Kereta Api Layang Jadi Tulang Punggung Transportasi Kawasan
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyiapkan jalan layang kereta api sepanjang 10,8 kilometer di Medan menjadi tulang punggung transportasi kawasan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyiapkan jalan layang kereta api sepanjang 10,8 kilometer di Medan menjadi tulang punggung transportasi kawasan. Sejak beroperasi pada Desember 2019, jalan layang itu baru melayani kereta bandara. Angkutan antarmoda yang terintegrasi dengan kereta api layang harus segera disiapkan.
”Jalan layang kereta api ini kapasitasnya dua kali lipat LRT (kereta ringan). Karena itu, kami punya visi menjadikan jalan layang kereta api tulang punggung transportasi kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo,” kata Budi saat meninjau kereta api layang di Stasiun Medan, Sumatera Utara, Sabtu (4/1/2020).
Budi mengatakan, pembangunan jalan layang kereta api akan diteruskan ke arah Kota Binjai (barat) dan Belawan (utara). Pemerintah juga sedang mengkaji perpanjangan jalan layang kereta api ke arah selatan, yakni Deli Tua dan Pancur Batu di Kabupaten Deli Serdang.
Jalan layang kereta api ini kapasitasnya dua kali lipat LRT. (Budi Karya Sumadi)
Budi mengatakan, jika kereta api layang bisa menjadi tulang punggung transportasi yang efektif, pihaknya akan menyiapkan transportasi pengumpan dan antarmoda yang tepat, seperti LRT dan bus cepat (BRT).
”Saya harus terus terang, kereta bandara yang ada saat ini belum maksimal. Jangan sampai kita punya fasilitas mahal, tetapi tidak maksimal penggunaannya,” kata Budi menunjuk kereta bandara Medan-Kualanamu.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri menjelaskan, jalan layang kereta api itu menelan biaya Rp 2,86 triliun yang berasal dari dana APBN 2015-2019. Pembangunan itu termasuk modernisasi Stasiun Medan.
Jalan layang kereta api itu menelan biaya Rp 2,86 triliun yang berasal dari dana APBN 2015-2019. (Zulfikri)
Pihaknya juga mengalokasikan Rp 454,6 miliar untuk pembangunan jalur rel ganda sepanjang 22 kilometer, pembangunan Stasiun Aras Kabu, Stasiun Batang Kuis, dan Stasiun Bandar Khalipah.
”Proyek jalan layang kereta api dan jalur ganda ini memperpendek waktu tempuh, menambah frekuensi perjalanan, dan menghilangkan sembilan pelintasan sebidang di tengah Kota Medan,” kata Zulfikri.
Sebelumnya, waktu tempuh Medan-Bandara Kualanamu adalah 35 menit. Adapun Kualanamu-Medan 45 menit. Saat ini waktu tempuh perjalanan masing-masing hanya 28 menit. Frekuensi perjalanan kereta api bandara dari sebelumnya 42 perjalanan sehari meningkat menjadi 50 perjalanan.
”Kereta api yang melintas di sembilan pelintasan sebidang di Kota Medan pun menurun dari dari 70 kereta menjadi 28 kereta. Ini sangat membantu mengurangi kemacetan di Kota Medan,” katanya.
Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah mengatakan, pembangunan angkutan massal juga menjadi prioritas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Pihaknya pun fokus menyiapkan angkutan pemadu moda, yakni pembangunan LRT dan BRT. ”Pembangunan transportasi yang terpadu akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengatakan, salah satu jalur yang mendesak dibangun adalah pengaktifan kembali jalur kereta api ke arah selatan, yakni ke Deli Tua dan Pancur Batu. Jalur kereta api yang sudah dibangun sejak pemerintahan Hindia Belanda itu kini sudah mati dan digunakan warga sebagai pemukiman.
Akhyar mengatakan, kemacetan lalu- intas di pelintasan sebidang di Medan kini sudah berkurang jauh setelah pengoperasian jalan kereta api layang.