David Stern, mantan komisioner bola basket NBA, meninggal dalam usia 77 tahun, Kamis pagi. Mantan pengacara itu merupakan sosok di balik popularitas NBA tiga dekade terakhir.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
NEW YORK, KAMIS –Tanpa David Stern (77), mantan pengacara asal Amerika Serikat, bola basket NBA tidak akan sepopuler seperti dikenal dunia dewasa ini. Stern, yang berpulang pada Kamis (2/1/2020) akibat pendarahan otak, berjasa dalam mengorbitkan NBA ke level modern dan dikenal luas dunia pada era 1990-an.
Stern adalah mantan Komisioner NBA yang bertugas selama tiga dekade penuh, pada 1984-2014. Berkat sentuhannya, NBA—yang sempat tidak populer, bahkan di negara asalnya, AS—berkembang menjadi pertunjukkan global. Megabintang Michael Jordan merupakan salah satu ”produk” tenar NBA yang diciptakannya.
”Tanpa David Stern, NBA tidak akan dikenal seperti saat ini. Ia menuntun NBA melewati masa-masa sulit penuh turbulensi hingga berkembang menjadi fenomena global. Ia menciptakan peluang yang hanya segelintir orang mampu membayangkannya di masa lalu,” ujar Jordan mengenai mendiang Stern seperti dikutip dari laman resmi NBA, kemarin.
Stern, komisioner terlama dalam sejarah NBA, mengambil-alih waralaba olahraga itu pada Februari 1984. Ketika itu, baket NBA belum sepopuler olahraga favorit di AS lainnya seperti bisbol dan sepak bola Amerika. Bahkan, saat itu, tidak ada stasiun televisi nasional di negara itu yang mau menayangkan pertandingan olahraga itu secara langsung.
Olahraga kulit hitam
NBA ketika itu kerap diidentikkan sebagai olahraga kulit hitam dan masalah serius berupa ketergantungan terhadap narkoba. Terkait hal itu, Stern lantas melakukan sejumlah terobosan di antaranya melakukan tes narkoba terhadap para pemain, pembatasan gaji pemain, hingga pengenalan seragam unik, untuk mengangkat popularitas NBA.
Tidak ketinggalan, para pemain menjadi fokus perhatian Stern dalam membangun citra baru NBA. Ia membuat NBA lebih atraktif dengan barisan megabintang seperti Jordan, Magic Johnson, Shaqueille O’Neal, dan Kobe Bryant sebagai daya tarik utamanya.
Alhasil, pada akhir 1990-an, NBA memasuki era emasnya dan disaksikan 1 miliar penonton di 215 negara, termasuk Indonesia, per musimnya.
Tidak heran, O’Neal—legenda klub Orlando Magic dan LA Lakers yang kini berkarir sebagai aktor—menyebut Stern sebagai komisioner terbaik sepanjang sejarah NBA. Berkat sentuhannya, nilai pendapatan NBA pun naik hingga nyaris 50 kali lipat dalam tiga dekade, yaitu dari Rp 1,6 triliun menjadi Rp 76 triliun per musim.
NBA pun memasukkan nama Stern ke dalam barisan Hall of Fame bersama para legenda lain seperti Jordan dan Johnson setelah pensiun pada 2014. Stern, menurut Bob King, mantan ketua unit layanan NBA, bak membangun NBA dari sebuah pulau kecil menjadi benua raksasa seperti Amerika yang kita kenal saat ini.
”Seperti para legenda NBA lainnya, David memiliki talenta luar biasa. Namun, yang membedakan dari para legenda adalah hal-hal fundamental dalam dirinya, yaitu soal persiapan, perhatian pada detail, dan kerja keras,” ujar Adam Silver, Komisioner NBA yang menggantikan Stern. (AFP)