Longsor yang terjadi di sejumlah lokasi di Desa Sukajaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (1/1) menewaskan tujuh warga. Bencana ini juga menyebabkan lima desa lainnya terisolasi.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
Sore itu, di lokasi longsor, Acang (36) masih memegang cangkulnya. Dia baru beristirahat setelah seharian bersama sejumlah sukarelawan mencari dua anggota keluarga dan salah satu kerabatnya yang hilang tertimbun longsor.
Lelaki yang bekerja di salah satu perusahaan swasta itu juga sesekali membantu korban longsor lain yang tertatih-tatih menuju perumahan di lereng untuk mengambil harta benda tersisa, terutama baju dan selimut yang tak tertimbun longsor.
”Kami sudah cari dari kemarin, tetapi belum ketemu. Mereka yang masih hilang itu dua orang keluarga saya dan satu tetangga,” ucap Acang, Kamis (2/1/2019), di lokasi longsor di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kami sudah cari dari kemarin, tetapi belum ketemu.
Proses evakuasi berjalan sulit lantaran warga dan sukarelawan menggunakan peralatan seadanya, seperti cangkul, linggis, dan parang. Mereka juga harus ekstra hati-hati lantaran lumpur dapat ambles. Lumpur ini menutupi perumahan warga hingga mencapai ketinggian dua meter. Belum lagi ada potensi terjadi longsor susulan karena hujan masih terus mengguyur desa.
Desa Harkatjaya merupakan satu dari sedikitnya enam desa di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, yang terisolasi akibat longsor, Rabu (1/1).
Lapar dan kedinginan
Bencana di awal tahun 2020 itu menimbulkan penderitaan bagi masyarakat. Warga yang selamat sekarang bertahan dalam kondisi lapar, kedinginan, dan terancam sakit lantaran cadangan logistik yang terbatas. Sebagian dari mereka pasrah dan tak menjawab saat ditanya tentang ketersediaan bekal di hari esok.
Berdasarkan data sementara Posko Bencana Desa Harkatjaya, jumlah korban yang tertimbun longsor sebanyak 7 orang dan kediaman warga yang hilang sebanyak 11 rumah. Adapun korban luka dan rumah yang rusak diterjang longsor belum diketahui secara persis jumlahnya.
Dari tujuh orang yang tertimbun itu, hingga Kamis, baru empat orang yang ditemukan. Menurut Kepala Desa Harkatjaya, Soleh, akibat longsor, 1.245 warganya mengungsi ke balai desa, sekolah, dan keluarga terdekat yang rumahnya aman dari longsor.
Mereka bertahan di lokasi pengungsian tanpa membawa pakaian, bekal makanan, dan obat-obatan. ”Kemarin saya hanya minta warga menyelamatkan diri. Soal makanan dan minuman baru dapat dari mereka yang membantu. Hanya cukup untuk hari ini. Kalau besok, kami belum tahu,” ucap Soleh.
Di salah satu lokasi pengungsian, yakni Sekolah Dasar 03 Sukajaya, pengungsi tidur beralaskan tikar, di atas lantai ruang kelas yang sebagian berlumpur.
Kami tidak apa-apa, tetapi kasihan anak-anak.
Topik (40), salah satu pengungsi, mengaku, sejak mengungsi Rabu siang, dirinya baru mendapat bantuan makanan pada Kamis sore. Pengungsi membeli makanan dan minuman sendiri atau mendapat bantuan dari masyarakat sekitar.
”Kami ke sini hanya membawa pakaian di badan. Dari kemarin, yang ada uang bisa beli makan. Yang tidak punya uang dikasih makan oleh masyarakat sini,” ungkap Topik.
Warga di pengungsian juga tak memiliki selimut dan kekurangan obat-obatan. Fasilitas untuk mandi cuci kakus dan air bersih tidak tersedia.
Sejak longsor terjadi, pipa air yang mengalir ke desa mereka terputus. Keperluan listrik dipenuhi dari genset karena aliran listrik PLN terputus.
”Kami tidak apa-apa, tetapi kasihan anak-anak. Dari tadi malam banyak yang tidak bisa tidur karena dingin dan banyak nyamuk. Mereka butuh selimut, obat, dan kalau bisa juga ada popok,” ucap Siti Saropah (18), pengungsi asal Kampung Cibuluh.
Akses sulit
Akses jalan ke Desa Harkatjaya masih sulit dilalui meski sudah ada alat berat yang dikerahkan untuk mengeruk timbunan lumpur di dua titik yang menutup jalan ke desa itu. Kendaraan yang bisa melintas hanya sepeda motor, tetapi harus ekstra hati-hati karena jalan berlumpur dan licin.
Sejumlah anggota TNI membawa berbagai kebutuhan bahan pokok ke lokasi bencana dengan cara dipikul dan berjalan kaki sejauh sekitar lima kilometer. Hal ini mereka lakukan karena jalan menuju lokasi bencana tak bisa dilalui kendaraan.
Menurut anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, Aan Triana Al Muharom, selain Harkatjaya, longsor mengisolasi lima desa lain di Sukajaya, yakni Pasir Madang, Cisarua, Cileksa, Kiarapanda, dan Urug. Untuk mengakses desa-desa itu, orang harus naik turun gunung karena jalan penghubung antardesa tertutup longsor.
Yang mereka butuhkan adalah air bersih, pakaian layak pakai, obat-obatan, dan logistik lainnya.
Waktu tempuh dari Harkatjaya ke Desa Pasir Madang, misalnya, yang dalam kondisi normal hanya 15 menit dengan kendaraan bermotor, kini harus ditempuh dua jam jalan kaki.
Sejak longsor mengisolasi desa-desa itu, belum ada bantuan yang dikirim ke sana. Aan berharap Pemkab Bogor segera mengirimkan bantuan lantaran warga yang terdampak belum mendapat bantuan.
”Yang mereka butuhkan adalah air bersih, pakaian layak pakai, obat-obatan, dan logistik lainnya,” ujar Aan.
Sekretaris Kecamatan Sukajaya Ridwan mengatakan, petugas kecamatan masih memetakan lokasi longsor, mendata kerusakan, dan jumlah korban untuk dilaporkan kepada Pemkab Bogor agar segera ditindaklanjuti.