Pembangunan Rel Layang Dukung Penataan Kota Cirebon
Kementerian Perhubungan mencanangkan membangun rel layang di Kota Cirebon, Jawa Barat, yang terpadu dengan jalur kereta cepat Jakarta-Surabaya pada 2022.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Kementerian Perhubungan mencanangkan membangun rel layang di Kota Cirebon, Jawa Barat, yang terpadu dengan jalur kereta cepat Jakarta-Surabaya pada 2022. Infrastruktur tersebut dapat mendukung penataan kota yang saat ini mulai dilanda kemacetan.
Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati, Rabu (1/1/2020), mengatakan, keberadaan rel layang dapat mengantisipasi kemacetan di kota seluas 37 kilometer persegi itu. Selama ini, kemacetan kerap melanda sebelas pelintasan sebidang yang membentang dari daerah DR Wahidin Sudirohusodo, Kartini, dan Tentara Pelajar.
Apalagi, lebih dari 190 perjalanan kereta api melewati di Cirebon. Artinya, kereta api melintas setiap 7 menit setiap hari di sana. Di sisi lain, di sekitar daerah pelintasan sebidang tersebut berdiri rumah makan, hotel, dan mal.
”Kota ini enggak karuan kalau tidak ditata sedini mungkin. Kami mengapresiasi rencana Kemenhub membangun rel layang. Ini membutuhkan dana besar. Setiap 1 kilometer rel layang saja butuh Rp 500 miliar. Setidaknya, perlu total anggaran Rp 2,5 sampai Rp 3 triliun,” papar Eti.
Sebelumnya, saat mengunjungi Cirebon, Selasa (31/12/2019), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada awak media mengatakan, akan membangun rel layang yang dipadukan dengan jalur kereta cepat Jakarta-Surabaya. Kereta itu dapat memangkas waktu tempuh dari Cirebon-Jakarta sebelumnya 3 jam lebih menjadi hanya satu jam.
Kota ini enggak karuan kalau tidak ditata sedini mungkin. Kami mengapresiasi rencana Kemenhub membangun rel layang.
”Kami akan mulai 2022 (pembangunan rel layang) dan beroperasi 2026. Ini sekaligus (dengan kereta cepat). Sekarang kami akan kaji, termasuk feasibility study. Jadi, nanti tidak ada lagi kemacetan. Kalau saya enggak ke Cirebon, saya tidak tahu masalah soal ini,” kata Budi. Adapun rencana rel layang di Cirebon sepanjang 7 kilometer.
Eti menambahkan, kehadiran rel layang pada 2026 belum terlambat untuk menata Kota Cirebon. Setidaknya, pihaknya saat ini kembali mengkaji ulang tata ruang kota. Apalagi, Cirebon yang tidak memiliki wilayah pegunungan saat ini mengandalkan sektor pariwisata. Kemacetan dan sampah menjadi salah satu penilaian wisatawan.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Cirebon Yoyon Indrayana mengatakan, sejak 2016, pihaknya mengusulkan pembangunan rel layang di sepanjang 11 pelintasan sebidang di Cirebon. ”Kami sudah lama menunggu rel layang. Kalau ada, pelintasan sebidang aman dan kota enggak macet,” ucapnya.