Korban Longsor Bogor Jalan Kaki Berjam-jam demi Makanan
Upaya membuka akses jalan yang tertutup longsor terus dilakukan oleh BPBD, TNI, Polri, dan berbagai komunitas sukarelawan. Delapan alat berat pun telah diterjunkan ke lokasi. Kerja mereka terkendala hujan dan kabut.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga enam desa di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang terisolasi akibat bencana longsor, terpaksa berjalan kaki turun gunung, berjam-jam, mendatangi desa-desa tetangga, untuk memperoleh makanan. Ini terjadi karena masih sulitnya distribusi bantuan ke desa-desa terdampak longsor akibat terputusnya akses jalan oleh longsoran.
Fahri (36), salah seorang warga Desa Harkatjaya, Sukajaya, yang ikut membantu membuka akses jalan yang terputus, mengatakan, hingga Senin (6/1/2020) siang, akses jalan ke beberapa desa yang terisolasi belum bisa dilalui kendaraan bermotor. Personel TNI, Polri, dan sukarelawan terpaksa mendistribusikan kebutuhan logistik dengan berjalan kaki.
”Kami bertemu banyak warga dari desa-desa terisolasi yang keluar desa. Mereka menuju ke Kantor Kepolisian Sektor Sukajaya untuk dijemput keluarga atau mencari kebutuhan makanan,” kata Fahri, saat dihubungi dari Jakarta.
Sedikitnya enam desa di Kecamatan Sukajaya masih terisolasi akibat longsor pada 1 Januari 2020. Keenam desa dimaksud yaitu Desa Cileuksa, Urug, Pasir Madang, Kiarapandak, Kiarasari, dan Cisarua.
Ketua Karang Taruna Desa Harkatjaya, Nurdin, menambahkan, warga Harkatjaya yang juga terdampak bencana longsor masih kesulitan memenuhi kebutuhan makan dan minum karena terbatasnya pasokan bantuan. Sebab, pasokan bahan pokok itu juga dibagi dengan pengungsi dari desa lain yang mengambil bahan makanan dari posko bencana Harkatjaya.
”Bantuan yang masuk selalu habis karena banyak desa yang terisolasi. Warganya turun gunung ke Posko Bencana Desa Harkatjaya. Mereka jalan kaki sekitar dua jam ke sini, cari bantuan makanan,” katanya.
Warganya turun gunung ke Posko Bencana Desa Harkatjaya. Mereka jalan kaki sekitar dua jam ke sini, cari bantuan makanan.
Nurdin menambahkan, warga terdampak longsor di desanya, di Harkatjaya, mencapai 1.245 orang. Korban pengungsi yang terdampak mengungsi ke balai desa, sekolah, dan ada pula yang ke rumah kerabatnya.
Akses sulit
Kepala Bidang Pencegahan dan Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Dede Armansyah, mengatakan, bantuan ke enam desa yang terisolasi sudah dibawa ke desa-desa yang lokasinya dekat dengan keenam desa tersebut. Namun, pihaknya belum bisa mendistribusikan langsung ke enam desa itu lantaran akses ke desa-desa tersebut masih tertimbun longsor.
”Kami sudah kepung desa-desa terisolasi dengan logistik. Begitu akses bisa terbuka, logistik langsung kami dorong pakai kendaraan,” kata Dede.
Hingga Senin (6/1/2020), penyaluran logistik masih mengandalkan helikopter. Namun, distribusi lewat udara juga terkendala daya tampung helikopter yang terbatas dan kerap kali terkendala kondisi cuaca.
”Hari ini dari BPBD ada 600 kilogram bahan pokok yang akan kami kirim ke Desa Cisarua menggunakan helikopter, tetapi masih menunggu kondisi cuaca. Saat bersamaan, di Pangkalan Udara Militer Atang Sanjaya, juga ada satu helikopter yang akan berangkat ke Desa Pasir Madang dengan jumlah bahan pokok sekitar 700 kilogram,” ujar Dede.
Kami sudah kepung desa-desa terisolasi dengan logistik. Begitu akses bisa terbuka, logistik langsung kami dorong pakai kendaraan.
Sementara itu, melalui jalur darat, pada Minggu (5/1/2020), sebagian sukarelawan mencoba mengantarkan bantuan ke Desa Cileuksa menggunakan delapan mobil off-road. Hingga Senin (6/1/2020), bantuan logistik itu baru tiba di salah satu kampung terluar di Desa Cileuksa. Adapun bantuan bahan pokok ke Desa Kiarapandak coba didistribusikan dengan motor trail.
Adapun bantuan ke Pasir Madang dipikul sukarelawan dengan berjalan kaki. Dengan cara dipikul atau hanya menggunakan motor, logistik yang bisa disalurkan jumlahnya minim dan terbatas.
Alat berat dikerahkan
Sementara itu, upaya membuka akses jalan yang tertutup longsor juga terus dilakukan oleh BPBD, TNI, Polri, dan berbagai komunitas sukarelawan. Sudah delapan alat berat yang dikerahkan untuk membuka jalan-jalan penghubung antardesa itu. Dengan kerja keras tersebut, BPBD menargetkan akses ke Desa Kiarapandak dan Desa Pasir Madang bisa segera terbuka.
Untuk diketahui, membuka akses jalan itu bukan perkara mudah. Kerja mereka sering kali terhambat oleh hujan dan kabut tebal.
Dari enam desa terdampak, BPBD Kabupaten Bogor belum memiliki data pasti jumlah korban terdampak. Pasokan data dari aparat pemerintah desa yang terdampak belum sampai ke pemerintah daerah setempat karena saluran komunikasi di desa-desa itu juga terputus.