Regu Penolong Membutuhkan Alat Berat Menjangkau Lokasi Bencana di Bogor
Sebagian lokasi bencana di Kabupaten Bogor, Jawa Barat masih sulit diakses. Selain cuaca buruk yang melanda kawasan tersebut, akses jalan menuju lokasi tertutup material longsoran.
Oleh
Agudio Adri
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Regu penolong masih kesulitan menjangkau sejumlah desa terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Cuaca buruk masih masih menjadi kendala petugas mencapai lokasi kritis. Pada saat ini, keberadaan alat berat sangat dibutuhkan untuk membuka jalur pertolongan.
Sejak Selasa (7/1/2019) subuh, cuaca di sejumlah wilayah Kecamatan Sukajaya, Nanggung, Cigudeg, dan Jasinga, tidak bersahabat bagi petugas menuju ke desa-desa terdampak banjir dan longsor untuk mendistribusikan logistik. Hujan deras mulai reda menjelang pagi, tetapi sekitar pukul 10.00 kembali hujan deras.
Alat berat dibutuhkan petugas untuk meyingkirkan gelondongaan kayu yang menghalangi dan bertebaran menutupi akses jalan. Petugas hanya mengandalkan gergaji mesin, kapak, sekop, dan tali untuk memotong dan menyingkirkan kayu.
“Kami perlu alat untuk menutupi kekurangan tenaga. Jika ada alat berat bisa cepat buka jalur. Tapi memang tidak semua desa bisa diakses alat berat karena medan dan jalan menuju beberapa desa seperti di Kecamatan Sukajaya cukup sulit,” kata salah satu petugas TNI yang tidak mau disebutkan namanya, Selasa (7/1/2019).
Meski hujan dan medan yang cukup berat, tidak menyurutkan petugas dan relawan mendistrubusikan logistik. Seperti terlihat di Kantor Kecamatan Jasinga. Tumpukan boks berisi makan, lilin, dan logistik lainnya tersusun rapi dan siap disalurkan ke 9 desa.
Camat Jasinga Asep Aer Sukmaji mengatakan, sudah memetakan wilayah yang terdampak paling parah. Hal itu untuk memudahkan kebutuhan yang diperlukan keluarga korban bencana Terutama untuk ibu-ibu, anak-anak, dan lansia.
“Kami stop menerima pakaian, itu sudah terlalu banyak. Kebutuhan saat ini obat, makanan, dan lilin. Kami petakan korban dan wilayah, jadi logistik tepat guna. Bersama relawan dan petugas kami terus berusaha saluran bantuan,” kata Asep.
Berdasarkan data Kecamatan Jasinga, ada 9 desa dan 9.768 jiwa yang terdampak banjir dan longsor. Dari 9 desa tersebut, desa Kalongsawah salah satu yang terparah. Ada 1 korban jiwa dan sekitar 116 rumah rusak dan tersapu air sungai.
Hujan yang masih menyelimuti Kabuoaten Bogor, membuat sejumlah warga trauma dan takut ada banjir susulan. Seperti yang diungkapkan Aji (31), warga desa Kalongsawah. Kejadian Rabu (1/1/2020), masih membekas diingatannya hingga saat ini. Rumah Aji yang ia tempati bersama ibu dan adik bungsunya rusak dan penuh pasir dan lumpur.
“Takut kalau hujan, takut jika hujan deras akan menyapu desa kami. Tidak ada harta benda yang bisaa kami selamatkan. Malam pagi itu panik dan kami langsung meninggalkan rumah dan mencari tenpat aman,” ujar Aji sembari mencari surat-surat berharga dan mengambil piring dan gelas yang tertimbun pasir.
Rasa takut juga dirasakan Andi (45). Sejak peristiwa banjir dan longsor yang menerjang Desa Harkatjaya, ia bersama pria lainnya berjaga dan membantu petugas membuka jalur. Ia masih takut jika hujan deras datang dan mmengakibatkan longsor susulan. Kebetulan rumah ayah 4 anak ini tidak jauh dari tebing. Dan tak jauh dari rumahnya sekitar 10 meter ke arah bawah ada tebing yang sudah amlas dan menimpa rumah sejumlah rumah.
“Anak istri ngungsi, kami pria berjaga disini sembari membantu petugas dan untuk menerima bantuan dari para relawan. Kadang takut itu kalau malam, karena gelap, listrik mati. Takutnya kalau hujan deras. Takut banjir dan longsor lagi,” ujarnya.