Manajer Tottenham Hotspur Jose Mourinho ingin kembali menjadi “duri” bagi Liverpool dalam duel di Liga Inggris, Minggu dini hari WIB. Demi target itu, Mourinho rela tampil pragmatis dan mengabaikan kekuatan Spurs.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LONDON, JUMAT – Tottenham Hotspur, khususnya manajer Jose Mourinho, bakal sekuat tenaga mengusik Liverpool dan rekor tidak terkalahkannya di 37 laga saat kedua tim bertemu di Liga Inggris, Minggu (12/1/2020) pukul 00.30 WIB. Mourinho memiliki pengalaman serta kemampuan untuk melukai tim sehebat “The Reds”.
Musim ini, Liverpool bak menjelma tim dari planet lain dengan keunggulan 13 poin plus tabungan satu laga di puncak klasemen Liga Inggris. Dari 20 laga yang telah dijalaninya, mereka hanya sekali kehilangan poin, yaitu ditahan imbang Manchester United 1-1, Oktober 2019 lalu. Jika ditarik lebih jauh, yaitu sejak Januari 2018, Liverpool tidak terkalahkan di 37 laga Liga Inggris secara beruntun.
The Reds kini menjadi satu-satunya tim yang berpeluang menyamai rekor paling suci dalam sejarah Liga Inggris, yaitu “The Invincibles” Arsenal pada musim 2003-2004. Tim asal London itu mengukir rekor menakjubkan yang sulit dicerna logika, yaitu tidak terkalahkan di 49 laga secara beruntun. The Reds kini hanya butuh tambahan 13 laga tidak terkalahkan guna melampui rekor Arsenal di era manajer Arsene Wenger itu.
Namun, laga pertama The Reds dari 13 partai tersisa menuju rekor baru di Inggris itu justru adalah salah satu yang tersulit. Mereka akan bertandang menghadapi Mourinho, sosok manajer kharismatik yang pernah menghadirkan mimpi buruk sulit terlupakan Liverpool pada 2014 silam. “Membuat jengkel Liverpool telah menjadi kebiasaan Mourinho,” tulis Liverpool Echoe.
Mirip dengan situasi saat ini, enam musim silam, The Reds asuhan manajer Brendan Rodgers berlari kencang menuju trofi juara Liga Inggris pertamanya di milenium ini. Mereka menjamu Chelsea, yang ketika itu diasuh Mourinho, dengan kepercayaan diri tinggi, yaitu 11 kemenangan beruntun. Cilakanya, Liverpool justru kalah 0-2 dari Chelsea, tim yang saat itu tampil ekstra defensif dan lantas mempopulerkan istilah taktik “parkir bus”.
Kekalahan mengejutkan itu lantas memukul mental The Reds. Gelar juara yang telah di depan mata pun sirna. Manchester City menjadi kampiunnya. “Jika kami kalah ketika itu, mereka (Liverpool) akan menjadi juara. Dia (Mourinho) tidak ingin kami menjadi badut yang dipertontonkan di hadapan fans Liverpool. Ia berpidato agar kami membuat mereka frustrasi. Itu ternyata berhasil,” ujar Ashley Cole, mantan pemain Chelsea saat itu.
Pendekatan taktik serupa kemungkinan besar direplikasi Mourinho pada duel dini hari nanti. Meskipun bertindak sebagai tuan rumah dan memiliki barisan penyerang menakutkan seperti Son Heung-min dan Lucas Moura, Spurs tidak akan malu tampil lebih pragmatis dan defensif dari biasanya. Meskipun telah berganti manajer, Liverpool masih kerap bermasalah saat menghadapi tim-tim mengurung diri.
Hal itu terbukti saat The Reds ditahan MU yang mengandalkan serangan balik, tiga bulan lalu. Seusai laga itu, Manajer Liverpool Juergen Klopp terlihat frustrasi dan mengomel saat mengomentari permainan pragmatis MU. “Mereka hanya bertahan. Ini bukan cara lazim yang kita ketahui selama ini dari duel United versus Liverpool,” tuturnya saat itu.
Daging dan ikan
Mourinho menganalisa dan mempelajari betul laga itu. Ketika itu, ia bekerja sebagai komentator di Sky Sports. Berkaca dari laga itu, Mourinho bakal menyajikan menu permainan yang tidak disukai Klopp. “Saya kira, dia (Klopp) tidak menyukai menu (taktik MU saat itu). Ia lebih suka daging, tapi justru disajikan ikan. Liverpool punya rekor kemenangan fantastis. Namun, mereka punya kelemahan menghadapi tim-tim yang mengurung diri,” ujar Mourinho ketika itu.
Absennya striker Spurs, Harry Kane, justru bakal membulatkan tekad Mourinho untuk memainkan taktik negatif dan pragmatis saat menjamu The Reds. Ia bakal menumpuk banyak pemain Spurs di areal pertahanan sendiri dan mengandalkan serangan balik lewat teknik olah bola dan kecepatan Heun-min serta Moura. Taktik serupa juga sukses dipakai Mourinho saat membawa Inter Milan juara Liga Champions 2010 silam.
Phil Thompson, mantan pemain Liverpool, meyakini, Mourinho bakal sekuat tenaga menjadikan laga dini hari nanti sebagai “panggung” untuk mengembalikan reputasi hebatnya. Akhir-akhir ini, kehebatannya dipertanyakan menyusul inkonsistensi Spurs. Desember 2018 lalu, karir manajerialnya juga tercoreng oleh pemecatannya di MU. Ia dipecat seusai timnya dibekap Liverpool dan Klopp 1-3.
Mourinho kini ingin memuntaskan dendamnya. “Tiada hal lainnya yang lebih disukai Jose selain membuat jengkel Liverpool dan suporternya. Namun, sesungguhnya, dari dalam hatinya, ia sangat ingin menangani Liverpool. Namun, itu tidak pernah terwujud. Jadi, ketika ada peluang mengalahkan kami (Liverpool), ia sekuat tenaga ingin mewujudkannya,” ungkap Thompson.
Di kubu sebaliknya, Klopp telah mewaspadai ancaman Mourinho. Ia berkata, timnya harus tampil berbeda alias sulit diterka-terka jika ingin meraih poin dari markas Spurs. “Jujur, saya tidak peduli soal rekor (tidak terkalahkan). Masalah saya saat ini adalah Tottenham dan bagaimana cara bermain mereka. Sangat sulit menghadapinya dengan berbagai alasan,” ujar Klopp.(AFP)