Inovasi dan kreativitas mutlak diperlukan agar mebel Jepara bisa bersaing dengan Thailand, Vietnam, dan Malaysia di pasar dunia.
Oleh
Aditya Putra Perdana
·2 menit baca
JEPARA, KOMPAS- Tantangan in dustri mebel di Indonesia, termasuk di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, semakin berat karena ketatnya persaingan dengan sejumlah negara lain di Asia Tenggara. Para pelaku industri pun perlu memacu inovasi dan kreativitas mebel serta tidak latah akan tren.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jepara Raya Masykur Zainuri mengatakan, puncak kejayaan mebel Jepara, termasuk di pasar ekspor, terjadi tahun 1998. Saat itu pelaku usaha industri mebel tidak terlalu banyak. Riset dan pengembangan belum dianggap penting.
Seiring waktu, sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia, terlibat dalam persaingan. ”Oleh karena itu, di era saat ini, inovasi, kreativitas, dan R&D (research and development) menjadi keharusan. Berbeda dari yang lain bisa menjadi satu tren baru yang akan meningkatkan nilai ekspor mebel kita,” ujarnya, Kamis (26/12/2019).
Industri mebel di Thailand, menurut dia, tidak terlalu besar. Namun, mereka memiliki kualitas desain serta riset dan pengembangan yang kuat. Sementara Vietnam kini menjadi negara yang kuat pada industri padat karya, hasil relokasi industri dari negara-negara Eropa dan China. Dukungan Pemerintah Vietnam juga dinilai memanjakan para investor sehingga terjadi lompatan signifikan pada nilai ekspor.
”Saat ini, level nilai ekspor Indonesia adalah 2 miliar dollar AS setahun, sedangkan Vietnam sudah mencapai 9-10 miliar dollar AS setahun. Namun, karena industri massal, ada dominasi industri-industri besar di Vietnam,” katanya.
Keunikan
Pemilik Jepara Asia Mas Furniture, Eri Agus Susanto (45), mengatakan, saat ini sulit bagi pengusaha jika hanya mengandalkan desain furnitur biasa. Terlebih bagi industri kecil menengah (IKM) yang akan kalah bersaing dengan industri-industri besar. Oleh karena itu, keunikan menjadi kunci untuk bisa bertahan. Misalnya, memadukan kayu dan resin, seperti yang ia lakukan.
Pelaku usaha mebel sekaligus pengasuh Sanggar Ukir Persing di Jepara, Rendra Setiawan (39), mengemukakan, inovasi seperti perpaduan kayu dan besi pada mebel juga dapat menjadi pilihan. ”Dengan mengikuti pasar, kita bisa bersaing. Tetapi, kembali lagi, ada pasar, maka ada persaingan. Karena itu, harus ada gaya sendiri,” katanya.
Menurut dia, pasar bagi industri mebel Jepara masih terbuka luas. Untuk itu, perlu dukungan dan koordinasi dari lintas sektor. Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jepara Abas, mengakui, dalam rencana daerah 2017-2022, penguatan industri di Jepara belum terfokus. Mulai 2022, berdasarkan hasil kajian, pihaknya akan fokus pada empat hal, yakni mebel, kayu, kain troso, batik, dan produk makanan.