109.163 Warga Cirebon Terancam Banjir, Pemkab Siapkan Rp 10 Miliar
Setelah diterpa kekeringan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kini terancam kebanjiran. Sebanyak 109.163 warga pun berpotensi terdampak.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS - Setelah diterpa kekeringan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kini terancam kebanjiran. Sebanyak 109.163 warga pun berpotensi terdampak. Selain mengantisipasi bencana berulang, Pemkab Cirebon juga menyiapkan dana tanggap darurat banjir Rp 10 miliar.
Dalam Rapat Koordinasi Penanganan Bencana di Markas Kepolisian Resor Kota Cirebon, Senin (6/1/2020), terungkap sebanyak 51 desa di tujuh kecamatan terancam banjir. Wilayah itu adalah Ciledug, Pabedilan, Pasaleman, Gebang, Losari, Waled, dan Gunung Jati.
Sebanyak 109.163 orang terancam terdampak bencana tersebut. Untuk mengantisipasi dampak banjir, Pemkab Cirebon menerbitkan surat keputusan status siaga darurat banjir dan tanah longsor pada 1 Desember 2019 hingga 31 Mei 2020.
Jika terjadi banjir dan berdampak pada warga serta fasilitas umum, status siaga dinaikkan menjadi tanggap darurat banjir. "Dengan begitu, dana tak terduga Rp 10 miliar bisa dicairkan. Kalau kurang, nanti ditambah," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cirebon Eman Sulaeman.
Kepala BPBD Cirebon Dadang Suhendra menambahkan, pihaknya bersama TNI menyiapkan langkah antisipasi banjir, seperti pembersihan sampah dan eceng gondok di Sungai Cipager. "Namun, Jumat ini dibersihkan, minggu depan kotor lagi. Eceng gondoknya tebalnya sampai 1 meter," ucapnya.
Pihaknya juga meninggikan tanggul hingga tiga meter di wilayah timur Cirebon, daerah aliran Sungai Cisanggarung sepanjang 5,2 kilometer. Daerah Ciledug dan waled tahun lalu menjadi daerah paling terdampak banjir.
Sebanyak 38 desa dari 6 kecamatan di daerah itu terendam banjir. Tiga warga meninggal dunia dan lebih dari 50.000 warga terdampak. Oleh karena itu, tahun ini, pihaknya mendirikan posko banjir di Ciledug.
Dadang mengatakan, dalam peta bencana di Jabar, Cirebon termasuk urutan keenam paling rawan banjir, longsor, hingga kekeringan. "Empat tahun lalu, Cirebon masih urutan ketujuh," ucapnya.
Tahun lalu saja, sebanyak 57 desa dari 27 kecamatan mengalami krisis air bersih. Bantuan 7 juta liter air pun disalurkan kepada warga. Padahal, pada 2018 dampak banjir berlangsung di 17 desa dari 9 kecamatan dengan bantuan sekitar 1,7 juta liter air bersih.
"Cirebon ini kalau kemarau kekeringan. Saat musim hujan kebanjiran. Kemampuan kami terbatas. Butuh bantuan dari instansi lain dan masyarakat" katanya. Pihaknya juga berharap Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dapat menormalisasi aliran sungai yang dangkal dan menyempit.
Cirebon ini kalau kemarau kekeringan. Saat musim hujan kebanjiran. Kemampuan kami terbatas. Butuh bantuan dari instansi lain dan masyarakat
Kepala Polresta Komisaris Besar M Syahduddi mengatakan, pihaknya tengah menginventarisasi sarana dan prasarana dari berbagai instansi untuk penanggulangan banjir. "Kami siap menjaga keamanan warga saat bencana. Sebanyak 385 personel kami siaga," katanya.
Camat Greged Ikin Asikin mengeluhkan lambannya langkah antisipasi tanah longsor di Greged. "Tanggul yang rusak akibat banjir memicu longsor di daerah kami. Tujuh rumah dievakuasi. Sejak 2017 sudah ditinjau oleh BBWS Cimanuk-Cisanggarung, tetapi belum ada hasil sampai sekarang," ungkapnya.
Kepala Seksi Pengendalian Pelaksanaan Sungai dan Pantai BBWS Cimanuk Cisanggarung Sri Hartina mengatakan, pihaknya sudah berupaya mencegah banjir di Cirebon. "Tahun 2019, kami sudah membangun tanggul penahan tanah di tiga sungai di Cirebon. Namun, tahun ini belum ada paket pengerjaan lagi," katanya.
Ahmad Faa Izyin, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, mengatakan, hujan lebat diprediksi melanda wilayah Cirebon hingga 12 Januari. "Masyarakat diharapkan waspada. Hujan juga dapat disertai angin kencang dan petir," katanya.