Pecah Ban Sebabkan Kecelakan Beruntun di Tol Medan-Tebing Tinggi, Dua Tewas
Kecelakaan beruntun yang terjadi di Tol Medan-Tebing Tinggi, tepatnya di Desa Karang Anyar, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, disebabkan ban kendaraan yang pecah. Dua orang tewas dalam kejadian itu.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kecelakaan beruntun yang terjadi di Tol Medan-Tebing Tinggi, KM 57, tepatnya di Desa Karang Anyar, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, disebabkan oleh ban kendaraan yang pecah. Kecelakaan membuat enam mobil bertabrakan dalam dua peristiwa. Dua orang tewas dan lima orang terluka.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Serdang Bedagai Ajung Komisaris Agung Basuni, Kamis (26/12/2019) mengatakan, kecelakaan terjadi pada Rabu (25/12/2019) sekitar pukul 19.30. Kemacetan sempat terjadi sepanjang sekitar 1 kilometer, tetapi segera terurai setelah tim gabungan dari Tol Medan Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT), Polres Serdang Bedagai, dan Basarnas bekerja cepat.
Kecelakaan bermula saat minibus bak terbuka L 300 dengan nomor polisi BK 9008 CM yang dikemudikan Putut Edy Muliono (57) melaju di tol dari arah Kota Medan. Kendaraan yang mengangkut kaca itu tiba-tiba pecah ban saat berada di jalan tol di Desa Karang Anyar, Perbaungan. Minibus menabrak pembatas jalan lalu terbalik.
Saat itu di belakang minibus melaju dengan kecepatan tinggi mobil Innova BK 1027 AC yang dikendarai Imam Agus Suselo. Diduga Imam tidak bisa mengontrol laju kendaraan sehingga menghantam mobil L300 yang terbalik itu.
Di belakang Innova, melaju Avanza BK 1411 VE yang dikemudikan M Yusuf (38), warga Kisaran. Avanza yang melaju itu lalu menabrak Innova.
Kecelakaan beruntun itu membuat Putut, warga Jalan Karya, Medan, meninggal di tempat. Sementara dua penumpang L 300 lainnya, yakni Amri (40), warga Jalan Brigjen Katamso, dan M Usman (40), warga Serang Jaya, Kabupaten Langkat, luka ringan.
Imam yang menabrak mobil L 300 dari belakang meninggal saat dalam perjalanan ke Rumah Sakit Trianda, Serdang Bedagai. Dua penumpang Innova lainnya, yakni Ester Pangribuan (32), warga Sunggal, Medan, mengalami patah tulang tangan kiri, dan Anggraini (23), warga Jalan Seroja, Medan, mengalami luka lecet.
Sementara M Yusuf tidak terluka. Ada tiga penumpang di mobil Avanza, yakni Misliati (39), Nuri Jannaturrahmani (14), dan M Raffi Fairuz (13). Nuri luka-luka lecet, sementara Misliati dan Raffi tidak terluka.
Setelah kejadian itu, perjalanan di tol tersendat. Sebuah mobil ambulans BK 1006 QA yang membawa jenazah mengambil jalur kiri dari lokasi kecelakaan, beriringan dengan mobil Innova tanpa pelat nomor yang mengangkut keluarga jenazah di ambulans. Dalam laju yang lambat, dua kendaraan itu tiba-tiba diseruduk Bus Sentosa BK 7504 LC.
”Semua kendaraan ringsek,” kata Agung. Namun, tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan kedua. Semua korban pada peristiwa pertama dievakuasi ke RS Trianda, Serdang Bedagai. Adapun jenazah di ambulans segera dipindahkan ke mobil lain.
Agung mengatakan, Tol Medan-Tebing Tinggi merupakan hal yang baru di Sumatera Utara sehingga banyak pengguna belum memahami karakter jalan tol ini. Kecelakaan yang kerap terjadi di tol disebabkan kendaraan tidak dipersiapkan dengan baik selain pengemudi yang tidak menaati aturan di jalan tol.
Untuk masuk tol, ban, ketersediaan bahan bakar, mesin, dan rem harus dicek dalam keadaan baik. Selain itu, pengendara juga perlu menaati batas maksimum laju kendaraan dan jalur lambat tidak untuk mendahului. ”Kecelakaan di tol biasanya membuat kendaraan remuk parah meski bisa jadi pengemudi tidak terluka,” kata Agung.
Agung mengatakan tol kini bukan merupakan jalan beraspal, tetapi jalan cor beton. Jalan model cor beton membuat ban kendaraan cepat tipis dibandingkan dengan jalan aspal sehingga kelayakan ban harus diperhatikan.
Saat apel pengamanan Natal dan Tahun Baru, Kapolda Sumut Irjen Martuani Sormin mengatakan, salah satu yang diwaspadai dalam pengamanan Natal dan Tahun Baru adalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas, termasuk di jalan tol.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengatakan, kecelakaan akibat pecah ban, tabrak belakang di jalan tol belum bisa dihindari dan menjadi penyebab kecelakaan di jalan tol. Faktor kondisi jalan yang nyaman membuat pengendara cenderung berkendara dengan kecepatan tinggi.
Oleh karena itu, kata Djoko, masyarakat harus diedukasi tentang tata cara dan etika berlalu lintas di jalan tol. Jalan tol memiliki karakter berbeda dengan jalan nontol. Regulator dan operator harus secara bersama terus-menerus mengedukasi masyarakat. Batas kecepatan hendaknya dapat diterapkan di seluruh ruas jalan tol. Hal ini masih kurang dilakukan selama ini.