Dalam pernyataan bersama disebutkan, nilai perdagangan antara tiga negara itu mencapai 720 miliar dollar AS pada 2018. Ketiga negara itu berkomitmen akan mempercepat proses negosiasi kesepakatan perdagangan trilateral.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
CHENGDU, RABU -- Tiga negara raksasa ekonomi di Asia Timur memperkuat kemitraan ekonomi di antara mereka. China menawarkan inisiatif infrastruktur struktur jaringan kereta penghubung China-Korea Selatan-Eropa kepada Korsel. Dengan Jepang, China menyodorkan kerja sama memperluas industri jasa di negara ketiga.
Perdana Menteri China Li Keqiang, Rabu (25/12/2019), menekankan pentingnya ikatan perdagangan China dengan Jepang dan Korsel. Volume perdagangan China bisa besar, kata Li, berkat upaya bersama dalam melindungi stabilitas dan perdamaian di kawasan regional.
Dalam pernyataan bersama ketiga negara itu disebutkan, nilai perdagangan di antara ketiga negara itu mencapai 720 miliar dollar AS pada 2018. Ketiga negara itu juga berkomitmen akan mempercepat proses negosiasi kesepakatan perdagangan bebas trilateral. Hal ini untuk mewujudkan lingkungan investasi dan perdagangan yang stabil, transparan, bebas, adil, dan tidak diskriminatif.
Di sela-sela pertemuan utama, Li secara terpisah bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Korsel Moon Jae-in. Sejumlah isu yang dibahas terkait kerja sama ekonomi. Namun, isu keamanan kawasan tetap mendominasi. Dalam pertemuan bilateral itu, Abe terang-terangan menyatakan, hubungan bilateral antara Jepang dan China tak akan betul-betul membaik jika situasi di Laut China Selatan labil.
Pakar politik China di Osaka University, Haruko Satoh, menjelaskan, upaya China bertemu dengan dua raksasa ekonomi itu merupakan indikasi keinginan China untuk bersikap lebih terbuka. ”Sebagai negara dengan kekuatan besar di Asia, China mau menunjukkan kemampuan diplomasinya dengan menghadirkan pemimpin Jepang dan Korsel di satu meja,” ujarnya.
Diplomasi
Peran China dalam diplomasi juga dinilai bisa membantu mengalihkan perhatian dunia terhadap isu domestiknya, termasuk protes kelompok pro-demokrasi di Hong Kong. Salah satu masalah yang ditangani China adalah perlucutan nuklir dan perdamaian di Semenanjung Korea.
Dalam kesempatan terpisah, saat bertemu Presiden China Xi Jinping, Moon Jae-in dan Abe menekankan bahwa ketiga negara sama-sama bertanggung jawab atas stabilitas keamanan, perdamaian, dan kesejahteraan kawasan. ”Penting bagi China, Korsel, dan Jepang menunjukkan sikap dan pendirian yang sama ketika berhadapan dengan Korea Utara,” kata Yun Duk-min, mantan Presiden Akademi Diplomatik Nasional Korea.
Sebelum meninggalkan China, Abe menyatakan, hubungan Jepang dan Korsel tetap belum membaik. Namun, mempertimbangkan faktor keamanan Asia Timur, Jepang harus bisa menjaga hubungan yang baik dengan Korsel, terutama jika hendak menyelesaikan isu Korut. Pengamat menilai, tidak mudah memperbaiki dan menyatukan Jepang dan Korsel mengingat keduanya dibayangi dosa masa lalu penjajahan Jepang ke Korsel selama 35 tahun (sejak 1910 hingga 1945).
Abe dan Moon belum pernah bertemu secara langsung dalam lebih dari satu tahun terakhir. Di akhir pertemuan, keduanya sepakat akan lebih sering bertemu untuk membahas isu perdagangan dan keamanan. ”Kedua belah pihak sudah sepakat akan segera menyelesaikan persoalan yang selama ini menggantung melalui dialog,” kata juru bicara Moon, Ko Min-jung.