Pebulu tangkis putri senior Greysia Polii menyingkirkan tekanan untuk berprestasi saat bertanding dengan berusaha menikmati setiap momen di lapangan.
Oleh
Yulia Sapthiani/Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Menjelang Olimpiade Tokyo 2020, yang kemungkinan akan menjadi Olimpiade terakhirnya, Greysia Polii mencoba menikmati setiap momen di lapangan. Pola pikir itu menghindarkan pebulu tangkis ganda putri senior itu dari beban untuk meraih medali yang belum didapat dalam dua keikutsertaan sebelumnya.
”Saya akan enjoy saja. Menikmati setiap momen, menang atau kalah. Saat main dan membuat kesalahan, saya tidak mau marah-marah. Nikmati saja, belajar dari kesalahan itu,” kata Greysia dengan intonasi yang tenang sambil tersenyum.
Greysia mengatakan itu setelah melewati laga sulit pada babak pertama Daihatsu Indonesia Masters 2020. Di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (15/1/2020), Greysia yang berpasangan dengan Apriyani Rahayu mengalahkan Li Xuanxuan/Xia Yuting (China), 22-24, 21-17, 21-15, dalam waktu 1 jam 14 menit. Pada babak kedua, mereka akan bertemu pasangan Kanada, Rachel Honderich/Kirsen Tsai.
Seperti sikap dan kalimat yang diucapkan setelah pertandingan, penampilannya di lapangan memperlihatkan Greysia menikmati setiap momen. Dia sering tersenyum, termasuk setelah melakukan kesalahan, lalu saling memberi semangat dengan Apriyani.
Sikap itu diimbangi semangat dan kemampuan menganalisis kelebihan dan kekurangan lawan dengan cepat. Dalam beberapa momen, Greysia meraih poin dengan secepat mungkin melakukan servis saat lawan memasuki detik pertama kesiapannya menerima servis.
Apa yang dilakukan ganda putri peringkat kedelapan dunia itu sejalan dengan harapan pelatih ganda putri pelatnas, Eng Hian. Jelang Olimpiade, Eng Hian meminta Greysia/Apriyani tak perlu fokus menaikkan posisi peringkat dunia. Apalagi, jika tak ada kendala, mereka dipastikan menjadi satu-satunya wakil ganda putri Indonesia di Tokyo 2020.
Indonesia tak memenuhi syarat BWF untuk meraih dua tiket di nomor ganda putri sebagai kuota maksimal dari setiap nomor untuk satu negara. Syarat itu adalah menempatkan minimal dua wakil pada posisi delapan besar dunia pada daftar yang dikeluarkan 28 April.
Selain Greysia/Apriyani, Indonesia memiliki Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta pada posisi ke-16. Namun, mereka belum aktif bertanding sejak degradasi dari pelatnas awal 2020. Pasangan muda berusia 19 tahun, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto, berada pada peringkat ke-43.
Eng Hian ingin Greysia/Apriyani meningkatkan performa ketimbang mengejar peringkat. Sebagai penilaian, mantan pemain ganda putra itu menggunakan peringkat anak didiknya sebagai indikator. ”Saat ini mereka di posisi kedelapan. Kekuatan pemain pada delapan besar hampir sama. Jadi, ketika delapan unggulan teratas seharusnya masuk perempat final, mereka harus bisa melewati itu, masuk semifinal,” katanya.
Dengan kata lain, selama sisa waktu sebelum Olimpiade dimulai pada 24 Juli, ganda yang berpasangan sejak Mei 2017 itu harus mengalahkan pemain peringkat delapan besar dan tak boleh kalah dari pasangan di bawah mereka. Target itu harus dicapai dengan permainan yang efektif, bermain sesingkat mungkin tiap perebutan poin.
Perempat final
Tokyo 2020 akan menjadi Olimpiade pertama bagi Apriyani yang berpasangan dengan Greysia sejak Mei 2017. Adapun bagi Greysia, ini adalah Olimpiade ketiga setelah London 2012 dan Rio de Janeiro 2016. Hasil terbaiknya adalah perempat final bersama Nitya Krishinda Maheswari di Rio 2016.
Sejak bulu tangkis dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona 1992, ganda putri menjadi satu-satunya nomor yang belum menyumbangkan medali bagi Indonesia. Hasil terbaik nomor ini adalah perempat final pada Barcelona 1992, Atlanta 1992, Sydney 2000, dan Rio de Janeiro 2016.
Di Indonesia Masters, ganda putri Indonesia juga diwakili Ni Ketut Mahadewi Istarani/Tania Oktaviani Kusumah yang mengalahkan Siti Fadia/Ribka, 21-18, 21-18.
Dari ganda putra, kemenangan diraih Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Fajar Rian/M Rian Ardianto. Hendra/Ahsan mengalahkan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India), 22-20, 21-15, sedangkan Fajar/Rian menang atas Akira Koga/Yugo Kobayashi (Jepang), 21-19, 16-21, 21-13. Adapun tiga tunggal putri langung tersingkir.