Hingga Rabu (25/12/2019) petang, tim SAR gabungan sudah mengevakuasi 48 korban kecelakaan Bus Sriwijaya BD 7031 AU yang jatuh di Sungai Lematang, Kota Pagar Alam, Sumsel. Sebanyak 35 di antaranya meninggal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PAGAR ALAM, KOMPAS — Hingga Rabu (25/12/2019) petang, tim SAR gabungan sudah mengevakuasi 48 korban kecelakaan Bus Sriwijaya BD 7031 AU yang jatuh di Sungai Lematang, Kota Pagar Alam, Sumsel. Sebanyak 35 di antaranya meninggal.
Jumlah korban yang ditemukan itu sesuai dengan jumlah penumpang hilang yang dilaporkan keluarga korban. Dengan demikian, pencarian korban dihentikan dan dilanjutkan dengan pemantauan.
Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Palembang Benteng Telaumbanua mengatakan, sejak pencarian dibuka pada Selasa (24/12/2019), tim SAR gabungan yang berjumlah 315 orang telah mengevakuasi 13 korban selamat dan 28 korban tewas pada Selasa. Adapun 7 korban tewas ditemukan pada Rabu. Dengan demikian, total korban yang dievakuasi 48 orang, terdiri dari 13 korban selamat dan 35 orang tewas.
Tujuh korban tewas yang ditemukan pada Rabu berjenis kelamin perempuan. Korban terakhir ditemukan pada pukul 16.41. ”Jumlah ini sesuai dengan jumlah laporan korban hilang yang disampaikan keluarga korban,” katanya.
Benteng mengatakan, 34 korban tewas berada di sekitar bus, sedangkan satu jenazah hanyut sekitar 500 meter dari titik jatuhnya bus. ”Semua korban sudah teridentifikasi,” katanya.
Semua korban sudah teridentifikasi. (Benteng Telaumbanua)
Sejak kecelakaan terjadi pada Senin (23/12/2019) menjelang tengah malam, tim SAR gabungan yang terdiri dari instansi terkait dan masyarakat setempat bahu-membahu mencari korban. Selain mengevakuasi korban selamat, mereka menggeser dan membalikkan posisi bus untuk mencari jasad korban yang terjebak di dasar sungai.
Tim juga membuat pagar betis dengan berpegangan pada tambang untuk mencegah adanya jenazah yang hanyut terbawa derasnya air sungai. Selain berarus deras, sungai juga dalam. Tim juga menerjunkan 10 penyelam untuk mencari korban yang terjebak di dasar Sungai Lematang yang kedalamannya mencapai 4 meter.
Karena 48 korban sudah ditemukan, pencarian korban kecelakaan Bus Sriwijaya dihentikan sementara. ”Selanjutnya, kami melakukan pemantauan. Pencarian baru akan dilakukan jika ada laporan kehilangan,” ungkap Benteng.
Wakil Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Haryo Satmiko mengungkapkan, dari hasil pengumpulan informasi ditemukan fakta bahwa bus melaju dalam kecepatan tinggi sebelum jatuh ke jurang. Padahal, kondisi jalan sangat menikung dan curam. Lingkungannya sangat gelap di malam hari.
Ada kemungkinan, Feri Afrizal, pengemudi Bus Sriwijaya, belum memahami rute ini. Biasanya, dia melewati jalur Bengkulu-Kotabumi dan tidak melewati jalur tikungan Lematang. Namun, ujar Haryo, informasi tersebut akan terus dianalisis dengan meminta keterangan dari pihak perusahaan.
Terkait kondisi kendaraan, Haryo mengatakan, kendaraan masih laik beroperasi karena uji KIR masih berlaku. ”Walau demikian, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karena usia kendaraan sudah 20 tahun,” ucapnya.
Saat ini tim KNKT juga mencari sejumlah barang bukti untuk memperkuat informasi yang sudah dikumpulkan. Dua alat bukti yang dicari adalah pecahan kaca dan persneling Bus Sriwijaya. Hasil analisis temuan bukti-bukti itu akan dituangkan sebagai rekomendasi ke sejumlah instansi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Kepala Kepolisian Resor Pagar Alam Ajun Komisaris Dolly Gumara menuturkan, walau semua korban sudah ditemukan, penyelidikan terkait kecelakaan Bus Sriwijaya masih terus berlanjut. Dari hasil penyelidikan sementara diketahui, sebelum jatuh ke jurang, bus ini sudah mengalami dua kali kecelakaan.
Kecelakaan pertama terjadi di Kepahiang, Bengkulu. Bus ditabrak minibus. Adapun di kecelakaan kedua, bus masuk ke parit di Pendopo, Kabupaten Empat Lawang.
Sebelum jatuh ke jurang Lematang, bus juga melaju dengan kecepatan tinggi. Penyelidikan lanjutan akan dilakukan. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk KNKT, untuk menyelidiki kasus ini.
Berikut nama tujuh korban meninggal yang dievakuasi pada Rabu (25/12/2019):
Asiah (65), warga Sekip Flamboyan, Kota Bengkulu
Indah Putri Utami, (11), Pematang Gubernur, Kota Bengkulu
Hesti Nur Mayati, (30), Margo Mulyo, Bengkulu Tengah
Naila (10), Desa Rena Pahang, Kecamatan Ulu Musi, Empat Lawang
Intan Purnama Sari (19), Muara Enim
Fitri Afriyanti/Kiki (49), Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami, Palembang
Yuliana (56), Inggano, Kelurahan Pasar Bengkulu, Kecamatan Sungai Serut