Talenta-talenta muda atletik di daerah, selama ini yang tidak terpantau sehingga tidak bisa diasah menjadi atlet nasional. Untuk itu,kejuaraan atletik tingkat kampung digulirkan untuk menjaring bakat-bakat muda atletik.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Universitas Negeri Jakarta melalui melalui jaringan mahasiswa dan alumnusnya, merintis kejuaraan atletik tingkat kampung untuk menjaring bibit-bibit atlet potensial. Kejuaraan yang dibatasi untuk anak tingkat sekolah dasar tersebut, akan diawali di Desa Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat, pada 18 Januari 2020. Ajang ini diharapkan tersebar ke seluruh Indonesia dan menjadi kawah candradimuka atlet-atlet atletik potensial.
Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta sekaligus manajer pelatnas PB PASI Mustara Musa, Kamis (9/1/2020), mengatakan, kejuaraan ini digulirkan berdasarkan proses kemunculan pelari-pelari nasional yang semuanya berasal dari kampung. Mereka antara lain, sprinter Lalu Muhammad Zohri, Suryo Agung Wibowo, dan Mardi Lestari,
Namun, bakat-bakat seperti mereka itu tidak terpantau karena tidak ada kejuaraan atletik sejak level akar rumput. Selama ini, talenta-talenta muda itu, ditemukan secara tidak sengaja. ”Sekarang, kami ingin benar-benar mencari mereka, antara lain melalui kejuaraan tingkat kampung,” ujar Mustara.
Atas dasar itu, Mustara bekerjasama dengan jaringan mahasiswa dan alumnus UNJ menggagas kejuaraan atletik tingkat kampung yang diawali dari Desa Jatibarang, Indramayu. Kejuaraan itu hanya melibatkan anak-anak sekolah dasar, pesertanya pun tidak perlu anak yang terlatih, dan gratis. Perlombaan hanya lari, terutama nomor 60 meter. Lokasi lomba di lapangan ataupun stadion sepak bola setempat.
”Kenapa perlombaannya hanya lari? Selain karena tidak ada lapangan yang memadai untuk menggelar banyak nomor perlombaan, lari dipilih karena merupakan induk perlombaan dalam atletik. Kalau punya kemampuan lari yang bagus, mereka bisa saja diarahkan untuk fokus ke nomor-nomor lain di lintasan ataupun lapangan,” jelas Mustara.
Mustara mengutarakan, dirinya berharap kejuaraan ini bisa menyebar ke seluruh Indonesia. Hal itu mungkin terjadi jika kampus atau perguruan tinggi setempat berperan aktif untuk menjalankan program tersebut, terutama dari fakultas maupun jurusan ilmu keolahragaan, serta pendidikan jasmani dan kesehatan.
”Kejuaraan tingkat kampung seperti inilah yang menjadi sumber atlet potensial di Jamaika. Dari kejuaraan itu, muncul pelari legendaris Jamaika dari Merlene Ottey, Asafa Powell, hingga Usain Bolt,” tutur Mustara yang menggagas Kejuaraan Atletik Pelajar se-Jakarta yang digelar setiap tahun sejak 2006.
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini mengatakan, dirinya sangat mendukung penyelenggaraan kejuaraan tingkat kampung tersebut. Sebab, sering kali pelatih pelatnas tidak bisa memantau langsung atlet potensial di daerah atau pelosok. ”Kalau ada kejuaraan tingkat kampung ini, kami bisa lebih mudah mendapatkan informasi saat ada atlet potensial di suatu daerah,” ujar Pelatih Atletik Terbaik Asia 2019 ini.
Zohri pernah menyampaikan, dulu, dirinya lebih suka bermain sepak bola karena cabang atletik minim sekali kegiatan latihan dan perlombaannya. Jika latihan dan perlombaan atletik lebih bergeliat di level kampung, Zohri optimistis akan ada lebih banyak anak muda yang menekuni cabang yang menjadi salah satu induk olahraga itu.