Sebagai nomor yang paling berpeluang meraih medali emas olimpaide Tokyo 2020, pelatih dan atlet ganda putra bulu tangkis harus mengatur ritme agar puncak penampilan mereka tercapai di Tokyo.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Memasuki tahun penting saat berlangsungnya Olimpiade Tokyo 2020, pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis dihadapkan pada dilema mengatur agenda demi target medali emas. Agar penampilan puncak tercapai di Tokyo 2020, 24 Juli-9 Agustus, atlet tak ditargetkan membawa pulang gelar juara dalam setiap turnamen.
Ganda putra menjadi nomor paling berpeluang menyumbangkan emas dari pesta olahraga dunia empat tahunan itu. Dalam sisa waktu jelang batas akhir kualifikasi Olimpiade, 26 April, nomor ini telah melampaui syarat Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) untuk meraih kuota maksimal, dua tiket setiap negara dari setiap nomor. Syarat itu adalah menempatkan minimal dua wakil pada delapan besar dunia.
Berdasarkan daftar peringkat yang dikeluarkan BWF pada Selasa (14/1/2020), ganda putra memiliki Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon di posisi teratas, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (2), dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (5).
”Ini menjadi dilema bagi kami. Di satu sisi, ada turnamen yang wajib diikuti pemain peringkat 10 besar. Kalau mereka absen, bisa kena denda. Di sisi lain, atlet harus mengatur penampilan agar mencapai puncak di Tokyo,” kata pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi, di sela-sela turnamen Daihatsu Indonesia Masters BWF Super 500 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (14/1/2020).
BWF dalam salah satu bagian statutanya mengatur turnamen yang wajib diikuti pemain tertentu dalam ”Top Comitted Player Obligations”. Berdasarkan daftar peringkat dunia pada pekan ketiga November setiap tahun, atlet peringkat 15 besar dunia nomor tunggal dan 10 besar ganda harus tampil dalam minimal 12 turnamen, yang terbagi dalam Final BWF (jika lolos), tiga turnamen BWF Super 1000 dan lima BWF Super 750, serta empat dari tujuh turnamen BWF Super 500.
Untuk mencapai target dan memenuhi kewajiban BWF, pelatih mengambil jalan tengah, yaitu mengikuti semua turnamen wajib tetapi tak menargetkan juara setiap kali tampil. Gelar juara diharapkan pada turnamen level tinggi, yaitu Super 1000 dan 750. Adapun turnamen yang lebih rendah menjadi ajang latihan. Skenario membagi target itu diharapkan bisa mengurangi beban atlet sebelum Olimpiade.
”Sebagai atlet, keinginan menjuarai setiap turnamen pasti ada, tetapi tak jarang menjadi beban. Dengan membagi target di antara setiap turnamen, semoga mereka tak merasakan beban terlalu besar,” tambah asisten pelatih ganda putra Aryono Miranat.
Hingga akhir kualifikasi Olimpiade, terdapat tujuh turnamen wajib bagi Kevin dan kawan-kawan, salah satunya All England. Adapun di antara tenggat kualifikasi dan pelaksanaan Olimpiade, ada dua ajang besar, yaitu Piala Thomas dan Uber serta Indonesia Terbuka. Hendra/Ahsan adalah juara bertahan All England, sedangkan Kevin/Marcus juara bertahan Indonesia Terbuka.
Kewajiban tampil dalam dua dari minimal empat BWF Super 500 mereka gunakan pada Indonesia Masters dan Malaysia Masters, pekan lalu. Herry berharap, hasil yang didapat ganda putra di hadapan publik sendiri lebih baik dbandingkan Malaysia Masters. Saat itu, hasil terbaik diraih Hendra/Ahsan dan Fajar/Rian dengan lolos ke semifinal.
Juara bertahan, Kevin/Marcus, akan mengawali penampilan melawan Marcus Ellis/Chris Langridge (Inggris), Hendra/Ahsan bertemu Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India), sedangkan Fajar/Rian melawan Akira Koga/Taichi Saito (Jepang).
Berburu hingga akhir
Kekalahan yang dialami ganda campuran, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, pada babak pertama, membuat mereka tak pernah bisa mencapai perempat final dalam tiga tahun terakhir. Pada 2019, mereka bertahan hingga babak kedua, setelah tersingkir pada babak pertama pada 2018.
Salah satu pasangan yang diandalkan lolos ke Olimpiade itu ditaklukkan unggulan pertama, Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China), 14-21, 13-21. Kekalahan itu terjadi hanya sepekan setelah mereka ditaklukkan pasangan yang sama, 13-21, 12-21, pada semifinal Malaysia Masters, pekan lalu.
Karena gagal menambah poin di hadapan pendukung sendiri, mereka harus berburu poin hingga batas akhir kualifikasi. Mereka saat ini berada di posisi kesembilan, dan harus berjuang masuk ke delapan besar untuk mendampingi Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di posisi kelima.
”Itu risiko yang harus kami terima. Mudah-mudahan kami mendapat banyak poin pada turnamen besar, seperti All England, supaya bisa mendapat posisi aman sebelum kualifikasi berakhir,” kata Hafiz.
All England menjadi salah satu turnamen di tengah padatnya jadwal pada Maret. Selain turnamen berkategori Super 1000 itu, ada pula Jerman, Swiss, India, dan Malaysia Terbuka yang masuk dalam rangkaian BWF World Tour, yaitu turnamen Super 300, 500, 750, dan 1000.
Hafiz/Gloria menjadi salah satu dari empat ganda campuran Indonesia yang tersingkir pada babak pertama. Nomor ini pun akan mengandalkan kekuatan pada Praveen/Melati, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika, dan Tontowi Ahmad/Apriyani Rahayu yang menjalani debut sebagai pasangan.