Memasuki awal musim hujan, lahan persawahan seluas 876 hektar di lima kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, tergenang banjir. Hal itu disebabkan meluapnya sejumlah sungai di sekitar area sawah.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Memasuki awal musim hujan, lahan persawahan seluas 876 hektar di lima kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, tergenang banjir. Hal itu disebabkan meluapnya sejumlah sungai di sekitar area sawah akibat hujan beberapa hari terakhir.
Selasa (7/1/2020) siang, Rojak (65), petani penggarap di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, sibuk mencuci cangkul yang baru saja digunakannya. Sawah garapannya seluas 0,5 hektar terbenam banjir akibat luapan Sungai Cibeet pada pergantian tahun. Akibat banjir, 5 kilogram benih padi yang ia sebar dan belum sempat bertunas hanyut terbawa air.
”Hanyut begitu saja benihnya. Sekarang dari awal lagi, mengolah tanah dan menebar benih lagi,” ucapnya sambil membetulkan topi bundarnya.
Modal yang dikeluarkan untuk setiap kilogram benih padi Rp 75.000. Total kerugiannya Rp 375.000. Meski ditimpa musibah, ia tetap bersyukur. ”Untung saja mereka (tanaman padi) belum pada bunting. Bisa-bisa rugi banyak,” katanya.
Oyim (60), petani penggarap di Desa Wadas, Telukjambe Timur, bernasib lebih beruntung daripada Rojak. Ketika banjir, lahan sawah yang ia garap belum ditanami padi meski baru saja dibajak. Sawah seluas 3.000 meter persegi itu berbatasan langsung dengan Sungai Cibeet.
Menurut Kepala Seksi Perlindungan Tanaman di Dinas Pertanian Karawang Yuyu Yudaswara, persawahan yang tergenang banjir merupakan fenomena baru yang muncul setelah lebih dari tiga tahun tidak terjadi di Karawang. Pada tahun ini curah hujan lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hingga Selasa (7/1/2020), terdapat 876 hektar sawah yang terendam banjir di lima kecamatan di Karawang. Sebanyak 4 hektar di Kecamatan Karawang Barat, Pakisjaya (736 hektar), Telukjambe Barat (63 hektar), Tirtajaya (27 hektar), dan Rawamerta (46 hektar).
Persawahan yang tergenang banjir merupakan fenomena baru yang muncul setelah lebih dari tiga tahun tidak terjadi di Karawang. Pada tahun ini curah hujan lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. (Yuyu Yudaswara)
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Hanafi Chaniago menambahkan, musibah banjir di area persawahan tidak akan berpengaruh terhadap target produksi. Sebab, air menggenangi sawah dalam durasi relatif singkat, yakni 3-10 hari. ”Karena tidak terlalu lama, bisa tanam lagi,” katanya.
Saat ini pihaknya tengah mengumpulkan data di lapangan. Selanjutnya, data tersebut akan diajukan ke Kementerian Pertanian untuk meminta bantuan sesuai dengan program yang ada di kementerian. Bagi petani yang gagal panen bisa mengklaim uang ganti rugi jika ikut asuransi usaha tani. Tahun 2019, Dinas Pertanian Kabupaten Karawang mengalokasikan anggaran Rp 1,44 miliar untuk program asuransi usaha tani padi guna mengasuransikan 40.000 hektar lahan sawah.
Sasaran program ini adalah petani yang kepemilikan lahannya maksimal 1 hektar. Pembayaran premi asuransi Rp 180.000 per hektar. Petani yang ikut asuransi, maka sawahnya akan mendapatkan ganti rugi Rp 6 juta per hektar saat mengalami gagal tanam atau gagal panen.