Museum mulai menarik minat warga Jabodetabek sebagai tempat berlibur sembari menambah wawasan. Meskipun wajah museum terus bersolek, masih ada sebagian warga yang menganggap museum membosankan.
Oleh
Krishna P Panolih dan M Puteri Rosalina
·4 menit baca
Museum mulai menarik minat warga Jabodetabek sebagai tempat berlibur sembari menambah wawasan. Meskipun wajah museum terus bersolek, masih ada sebagian warga yang menganggap museum membosankan, kuno, dan hanya diperuntukkan bagi anak sekolah.
KOMPAS/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Petugas, Kamis (2/1/2020), di Museum Nasional, Jakarta, mendata koleksi benda bersejarah yang baru dipulangkan dari Museum Nusantara Delft, Belanda. Sebanyak 1.500 benda bersejarah Indonesia yang tersimpan di Museum Nusantara Delft akhirnya dipulangkan ke Tanah Air.
Indonesia sudah cukup lama mengenal museum. Mengutip buku Sejarah Permuseuman di Indonesia (2011), sejak zaman Belanda, sejumlah orang Eropa mendirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada April 1778 di Batavia.
Sejumlah benda arkeologi dan etnografi milik J.C.M. Radermacher (kolektor numismatik) dan Egbert Willem van Orsoy de Flines (kolektor keramik) dikumpulkan di sini. Lembaga inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Museum Nasional di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, kini.
Saat ini, jumlah museum di Indonesia mencapai 439 tempat. Mayoritas berada di Pulau Jawa, dengan jumlah terbanyak di Jakarta (64 museum). Kemudian disusul Jawa Tengah (55 museum) dan Jawa Timur (45 museum).
Ditilik dari isinya, ada museum yang menceritakan sejarah alam, etnografi dan arkeologi, maritim, religi, perbankan, sejarah perjuangan, rumah bersejarah, seni, serta industri.
KOMPAS/RATIH P SUDARSONO
Museum Zoologi dan Museum Tanah dan Pertanian di Kota Bogor
Curi perhatian
Keberadaan museum di Jakarta mulai mendapat perhatian warga Jabodetabek. Hampir 60 persen responden jajak pendapat Kompas akhir tahun lalu tertarik mengunjungi museum yang sekarang sudah menyajikan berbagai tema dari seni modern, industri, dan perbankan.
Catatan Dinas Pariwisata DKI Jakarta (2018), Museum Monumen Nasional (Monas) tercatat mendapat kunjungan wisatawan tertinggi, yakni hingga 1,9 juta orang. Monas merupakan ikon kota Jakarta yang menjadi destinasi utama saat berlibur di Jakarta.
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah terdapat Museum Sejarah Nasional. Ruangan besar berukuran 80 x 80 meter tersebut berisi 48 diorama yang menampilkan sejarah Indonesia sejak masa prasejarah hingga Orde Baru.
Kompas/Priyombodo
Burung merpati terbang di kawasan Museum Sejarah Jakarta, Jakarta Barat, Kamis (5/9/2019).
Museum Sejarah Jakarta mencatat kunjungan tertinggi kedua. Tahun 2018, jumlah pengunjung mencapai 812.000 orang. Dulunya, museum yang berada di kawasan kota tua ini merupakan Gedung Balaikota kedua yang dibangun pada masa pemerintahan VOC di Batavia. Museum yang sering disebut Museum Fatahillah ini menonjolkan peninggalan Belanda, seperti mebel, perabot rumah tangga, senjata, keramik, peta, dan buku.
Masih di kawasan kota lama, Museum Wayang serta Museum Seni dan Keramik juga ramai dikunjungi wisatawan. Tercatat pada 2018 sekitar 372.000 orang datang ke Museum Wayang serta 190.000 orang ke Museum Seni dan Keramik.
Program menarik
Agar menarik banyak pengunjung, pengelola museum harus siap dengan berbagai program yang menarik, seperti yang rutin dilakukan Museum Nasional dengan pentas dongeng Teater Koma. Dengan demikian, pengunjung tak sekadar melihat koleksi museum, tapi juga bisa menyaksikan pentas teater Koma yang interaktif.
Tren pameran museum masa kini tak lepas dari kesenangan pengunjung berswafoto dan mengunggah foto lewat media sosial, seperti Instagram, Facebook, ataupun Twitter. Hal ini dimanfaatkan pengelola museum untuk menarik pengunjung dan memberikan info terbaru mengenai koleksi museum.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pengunjung melihat karya seni bertajuk ”Infinity Mirrored Room-Brilliance of the Souls” karya Yayoi Kusama yang dipamerkan di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum Macan), Jakarta Barat, Kamis (15/2/2018).
Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN), misalnya. Museum seni modern dan kontemporer ini, selain menyajikan hasil kreasi seniman, juga bisa menjadi tempat berfoto diri yang instagrammable. Hasil foto-foto di Museum MACAN yang dibagikan di media sosial berhasil menarik minat warga untuk mengunjunginya.
Tak menarik
Meski demikian, ada seperempat lebih responden yang tidak tertarik berkunjung ke museum. Alasan yang paling banyak disebut (34,7 persen) adalah suasananya yang membosankan.
Selain itu, sebanyak 8,6 persen responden berpendapat, visualisasi barang yang dipamerkan di museum masih kuno, bahkan seram karena suasananya yang sepi.
Pendapat responden tersebut ada benarnya. Mengutip buku Museum di Indonesia, Kendala dan Harapan (2010), museum lebih dianggap sebagai lembaga yang berurusan dengan masa lalu, tak ada dinamika, tempat menyimpan benda masa lalu. Bahkan, kehadiran museum belum dirasakan manfaatnya.
Pertimbangan lainnya, hampir seperempat responden menyatakan, salah satu tempat wisata ini hanya untuk anak-anak sekolah saja. Ini mirip dengan anekdot zaman dulu soal museum. Berkunjung ke museum cukup dua kali seumur hidup. Sekali ketika SD dan sekali lagi saat mengantar cucu.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pengunjung mengamati koleksi Museum Maritim di kompleks kantor Pelindo II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (11/12/2019). Museum yang dikelola PT Pelindo II ini menyajikan informasi mengenai sejarah maritim Indonesia dan perdagangan laut setelah Revolusi Industri mulai dari tahun 1850 pasca-Revolusi Industri hingga tahun 2018.
Kesadaran akan pentingnya informasi yang didapat melalui museum salah satunya bisa dilakukan melalui sekolah. Seperti yang rutin dilakukan oleh Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda. Selama di museum, para murid tak hanya mendengarkan penjelasan, tetapi juga diselingi kegiatan interaktif, antara lain memainkan wayang kulit dan gamelan. Diharapkan, sepulang dari museum, murid bisa menceritakan pengalaman saat berkunjung ke museum dan mengajak orangtuanya ke museum.
Setidaknya anekdot soal museum bisa terpatahkan dengan inovasi pengelola museum di Jakarta.
Berkunjung ke museum bisa berkali-kali. Tak sekadar melihat pameran koleksi benda lama, tapi juga menikmati program interaktif, seperti pertunjukan Teater Koma di Museum Nasional ataupun berswafoto berulang kali di instalasi seni Museum MACAN.