Pembebasan 118 bidang lahan di sejumlah kelurahan di Jakarta yang sebagian sudah dimulai tahun lalu akan dilanjutkan tahun ini. Harapannya, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane bisa melanjutkan penataan sungai.
Oleh
Helena F Nababan dan Nikolaus Harbowo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembebasan 118 bidang lahan di sejumlah kelurahan di Jakarta yang sebagian sudah dimulai tahun lalu akan dilanjutkan tahun ini. Harapannya, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) bisa melanjutkan penataan bantaran sungai.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf, Senin (6/1/2020), menyatakan, penataan tiga sungai akan dilanjutkan pada 2020. Ditemui seusai rapat koordinasi di Balai Kota DKI Jakarta, Juaini menjelaskan, normalisasi kali merupakan program yang digarap oleh Kementerian PUPR, dalam hal ini oleh BBWSCC bersama Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas SDA. Dinas bertugas melakukan pembebasan lahan dan BBWSCC mengerjakan penataan sungai.
Target penataan sungai terutama Ciliwung, Pesanggrahan, dan kali lain, seperti Sunter. Pekerjaan lain yang akan dilakukan adalah normalisasi waduk. Total anggaran pembebasan lahan yang disiapkan dalam APBD DKI 2020 Rp 660 miliar.
Normalisasi merupakan upaya memperbaiki lingkungan kali yang bantarannya dipenuhi rumah tinggal warga sehingga lebar kali menyempit. ”Ini upaya untuk memperlebar sungai dan untuk lebih banyak menampung debit air. Namanya sungai dulu kan lebarnya 20-30 meter. Sekarang paling lebar 10-15 meter dan daya tampung jadi kurang. Makanya itu perlunya dinormalisasi,” katanya.
Karena memperlebar, maka penataan sungai ini membutuhkan pembebasan atas lahan yang ditempati. Tahun ini, ada 118 bidang di kelurahan Tanjung Barat, Pejaten Barat, Pejaten Timur, Cililitan, dan Bale Kambang yang dilanjutkan pembebasannya.
Itu melanjutkan program 2019 yang belum selesai. Disebut sebagai program lanjutan karena dari 2019 pembebasan tak kunjung tuntas akibat masalah administrasi legalitas lahan hingga nilai NJOP lahan yang terus naik.
”Targetnya tahun ini kami sudah bisa memberikan kepastian lahan kepada BBWSCC karena mereka yang akan mengerjakan normalisasi,” kata Juaini.
Tambah pompa
Juaini menjelaskan, dari rapat koordinasi, banjir terjadi karena volume air yang sangat tinggi sehingga kali-kali meluap. Air dari saluran-saluran pun tidak bisa masuk ke kali sehingga memunculkan genangan.
Tambahan lagi, volume air yang melimpah membuat pompa-pompa air stationer milik Dinas SDA terendam. ”Ada 10 titik lokasi pompa yang terendam, dengan jumlah pompa per titik bervariasi dua-empat pompa. Di antaranya di Teluk Gong, Semanan, Kampung Melayu, Kampung Pulo, dan Jati Pinggir,” ucap Juaini.
Karena terendam, pompa tidak diaktifkan supaya tidak rusak. Sebagai ganti, SDA mengaktifkan pompa mobile untuk menyedot air.
Saat ditanya tentang prosedur standar operasi (SOP) kesiagaan banjir saat Katulampa dalam Siaga 4 dan seharusnya air di pintu-pintu air mulai disedot, Juaini menjelaskan, pihaknya sempat melakukan SOP itu. Namun, volume air yang banyak keburu merendam pompa-pompa.
Untuk pompa stationer yang sempat terendam, lanjutnya, sekarang masih dalam pemeliharaan supaya bisa dipakai lagi. Ke depan, lanjut Juaini, karena melihat situasi seperti itu, SDA akan meninggikan pompa yang ada. ”Jadi, di lokasi-lokasi yang selama ini kita anggap rawan. Ada beberapa titik aja sih, enggak semuanya,” katanya.
Ia yakin 400-an pompa stationer ditambah 133 pompa mobile bisa aktif dan dipergunakan menghadapi musim hujan yang puncaknya diprediksi terjadi pada Februari mendatang. ”Kami berupaya memenuhi SOP saat Katulampa Siaga 4 dan kami harus mulai menyedot air di pintu-pintu air serta menyiagakan petugas,” ucapnya.
Selain itu, 8.000 anggota pasukan biru juga bersiaga mengantisipasi banjir.