Desa maju diharapkan tidak melaju kencang sendirian. Kiat sukses memajukan desa perlu dibagikan kepada desa-desa lain yang masih dalam kategori desa berkembang dan tertinggal.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Desa maju diharapkan tidak melaju kencang sendirian. Kiat sukses memajukan desa perlu dibagikan kepada desa-desa lain yang masih dalam kategori desa berkembang dan tertinggal. Langkah itu mampu mempercepat pengurangan desa tertinggal.
Hal itu disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar seusai meresmikan Sanggar Inovasi Desa di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (5/1/2020).
”Kesuksesan yang sudah diraih desa maju menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil kebijakan di Kementerian Desa. Targetnya adalah efektivitas dan efisiensi percepatan pembangunan desa,” kata Halim.
Menurut Halim, desa maju merupakan teladan bagi desa lain yang masih tertinggal. Langkah dari desa maju mencapai kesuksesan diharapkan dapat ditiru oleh desa lain untuk ikut mengembangkan daerahnya. Pengembangan tersebut tidak harus dengan meniru sepenuhnya apa yang dilakukan oleh desa maju. Namun, bisa mengadopsi sejumlah aspek usaha yang selanjutnya disesuaikan dengan kearifan lokal dari setiap desa tertinggal.
Proses duplikasi keberhasilan itu diharapkan bisa terjadi melalui Sanggar Inovasi Desa yang diinisiasi oleh Desa Panggungharjo. Desa itu merupakan salah satu desa maju. Pada 2019, nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Panggungharjo mencapai Rp 4,9 miliar. Bahkan, desa itu juga disebut sebagai desa unicorn karena mampu menghasilkan pendapatan asli desa lebih dari Rp 1 miliar.
Desa Panggungharjo juga mendirikan badan usaha milik desa (BUMDes) untuk mendorong perkembangan perekonomiannya. Terdapat sejumlah unit usaha mulai dari pengelolaan sampah hingga jasa wisata. Badan usaha itu telah mampu menyumbangkan pendapatan asli desa sebesar Rp 200 juta setahun. Tahun 2020, sumbangan pendapatan asli desa dari badan usaha itu ditargetkan mencapai Rp 300 juta setahun.
”Program ini untuk lebih menstrukturkan pengalaman kami selama enam-tujuh tahun agar menjadi sebuah pengetahuan yang bisa direplikasi ataupun duplikasi di banyak tempat,” kata Lurah Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi tentang Sanggar Inovasi Desa.
Sanggar Inovasi Desa merupakan program pelatihan bagi penggerak desa yang baru dimulai tahun ini. Materi yang diberikan yaitu tata kelola pemerintahan, pengelolaan lembaga perekonomian, dan sistem informasi desa. Peserta angkatan pertama dari program tersebut berjumlah 20 orang. Mereka adalah para penggerak desa dari beberapa daerah, yakni Bengkulu, Bogor, Magelang, Cilacap, Tulungagung, Kediri, dan lain-lain.
Wahyudi menjelaskan, satu kali angkatan itu berlangsung selama dua pekan. Setiap angkatan paling banyak ada 30 peserta. Menurut rencana, program itu akan digelar setiap satu bulan sekali. Para peserta juga tidak dikenai biaya untuk mengikuti kelas tersebut. Mereka cukup membiayai akomodasi dan transportasi yang dibutuhkan untuk mengakses Desa Panggungharjo. Alasannya menggratiskan itu karena ingin mengajak desa-desa lain untuk maju bersama.
”Kalau mau lari cepat, kami bisa berlari sendiri. Tetapi, kalau mau bersama maju, kita harus lari bersama-sama. Desa maju pasti bisa mengungkit kemajuan bagi desa-desa lainnya,” kata Wahyudi.
Wahyudi menyatakan, materi tentang tata kelola pemerintah desa, perekonomian desa, hingga sistem informasi desa, tidak cukup dipelajari dalam waktu dua pekan. Ia mengharapkan, ke depan, terbentuk akademi komunitas desa sehingga ketiga hal itu dapat dipelajari dalam waktu setidaknya satu tahun. Menurut dia, porsi praktik yang lebih banyak dalam mempelajari hal tersebut membuat pengembangan desa semakin efektif.
Sementara itu, Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menginginkan agar Desa Panggungharjo bisa terus menyempurnakan posisinya sebagai desa teladan. Berbagai hal yang berhasil dikembangkan desa tersebut hendaknya dapat dibagikan kepada desa-desa lain guna mendorong perkembangan desa secara luas. Ia meyakini, jika desa saling bekerja sama agar menjadi desa maju, kemandirian desa itu pasti dapat diraih di masa mendatang.
”Desa ini harus bisa disempurnakan agar bisa dijadikan prototipe desa yang layak dijadikan obyek benchmarking atau studi tiru. Tidak hanya bagi desa-desa di Bantul, tetapi juga desa-desa lain di seluruh Indonesia,” ujar Abdul.