5,5 juta ton per tahun produk petrokimia masih diimpor, sedangkan kemampuan dalam negeri hanya 3 juta ton per tahun. Jadi, megaproyek kilang Pertamina sekaligus momentum untuk menggairahkan industri petrokimia dalam negeri," kata Achmad.
Untuk proyek pengembangan kilang Balikpapan, Pertamina menggandeng Mubadala Investment Company. Proyek tersebut adalah menaikkan kapasitas produksi dari 260.000 barel per hari menjadi 360.000 barel per hari dengan mutu bahan bakar minyak yang dihasilkan berstandar euro 5. Investasi yang diperlukan diperkirakan sebesar 5,5 miliar dollar AS atau setara Rp 75 triliun.
Kapasitas kilang minyak Indonesia saat ini hanya 1 juta barel per hari. Padahal, konsumsi BBM nasional mencapai 1,5 juta barel per hari sampai 1,6 juta barel per hari. Adapun kemampuan produksi minyak mentah di dalam negeri kurang dari 800.000 barel per hari.
Selain kilang Balikpapan, proyek pengembangan kilang dilakukan juga di kilang Cilacap, Jawa Tengah, Balongan di Jawa Barat, dan Dumai di Riau. Adapun kilang baru yang akan dibangun, selain di Bontang, ada di Tuban, Jawa Timur. Apabila seluruh proyek itu tuntas, kapasitas terpasang kilang akan naik dari 1 juta barrel per hari menjadi 2 juta barel per hari.
Sebelumnya, pemerintah berkeinginan program peningkatan kapasitas kilang minyak berjalan cepat, termasuk program pembangunan kilang baru. Pertamina, badan usaha yang ditunjuk pemerintah membangun kilang baru, menargetkan mulai 2026 kapasitas kilang dalam negeri bisa mencapai 2 juta barel per hari atau dua kali lipat dari kapasitas saat ini. Megaproyek kilang sekaligus momentum untuk memperkuat industri petrokimia di dalam negeri.
"Kami berusaha untuk mempercepat (penuntasan megaproyek kilang), terutama untuk proyek peningkatan kapasitas kilang yang sudah ada. Akan saya periksa lagi sampai mana statusnya," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif.