Liburan Akhir Tahun, Seribuan Pendaki ke Gunung Kerinci
Seribu orang lebih pendaki berkunjung ke Gunung Kerinci di Kabupaten Kerinci, Jambi, selama libur akhir tahun. Jumlah pendaki diperkirakan terus bertambah hingga 2 Januari 2020.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
KERINCI, KOMPAS -- Seribu orang lebih pendaki berkunjung ke Gunung Kerinci di Kabupaten Kerinci, Jambi, selama libur akhir tahun. Jumlah pendaki diperkirakan terus bertambah hingga 2 Januari 2020. Prosedur keamanan dan keselamatan pendakian pun diperketat.
Kepala Seksi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Wilayah I Kabupaten Kerinci Nurhamidi, Senin (30/12/2019), menjelaskan, lonjakan jumlah pengunjung melalui Kabupaten Kerinci terjadi sejak 22 Desember 2019. Hingga 31 Desember 2019, menjelang Tahun Baru 2020, jumlah pendaki diperkirakan terus mengalami lonjakan.
"Sejak 22 Desember hingga 30 Desember pukul 11.00, jumlah pendaki ke Gunung Kerinci mencapai 1.175 orang," kata Nurhamidi di Pos Pendakian R10 Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kerinci.
Baca juga; Ditutup Empat Bulan, Pendakian Gunung Ciremai Akhirnya Dibuka Jelang Tahun Baru
Pantauan Kompas di Pos Pendakian R10 Kersik Tuo, Senin siang, para pendaki dari berbagai daerah, seperti Bengkulu, Sumatera Barat, Riau, dan Jambi, terus berdatangan. Sebagian ada yang hendak merayakan malam Tahun Baru, ada pula yang sekadar menghabiskan libur panjang akhir tahun.
Sementara itu, cuaca di Kersik Tuo sempat gerimis, Senin pagi, dan berangsur cerah pada siang hari. Namun, sebagian Gunung Kerinci tertutup kabut. Sementara itu, Minggu (29/12) kemarin, cuaca di Kersik Tuo relatif cerah hampir sepanjang hari.
Nurhamidi memperkirakan, jumlah pendaki di gunung tertinggi di Pulau Sumatera itu selama libur akhir tahun 2019 sama atau melebihi libur akhir tahun 2018. Pada Desember 2018, jumlah pendaki mencapai 1.300 orang.
Adapun Balai Besar TNKS mencatat, total jumlah pendaki tahun 2019 meningkat dibandingkan tahun 2018. Dari Januari hingga 30 Desember 2019 pukul 11.00, jumlah pendaki mencapai 8.070 orang. Sementara itu, jumlah pendaki tahun 2018 hanya 7.652 orang.
Diperketat
Menurut Nurhamidi, prosedur pendakian diperketat sejak tahun 2019, terlebih lagi sejak adanya kasus meninggalnya pendaki pada momen 17 Agustus lalu. Kebijakan ini untuk meningkatkan keamanan, keselamatan, dan kebersihan selama pendakian.
Beberapa hal yang diperketat antara lain dari segi kesehatan, kelengkapan logistik, dan kebersihan lingkungan. Pendaki diwajibkan menyerahkan surat keterangan berbadan sehat, memperlihatkan logistik yang dibawa, dan mengangkut kembali sampah selama di atas gunung.
"Kami mengimbau para pendaki memahami informasi dan persyaratan pendakian. Silakan cermati prosedur operasi standar pendakian serta kondisi cuaca dan karakteristik gunung," ujar Nurhamidi.
Para pendaki bisa mengurus surat keterangan berbadan sehat di otoritas kesehatan berwenang. Tempat pemeriksaan kesehatan terdekat dari Posko Pendakian 10 Kersik Tuo terdapat di Puskesmas Kersik Tuo. Untuk mengurusnya, pasien membayar Rp 18.000 untuk biaya administrasi.
Almonis, perawat Puskesmas Kersik Tuo, mengatakan, selama libur akhir tahun, puskesmas telah mengeluarkan sekitar 1.000 surat keterangan berbadan sehat. Sebagian besar yang mengurus adalah pendaki yang hendak ke Gunung Kerinci.
"Dalam beberapa hari terakhir, kami membuka layanan 24 jam. Pada jam kerja pukul 08.00-13.30, pasien dilayani di puskesmas. Di luar jam itu dan hari libur, bisa diurus di instalasi gawat darurat puskesmas," kata Almonis.
Dalam beberapa hari terakhir, kami membuka layanan 24 jam
Sejumlah hal yang dicek dalam pemeriksaan kesehatan antara lain tensi darah dan buta warna. Petugas juga menanyakan riwayat penyakit pasien dalam seminggu dan beberapa bulan terakhir.
Dengan adanya kebijakan ini, kata Almonis, puskesmas bisa mendeteksi dini pasien yang tidak sehat. Meskipun secara umum lolos, ada juga beberapa pasien yang tidak diberikan rekomendasi karena mengidap penyakit.
Salah satu contohnya, kata Almonis, ada pasien yang mengalami hipertensi. Pasien diberikan obat dan kemudian diwajibkan melakukan kontrol kembali sebelum mendaki. Puskesmas mencantumkan catatan itu di surat keterangan berbadan sehat yang diberikan.
Eprizon (27), pendaki asal Pekanbaru, Riau, mengaku tidak merasa keberatan dengan kebijakan ini. Ia pun mendukung persyaratan itu karena untuk kepentingan para pendaki juga.
"Ini untuk keselamatan diri juga, menjamin bahwa tubuh memang sehat. Kadang ada orang merasa sehat, tetapi kenyataannya tidak. Jika tidak fit risikonya besar," kata Eprizon.