Pecinta bulu tangkis nasional selalu memadati arena Indonesia Masters untuk mendukung atlet-atlet "Merah Putih". Mereka menyuntikan semangat dan motivasi, tetapi atlet perlu jeli mengontrol emosi, tetap fokus dan tenang.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tingginya antusiasme penonton yang menyaksikan langsung turnamen bulu tangkis Daihatsu Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, Jakarta Pusat, 14–19 Januari, bisa menjadi motivasi sekaligus bumerang bagi para atlet Indonesia. Hal ini perlu disikapi dengan tetap menjaga konsentrasi, fokus, dan mengontrol permainan sebaik mungkin, agar bisa mencapai hasil maksimal.
Indonesia Master tahun ini diikuti oleh 267 pemain dari 23 negara. Mereka akan bersaing memperebutkan gelar juara dengan total hadiah 400.000 dollar AS (sekitar Rp 5,480 miliar). Turnamen ini dijadikan ajang pemanasan atlet-atlet elite bulu tangkis untuk lolos dan bersaing di Olimpiade Tokyo 2020. Mereka antara lain, Chou Tien Chen (Taiwan), Akane Yamaguchi (Jepang), Chen Yu Fei (China), dan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang). Sedangkan bintang-bintang Indonesia antara lain Jonatan Christie, dan Anthony Sinisuka Ginting.
Tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting mengatakan, antusiasme penonton yang menyaksikan langsung bisa menjadi dua sisi mata pisau bagi pemain Indonesia. “Di satu sisi, kehadiran suporter menambah semangat dan sangat bagus, tetapi di sisi lain ini bisa menjadi bumerang. Kami harus bisa mengontrol permainan dengan baik, tidak boleh terlalu semangat,” ujarnya.
Anthony pernah terbantu dengan besarnya dukungan penonton tuan rumah, sehingga sukses merebut gelar pada Indonesia Masters 2018. Ketika itu, ribuan penonton yang hadir dengan riuh meneriakkan nama Anthony, sehingga pemain dengan peringkat ketujuh dunia itu bisa mengalahkan pemain Jepang, Kazuma Sakai, di babak final.
Kali ini, Anthony mengatakan, dirinya tidak mau terlalu memasang target muluk untuk bisa merebut gelar yang sempat lepas tahun lalu. “Saya tidak mau terlalu memperhatikan hasil. Saya ingin fokus melewati setiap pertandingan dan memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” ujarnya.
Bermain di Indonesia, bagi Chou Tien Chen juga selalu memberikan pengalaman yang menarik, karena ia selalu mendapatkan dukungan yang ramah dari suporter. “Suporter sangat ramah dan hangat menyambut saya. Selain itu, saya punya keluarga yang berasal dari Indonesia, jadi setiap kali saya berlatih atau bertanding, saya merasakan dapat dukungan yang sama,” ujar tunggal putra peringkat tiga dunia itu.
Prestasi Indonesia
Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti berharap agar Indonesia Masters dijadikan ajang untuk membayar kegagalan tim “Merah Putih” meloloskan atlet ke final Malaysia Master, pekan lalu. “Kita tahu hasil di Malaysia kurang memuaskan karena tidak sesuai target. Kekalahan itu harus membuat kita lebih kerja keras lagi untuk memperbaiki penampilan. Apalagi, Indonesia Masters ajang penting karena termasuk kualifikasi Olimpiade,” kata Susy.
Menurut Susy, pada dasarnya pemain-pemain Indonesia tidak ketinggalan dari pemain negara lain. Namun, dalam poin-poin kritis atlet Indonesia kerap bermain kurang sabar, kurang fokus, dan kurang stabil. Oleh karena itu, ia berharap agar pemain Indonesia bisa tampil lebih baik di hadapan publik sendiri. Di Istora, Jonatan Christie dan kawan-kawan ditargetkan bisa merebut setidaknya satu gelar juara dari kejuaraan yang telah bergulir sejak 2010 itu.
Pada edisi pertama Indonesia Masters, Taufik Hidayat mempersembahkan gelar juara tunggal putra untuk Indonesia. Selain Taufik, Indonesia juga pernah meraih gelar tunggal putra dari Dionysius Hayom Rumbaka (2011), Sony Dwi Kuncoro (2012), Simon Santoso (2013), Tommy Sugiarto (2015), dan terakhir Anthony Sinisuka Ginting (2018).
Pada sektor putri, terakhir kali Indonesia meraih gelar pada 2014 melalui tunggal putri Adriyanti Firdasari dan pasangan ganda putri Shendy Puspa Irawati/Vita Marissa. Sementara itu, di nomor ganda campuran, Indonesia berpengalaman mengantongi enam dari delapan gelar. Pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir paling rajin mempersembahkan gelar, yaitu sebanyak tiga gelar juara pada 2010, 2012, dan 2015.
Di nomor ganda putra, sejak 2013–2019, Indonesia rutin meraih gelar juara. Tahun lalu, ganda putra nomor satu dunia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo sukses meraih gelar juara. Mereka dituntut bisa mempertahankan gelar tahun ini, setelah gagal mempertahankan gelar juara di Malaysia Master pekan lalu. Kevin/Marcus dihentikan oleh rekan sepelatnas Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto pada babak perempat final di Axiata Arena, Kuala Lumpur.