Forum Komunikasi di Jawa Barat Diminta Deteksi Potensi Konflik di Media Sosial
Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Barat periode 2019-2024 dilantik di Gedung Sate, Bandung, Senin (30/12/2019). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta FKUB untuk lebih mengamati media sosial.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Keanekaragaman golongan membuat isu perbedaan menjadi tantangan dalam kehidupan bermasyarakat di Jawa Barat. Perkembangan teknologi informasi membuat sumber provokasi dapat ditemukan di media sosial sehingga deteksi dini dalam waktu singkat diperlukan agar potensi konflik bisa diredam.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam pelantikan pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Senin (30/12/2019) malam, menyampaikan, isu perbedaan itu mudah diperbesar karena warga cenderung hidup berkelompok sesuai dengan kesamaan. Masyarakat perlu diingatkan karena ujaran kebencian dan hasutan terhadap kelompok lain menjadi sumber provokasi dan berujung pada kerusuhan antargolongan.
Kamil melanjutkan, Jabar sebagai provinsi yang bersebelahan dengan ibu kota negara menjadikan daerah tersebut mendapatkan imbas dari kondisi politik nasional. Tidak hanya itu, provinsi ini tercatat memiliki jumlah warga negara yang mencapai lebih dari 50 juta jiwa sehingga interaksi antarmasyarakat menjadi lebih kompleks.
”Ini menjadi tantangan di masa depan. Kerusuhan itu datang dari hasutan, hasutan itu bersumber dari kebencian. Di Jabar, akan kita padamkan kebencian itu dengan memegang teguh Pancasila,” tuturnya.
Menurut Kamil, tantangan semakin kompleks dengan kemajuan teknologi komunikasi sehingga informasi dapat mudah tersebar, termasuk yang bermuatan negatif dan provokatif. Beberapa isu yang berpotensi konflik adalah masalah penafsiran dan terkait rumah ibadah.
”Isu mungkin tidak berubah, tetapi caranya berubah. Sebuah isu juga harus ditanggapi paling lama delapan jam sehingga kita harus cepat. Deteksi dini dibutuhkan, kalau perlu FKUB harus punya tim intelijen digital,” tuturnya.
Dalam pidato pelantikan pengurus FKUB periode 2019-2024 tersebut, Kamil merekomendasikan FKUB untuk lebih mengamati perkembangan isu antaragama di ranah media sosial. Di samping itu, media sosial juga diharapkan bisa menyebarluaskan kebaikan Pancasila dalam persatuan Indonesia.
Untuk menangkal hal tersebut, dia berharap FKUB sebagai wadah komunikasi antarumat bisa menangkal isu-isu tersebut dengan informasi positif yang menyejukkan hati. Forum ini juga harus bisa membuktikan Jabar adalah provinsi yang toleran.
”FKUB harus punya argumentasi terhadap indeks toleransi di masyarakat. Informasi positif, seperti kampung toleransi, kampung welas asih, dan lainnya harus diviralkan,” tuturnya.
FKUB harus punya argumentasi terhadap indeks toleransi di masyarakat. Informasi positif, seperti kampung toleransi, kampung welas asih, dan lainnya harus diviralkan. (Ridwan Kamil)
Ketua FKUB Jawa Barat periode 2019-2024 Rafani Akhyar menilai, kerukunan umat beragama Jawa Barat masih ideal. Buktinya, dalam perayaan Natal beberapa hari yang lalu berlangsung aman dan tertib.
Menjawab rekomendasi dari Gubernur, Rafani menyatakan pihaknya akan berupaya memantau arus informasi dari media sosial dan merespons potensi konflik dengan optimal. ”Kami akan berusaha dengan sumber daya yang terbatas. Kami akan berdayakan generasi muda agar ikut berkontribusi menjaga kondusivitas melalui komunikasi media sosial tersebut,” ujarnya.
FKDM
Di samping pelantikan FKUB, di saat yang bersamaan Gubernur juga mengukuhkan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM). Dalam momen tersebut, Kamil meminta FKDM untuk menjaga kondusivitas bermasyarakat di Jabar.
Dia menjelaskan, forum tersebut merupakan instruksi dari pemerintah pusat untuk mendeteksi kerawanan sosial serta potensi radikalisme dan terorisme. ”Saat ini kami telah memiliki instrumennya, dengan kolaborasi pemerintah dan masyarakat. Saya kita itu modal dasar dalam membangun Jabar juara lahir batin,” ujarnya.