Di tengah kecelakaan bus yang menewaskan 35 orang di Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, bus tidak laik jalan masih ditemukan di Cirebon, Jawa Barat.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Di tengah kecelakaan bus yang menewaskan 35 orang di Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, bus tidak laik jalan masih ditemukan di Cirebon, Jawa Barat. Pemeriksaan kendaraan dan kesehatan awak bus pun terus dilakukan untuk menjamin keselamatan calon penumpang angkutan Natal dan Tahun Baru.
Pemeriksaan kelengkapan dokumen dan teknis kendaraan antara lain dilakukan di Terminal Harjamukti, Kota Cirebon, Kamis (26/12/2019). Tim penguji kendaraan mengecek rem, alat pemadam api ringan, tekanan angin ban, hingga lampu bus. Hasilnya, sebuah bus ditemukan kekurangan sabuk pengaman, wiper, tidak punya pemecah kaca, dan klakson yang rusak.
Kami minta perusahaan otobus bersangkutan untuk memperbaiki kendaraannya dulu. Kalau sudah bagus, boleh jalan.
”Kami minta perusahaan otobus bersangkutan untuk memperbaiki kendaraannya dulu. Kalau sudah bagus, boleh jalan. Ini untuk keselamatan penumpang. Apalagi, baru-baru ini ada kecelakaan bus di Pagar Alam,” kata Deden Hidayat, penguji kendaraan bermotor Terminal Harjamukti.
Sebelumnya, Senin (23/12/2019) malam, bus Sriwijaya jurusan Bengkulu-Palembang yang mengangkut 48 penumpang terjun ke jurang sedalam lebih dari 75 meter di Sungai Lematang, Kota Pagar Alam. Sebanyak 35 penumpang tewas. Kendaraan itu sudah berusia 20 tahun (Kompas, 26/12/2019).
Untuk itu, kata Deden, pihaknya rutin mengecek bus yang akan beroperasi. Sebelum jalan, bus harus melalui sejumlah pos pemeriksaan kelengkapan dokumen kendaraan hingga teknis kendaraan oleh tiga penguji. Setiap hari, sekitar 130 bus masuk ke Terminal Harjamukti, atau bertambah 5 persen dibandingkan dengan hari biasa.
Dalam sepekan terakhir, sebanyak 15 sampai 20 bus yang diperiksa dinyatakan tidak laik jalan. ”Bus itu kami kembalikan ke PO (perusahaan otobus) untuk diperbaiki. Setiap hari dilakukan pengujian kendaraan. Meskipun tidak ada stiker kendaraan laik jalan, kami pastikan semua bus diperiksa,” ucapnya.
Selain pengecekan kendaraan, Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon bersama polisi, TNI, dan Dinas Kesehatan Kota Cirebon juga memeriksa kesehatan awak bus. Para sopir dan kernet menjalani pemeriksaan gula darah, tensi, tes alkohol, dan tes urine. Lebih dari 50 orang mengikuti tes itu.
”Sampai saat ini, kami belum menemukan orang yang terindikasi mengonsumsi narkoba. Jadi, hasil tesnya negatif,” kata Kepala BNN Kota Cirebon Yayat Satyanagara. Pihaknya berjanji, pemeriksaan kesehatan awak bus akan dilakukan di semua perusahaan otobus di Cirebon.
Menurut dia, sopir yang mengonsumsi narkoba bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. ”Pandangan dia melihat suatu titik tidak seperti yang kita lihat. Kendaraan atau orang yang dia lihat serasa masih jauh, padahal sudah ditabrak,” tutur Yayat. Sejauh ini, pihaknya belum menemukan kasus sopir mengonsumsi narkoba.
Ali Sobikhi (36), sopir bus Alvin Jaya, mengatakan, sopir membutuhkan pemeriksaan kesehatan karena aktivitas yang meningkat saat libur Natal dan Tahun Baru seperti sekarang. ”Sekarang, saya kerja tiga hari, libur dua hari. Sebelumnya, libur tiga hari. Kalau di PO, pemeriksaan kesehatan hanya saat ada keluhan,” ujar Ali, yang mengendarai bus sekitar 12 jam setiap hari.
Kepala Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Besar Roland Ronaldy mengatakan, pihaknya akan memberikan peringatan kepada awak bus yang tidak memenuhi kelaikan kendaraan. ”Salah satu penyebab kecelakaan adalah kendaraan, selain pengemudi dan lingkungan,” ujarnya.