Usai Banjir Warga Berjuang Bersihkan Sampah dan Lumpur
Setelah banjir surut, warga harus membersihkan sampah di sekitar rumah mereka. Sampah itu mengendap setelah permukiman mereka terendam banjir selama delapan hari sejak awal Januari 2020.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
Genangan di Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, baru saja surut pascabanjir, Kamis (9/1/2020). Selama delapan hari kawasan itu terendam air sejak awal Januari 2020, warga kini dipusingkan dengan sisa sampah dan lumpur yang masuk ke rumah.
Gundukan sampah itu seluruhnya menumpuk di depan rumah warga. Tumpukannya terdiri atas berbagai jenis, mulai dari plastik, kayu, hingga pakaian sisa yang terendam air. Sebagian gundukan bahkan tingginya mencapai 2 meter.
Sehan, warga RT 002 RW 001 Semanan, bingung harus membawa ke mana gundukan sampah tersebut. ”Petugas kebersihan meminta warga mengumpulkan sampah di dalam karung. Belasan karung pun sudah menumpuk di depan rumah kontrakan, tetapi belum terangkut juga selama beberapa hari terakhir,” ujarnya.
Begitu pula Eko Budiyanto, warga RT 007 RW 001, yang membuang kasur dan sebagian perabot rumah karena terendam banjir. Perabot kayu yang kini melapuk seluruhnya ia tumpuk di depan rumah.
”Keluarga saya terpaksa membuang banyak barang karena sudah tidak dapat dipakai lagi. Ini pun masih menunggu giliran agar sampah segera diangkut,” kata pria usia 41 tahun ini. Sampah sisa genangan tidak hanya menjadi masalah di Semanan. Hampir selama sepekan, petugas kebersihan di berbagai tempat mengeluhkan peningkatan tonase sampah pascabanjir.
Kepala Satuan Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Kota Jakarta Barat Hariyanto Silalahi mengakui petugas kewalahan membereskan sampah pascabanjir. Sekitar 30 petugas UPK Badan Air setiap kecamatan di Jakarta Barat kini dibantu warga dan sukarelawan untuk pengangkutan sampah.
Hariyanto menyampaikan, tonase sampah di Jakarta Barat sepanjang 1-5 Januari 2019 mencapai 1.044 ton. ”Jika dibuat rata-rata harian, tonase sampah meningkat hampir 20 persen. Sampah ini jelas terlalu banyak,” ujarnya.
Belum tuntas dengan sampah yang padat, sisa lumpur akibat banjir juga tidak terselesaikan. Indra, salah seorang petugas pengangkut sampah di Semanan, mengatakan, sampah dan lumpur hanya ditumpuk di samping apartemen Daan Mogot City.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih menyatakan, sampah di Jakarta Barat menjadi jumlah terbanyak di Jakarta. ”Semuanya sedang kami tangani, tetapi Jakarta Barat menjadi yang terbanyak. Semua akan diangkut dari rumah warga menuju ke titik kumpul sampah di sekitar kawasan terlebih dahulu,” kata Andono.
Andono menjanjikan penanganan sampah bisa selesai sebelum pekan depan. Sebab, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi hujan lebat dan pasang air laut di Teluk Jakarta hingga 0,6 meter pada 9-12 Januari.
Ia mengakui, persoalan sampah menjadi sangat serius karena berkaitan dengan kesehatan lingkungan warga. Ia menghindari munculnya penyakit seperti demam berdarah, yang umumnya melanda lingkungan pascabanjir.
”Karena itu, sampah yang sudah ada di area penampungan sementara akan langsung diangkut secara bertahap. Setelah itu baru dibawa ke tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) di Bantargebang. Kami mengantisipasi hal ini sebelum ada yang sakit,” ujarnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya mengatakan, banjir kali ini membutuhkan keterlibatan warga dan semua pihak. Begitu pula dalam hal sampah, dirinya meminta agar warga bekerja sama membersihkan sampah di lingkungan masing-masing.
Warga kini merasa telah melakukan kewajiban membereskan sampah di lingkungan masing-masing. Meski begitu, kawasan permukiman padat masih menunggu pengangkutan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sementara masalah tersebut belum tuntas, warga terus menunggu giliran sampah di depan rumah diangkut tanpa kepastian.