Pengelola wisata, petugas kewilayahan, hingga para wisatawan perlu mewaspadai kawasan rawan bencana, terutama di lokasi wisata padat pengunjung, saat liburan Natal dan Tahun Baru.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebagian besar lokasi pariwisata di Jawa Barat berpotensi bencana hidrometeorologi pada musim hujan tahun ini. Pengelola wisata, petugas kewilayahan, hingga para wisatawan perlu mewaspadai kawasan rawan bencana, terutama di lokasi wisata padat pengunjung, saat liburan Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), seluruh wilayah Jawa Barat memasuki musim hujan. Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung Tony Agus Wijaya dalam diskusi Jabar Punya Informasi, di Gedung Sate, Bandung, Jumat (27/12/2019), menuturkan, pergantian tahun ini menjadi permulaan musim hujan yang merata di seantero Jabar.
Tony menjelaskan, curah hujan terkumpul di hari-hari tertentu dengan intensitas tinggi. Hal tersebut semakin menambah kerawanan bencana hidrometeorologi karena terkumpulnya air dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat mempercepat terjadinya pergeseran tanah dan banjir. Selain itu, kondisi pantai selatan berpotensi gelombang tinggi mencapai 2 meter.
Berdasarkan kondisi tersebut, Tony berharap petugas kewilayahan mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi, terutama di kawasan wisata. Pasalnya, daerah pariwisata di Jabar berada di lokasi rawan bencana, seperti daerah kemiringan tanah dan pinggir pantai. Namun, di sisi lain keindahan alam dan arena yang menarik membuat warga tetap mendatangi tempat-tempat tersebut.
”Potensi hujan terjadi dari siang ke sore. Kalau pagi biasanya aman dengan kondisi cerah berawan. Masyarakat harus peduli dengan kondisi sekitar. Khusus di daerah wisata, pengunjung diharapkan bisa mematuhi aturan evakuasi dari pengelola pariwisata,” tuturnya.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Budi Budiman menuturkan, hampir seluruh kawasan wisata di Jawa Barat memiliki potensi bencana. Beberapa kawasan yang mendapatkan perhatian khusus di antaranya kawasan dengan kemiringan tanah ekstrem, seperti daerah Lembang di Kabupaten Bandung Barat dan Ciwidey di Kabupaten Bandung. Daerah-daerah tersebut dipadati pengunjung saat liburan Natal dan Tahun Baru.
Selain itu, beberapa daerah pantai di Kabupaten Pangandaran, Garut, dan Sukabumi juga perlu mewaspadai potensi gerakan tanah. Kewaspadaan potensi bencana ini ada pada akses menuju lokasi wisata dengan kontur yang berbukit. Di pinggir pantai, prakiraan ombak pasang hingga awal tahun juga perlu diwaspadai dan warga diharapkan untuk menjaga keamanan diri dengan tidak berenang saat gelombang tinggi.
”Seluruh kawasan wisata di dataran yang miring diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan. Warga yang akan berlibur di daerah wisata di Jabar diminta untuk tetap mematuhi aturan yang dibuat oleh petugas dan pengelola,” ujarnya.
Perhatikan kapasitas
Kepala Seksi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Romlah menuturkan, kelebihan kapasitas dalam lokasi wisata memperbesar risiko saat terjadi bencana. Untuk mengurangi dampak tersebut, Romlah meminta pengelola destinasi wisata untuk menyesuaikan jumlah pengunjung dengan kapasitasnya.
”Kami berharap pengunjung tidak memaksakan bertumpuk di salah satu destinasi wisata saja. Silakan cari alternatif yang lain. Pengelola juga jangan aji mumpung. Kalau terjadi apa-apa, destinasi wisata itu juga yang akan rugi karena dianggap tidak baik mengelolanya. Yang penting, utamakan keselamatan,” tuturnya.