Dua tim sekota, Manchester United dan Manchester City, berebut supremasi di semifinal Piala Liga Inggris, Rabu dini hari WIB. Kedua tim selalu menguasai trofi itu empat tahun terakhir.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN – Musim ini, trofi juara Liga Inggris hampir pasti meninggalkan Kota Manchester menyusul tancap gasnya Liverpool di puncak klasemen. Namun, di ajang berbeda, masih sulit menggeser Manchester dari dominasinya atas trofi Piala Liga Inggris.
Dalam empat musim terakhir, trofi Piala Liga tidak pernah hengkang dari Manchester. “The Citizens” meraihnya tiga kali, yaitu 2016, 2018, dan 2019, adapun “Setan Merah” sekali menguasainya pada 2017. Jika ditotal, duo klub Manchester itu mengemas 11 trofi Piala Liga sejak turnamen itu diperkenalkan pada 1960 silam atau tiga piala lebih banyak dari Liverpool.
MU dan City berpeluang mempertahankan supremasinya di turnamen itu pada musim ini. Hanya saja, takdir memaksa keduanya saling bunuh di semifinal. Laga pertama semifinal itu digelar Rabu (8/1/2020) pukul 03.00 WIB di Stadion Old Trafford. Pada 30 Januari, City akan gantian menjamu MU di Stadion Etihad pada laga kedua semifinal.
Adapun semifinal Piala Liga lainnya mempertemukan dua kuda hitam, Leicester City dengan Aston Villa. Pada perjalanannya, Leicester menyingkirkan Everton di perempat final, adapun Villa menghentikan Liverpool. Kedua tim akan berjuang untuk menantang wakil dari Manchester pada final Piala Liga, 1 Maret mendatang.
Kami bisa melakukannya secara fisik. Namun, bagaimanapun, setiap laga memiliki takdirnya sendiri
Dalam satu dekade terakhir ini—sejak pensiunnya manajer legendaris MU, Sir Alex Ferguson—The Citizens bangkit menjadi penguasa baru di Manchester. Hampir setiap derbi Manchester tujuh tahun terakhir dimenangi City. Musim lalu, “Tetangga yang Berisik”, yaitu julukan City yang diberikan Ferguson, bahkan menyapu bersih tiga gelar domestik di Inggris.
Namun, musim ini, dominasi City di Manchester itu nampak mulai runtuh. Gejala itu terlihat pada duel terakhir kedua tim, yaitu 8 Desember 2019 lalu di Liga Inggris. Ketika itu, City dipermalukan 1-2 di Etihad lewat serangan-serangan balik mematikan MU. Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer ingin mereplikasi performa serupa di derbi Manchester dini hari nanti.
MU selalu kalah dari City dalam tiga pertemuan terakhir kedua tim di Old Trafford pada ajang Liga Inggris. Namun, Solskjaer berharap situasinya terbalik di Piala Liga kali ini. “Kami harus menargetkan performa seperti itu (saat mengalahkan City di Etihad). Kami bisa melakukannya secara fisik. Namun, bagaimanapun, setiap laga memiliki takdirnya sendiri,” ujar Solskjaer yang tetap mewaspadai kebangkitan City.
Di kubu terpisah, Manajer Manchester City Pep Guardiola meyakini MU bakal tampil dengan karakter taktik yang serupa saat derbi Desember lalu. Ketika itu, MU mengeksploitasi pertahanan City yang melemah lewat serangan balik frontal dengan memanfaatkan kecepatan para penyerangnya seperti Marcus Rashford, Daniel James, dan Anthony Martial.
Guardiola telah menjadikan kekalahan saat itu sebagai pengalaman berharga timnya. “Mereka (MU) adalah tim yang didesain untuk ini (serangan balik cepat) dan menjadi salah satu tim terbaik di Liga Inggris saat berlari. Untuk itu, kami harus mengurangi kesalahan saat membangun serangan. Namun, kami akan tetap mengedepankan gaya sendiri,” ujarnya.
Mantan manajer Barcelona itu harus berpikir keras untuk menangkal serangan balik MU meskipun mereka kemungkinan tidak bisa diperkuat Martial dan Jesse Lingard. Selain itu, duo gelandang MU, Paul Pogba dan Scott McTominay juga bakal absen akibat cedera. Namun, MU tetap berbahaya karena memiliki Rashford plus bek sayap cepat, Aaron Wan-Bissaka, yang diistirahatkan pada laga kontra Wolverhampton Wanderes di Piala FA.
Pulihnya Laporte
City mendapatkan kabar positif menyusul pulihnya bek tengah andalannya, Aymeric Laporte. Setelah sempat absen empat bulan akibat cedera lutut, bek asal Perancis itu kembali berlatih dengan timnya, pekan lalu. Namun, laga kontra MU terlalu dini baginya. “Dia belum berlatih penuh, hanya 10 atau 15 menit. Pekan depan kemungkinan ia bisa mulai bermain dan menjalani seluruh sesi latihan,” tutur Guardiola akhir pekan lalu.
Untuk menangkal serangan balik mematikan MU tanpa Laporte, Guardiola pun telah menyiapkan taktik khusus, yaitu pola tiga bek tengah plus dua bek sayap. Taktik yang jarang dimainkannya itu telah diasah di dua laga terakhir, yaitu kontra Everton di Liga Inggris dan Port Vale di Piala FA. City selalu menang di kedua laga itu.
Saya tahu situasinya bakal sulit. Namun, kami harus mengatasinya dengan tenang
Pola tiga bek tengah ini bisa menjadi jawaban Guardiola terkait masalah pertahanan timnya. “Fernandinho (bek dadakan City) seringkali terekspos para penyerang cepat lawan jika City bermain dengan pola dua bek sejajar. Ketika melawan Everton (dengan tiga bek), ia tampil lebih baik dan percaya diri. Ia membuat lima tekel, jumlah yang sama banyaknya dari kontribusi (pertahanan) seluruh pemain City lainnya,” ungkap Adam Bate, analis sepak bola Inggris di Sky Sports.
Guardiola kemungkinan bakal menurunkan para pemain terbaiknya di laga ini. Di lain pihak, krisis pemain di kubu MU kian memburuk menyusul cederanya bek Harry Maguire saat menghadapi Wolves di Piala FA. Di saat sama, Marcos Rojo dan Eric Bailly juga belum pulih dari cedera. Praktis, saat ini hanya tersisa dua bek tengah di MU, yaitu Phil Jones dan Victor Lindelof.
Laga kontra City di Old Trafford bakal menjadi ujian terberat MU memulai tahun ini. Mereka belum sekali pun menang di tahun 2020 ini setelah dikalahkan Arsenal 0-2 di Liga Inggris dan ditahan imbang Wolves 0-0 di Piala FA. “Saya tahu situasinya bakal sulit (akibat badai cedera pemain). Namun, kami harus mengatasinya dengan tenang,” ujar Solskjaer. (AFP)