10 Tahun yang Menentukan Keberhasilan Indonesia Maju 2045
Keberhasilan mewujudkan cita-cita Indonesia maju 2045 ditentukan dalam 10 tahun mendatang. Agenda pembangunan mesti menitikberatkan pada upaya menjawab tantangan pelambatan pertumbuhan ekonomi, dan risiko geopolitik.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberhasilan mewujudkan cita-cita Indonesia maju 2045 ditentukan dalam sepuluh tahun mendatang. Agenda pembangunan mesti menitikberatkan pada upaya-upaya menjawab tantangan pelambatan pertumbuhan ekonomi, dan risiko geopolitik. Pada saat yang sama, mengambil peluang dari era Revolusi Industri 4.0.
Persoalan itu mengemuka dalam Diskusi Panel Ekonomi ”Menuju Indonesia Maju 2045” yang diselenggarakan harian Kompas, Rabu (15/1/2020), di Jakarta. Pembicara dalam diskusi itu adalah Rektor Unika Atma Jaya Jakarta A Prasetyantoko, guru besar ekonomi Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika, Direktur Eksekutif CSIS Philip J Vermonte, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro, dan Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Turro S Wongkaren.
Indonesia maju 2045 diukur dari sejumlah indikator ekonomi. Mengutip kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia pada 2045 mencapai 23.199 dollar AS. Peringkat PDB Indonesia ke-5 di dunia bernilai sekitar 7 triliun dollar AS.
Menurut Prasetyantoko, agenda pembangunan sampai tahun 2030 menentukan keberhasilan cita-cita Indonesia maju 2045, sebagaimana disebutkan sejumlah lembaga internasional. Dalam kurun waktu 10 tahun, Indonesia harus memperkuat pijakan dalam berbagai aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
“Pertaruhan Indonesia adalah 10 tahun mendatang, yang dilihat dari dua aspek penting, yakni populasi dan kualitas sumber daya manusia,” kata Prasetyantoko.
Faktor demografi ini menentukan keberhasilan indonesia menjadi negara maju. Oleh karena itu, langkah yang diambil pemerintah untuk investasi besar-besaran untuk perbaikan kualitas sumber daya manusia sudah tepat. Namun, masalah yang muncul adalah sejauh mana implementasi kebijakan tepat sasaran.
Populasi dan kualitas sumber daya manusia ini kunci menjawab tantangan masa depan. Dalam jangka menengah-panjang, Indonesia akan dihadapkan pada tantangan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan risiko geopolitik. Perlambatan bukan semata-mata disebabkan oleh instrumen fiskal atau moneter, tetapi dipicu faktor-faktor politik.
Pertaruhan Indonesia adalah 10 tahun mendatang, yang dilihat dari dua aspek penting, yakni populasi dan kualitas sumber daya manusia
“Perlambatan pertumbuhan ekonomi dan risiko geopolitik kini menjadi satu paket yang memengaruhi kondisi global,” ujar Prasetyantoko.
Di tengah berbagai tantangan, Indonesia tetap harus mengambil peluang dari era Revolusi Industri 4.0. Pemanfaatan teknologi jadi faktor modal untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Terlebih, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi berkisar 5,1-5,6 per tahun untuk menjadi negara maju.
Adopsi teknologi bisa digunakan untuk meningkatkan akses keuangan dan produktivitas dalam negeri. Teknologi juga mendorong perekonomian Indonesia lebih inklusif dan murah. Ke depan, globalisasi dengan konten teknologi yang intensif akan menjadi motor penggerak ekonomi negara-negara berkembang.
“Indonesia jangan terperangkap dalam siklus perlambatan ekonomi, dan kemuduran siklus politik. Peradaban baru justru harus dibangun,” kata Prasetyantoko.
Prasetyantoko menekankan, Indonesia bisa keluar dari jebakan perlambatan ekonomi dengan melakukan transformais struktural melalui peningkatan produktivitas dan daya saing, adopsi teknologi, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Hal itu bisa dilakukan apabila fragmentasi politik teratasi.
Guru besar ekonomi Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika menambahkan, upaya-upaya untuk mengatasi persoalan ekonomi harus didukung faktor politik dan sosial. Oleh karena itu, dibutuhkan institut kelembagaan inklusif yang mampu membangun dan menegakkan aturan main dalam negeri.
Menurut Ahmad, paling tidak ada empat isu global dan domestik yang harus diwaspadai Indoensia ke depan, yaitu persoalan terkait demografi, kompetisi sumber daya alam, ketimpangan, dan perubahan iklim. Keempat tantangan itu seharusnya dijadikan arah pembangunan nasional.
“Kalau terlalu asing menganalisis kondisi dalam negeri tanpa melihat global, Indonesia akan kehilangan banyak cara,” kata Ahmad.
Langkah pemerintah dalam menyusun Undang-Undang sapu jagat di bidang cipta lapangan kerja dan perpajakan diharapkan jadi pijakan kuat mewujudkan Indonesia maju 2045. UU sapu jagat ini akan menghapus berbagai hambatan dalam investasi dan berbagai kegiatan ekonomi. Pengesahan UU membutuhkan konsolidasi politik yang kuat.