Banjir dan longsor melanda enam kecamatan di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Akibatnya, ratusan rumah penduduk terendam, delapan di antaranya hanyut terbawa arus. Seorang warga dilaporkan hilang dalam peristiwa itu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
LAHAT, KOMPAS - Banjir dan longsor melanda enam kecamatan di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Akibatnya, ratusan rumah penduduk terendam, delapan di antaranya hanyut terbawa arus. Seorang warga dilaporkan hilang dalam peristiwa itu.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori, Kamis (9/1/2020), mengatakan, banjir bandang di Lahat merendam Kecamatan Kota Lahat, Merapi Barat, Pulau Pinang, Gumay Talang, Pseksu, dan Kikim Timur. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Lematang dan Sungai Empayang.
Ansori menerangkan, banjir merendam ratusan rumah dengan ketinggian berkisar 40-70 sentimeter. Arus banjir yang cukup deras juga membuat delapan rumah hanyut terbawa arus. Satu orang dilaporkan hilang dalam peristiwa itu.
Saat ini, petugas masih melakukan pendataan di lapangan untuk menghitung jumlah kerugian dan kemungkinan adanya korban.
Kondisi terparah ada di Kecamatan Kikim Timur, lokasi tujuh dari delapan rumah yang terseret arus deras banjir dan warga yang dilaporkan hilang. Di Kecamatan Pseksu, material lumpur yang terbawa arus banjir menutup jalan akses ke beberapa desa.
"Saat ini, petugas masih melakukan pendataan di lapangan untuk menghitung jumlah kerugian dan kemungkinan adanya korban," kata dia.
Pada Kamis malam, banjir mulai surut di beberapa kecamatan. Warga pun membersihkan bekas banjir. Kabupaten Lahat sendiri dalam dua minggu terakhir sudah diterjang dua kali banjir bandang. Pada Selasa (31/12/2019), Kecamatan Mulak Ulu dan Mulak Sebingkai juga diterjang banjir bandang yang membuat jembatan penghubung dan rumah warga rusak.
Melihat kondisi banjir dan longsor yang kerap terjadi dalam beberapa hari terakhir, Gubernur Sumatera Selatan mengeluarkan surat edaran tentang antisipasi kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir dan tanah longsor.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Sumsel Iriansyah mengatakan, surat edaran ini untuk mempermudah koordinasi antarinstansi. "Antisipasi dan kesiapsiagaan harus ditingkatkan mengingat curah hujan diprediksi meningkat," katanya.
Beberapa daerah di Sumsel memiliki potensi bencana banjir dan longsor cukup tinggi. Untuk di dataran tinggi, lanjut Iriansyah, longsor masih menjadi ancaman utama, terutama di Kabupaten Empat Lawang, Muara Enim, Lahat, dan Pagar Alam. Adapun untuk kawasan berisiko banjir adalah Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Rawas, dan Musi Rawas Utara.
Kepala Seksi Informasi dan Observasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Bambang Benny Setiadji, mengungkapkan, pertumbuhan pusat tekanan rendah di wilayah Australia menyebabkan belokan dan pertemuan massa udara di wilayah Sumsel hingga 13 Januari.
Kondisi ini akan menyebabkan peningkatan dan kontinuitas curah hujan di wilayah Sumsel bagian barat dan pada wilayah dataran tinggi (Bukit Barisan). Hal itu memunculkan potensi bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah di Sumsel.
Bambang menghimbau masyarakat dan pihak terkait untuk melakukan tindakan preventif guna meminimalisasi dampak bencana hidrometeorologi, seperti melakukan perbaikan infrastruktur agar lebih tahan bencana serta membersihkan dan memperbaiki drainase. Selain itu, perbaikan daerah aliran sungai dan menyiapkan kolam-kolam retensi juga sangat diperlukan.