2020 akan menjadi tahun pembuktian bagi PB PASI untuk meloloskan lebih banyak atletnya ke Olimpiade Tokyo 2020. Saat ini baru Lalu Muhammad Zohri yang lolos. Program pembinaan akan terfokus dan intensif.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
Ā·5 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sprinter andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, saat berlatih di pelatnas atletik PB PASI di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Jumat (26/7/2019). Zohri masih menjadi satu-satunya atlet atletik nasional yang sudah lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
Wajah prestasi atletik Indonesia yang dibidani Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia terbantu oleh rentetan hasil fenomenal sprinter Lalu Muhammad Zohri di sepanjang 2019. Pelari berusia 19 tahun itu membuat rekor sebagai pelari tercepat Asia Tenggara dengan waktu 10,03 detik dan lolos otomatis ke Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, tantangan belum selesai di situ. Tahun 2020 akan menjadi pembuktian sesungguhnya proses pembinaan atletik Indonesia. PB PASI patut membuktikan bisa meloloskan atlet-atlet selain Zohri ke Olimpiade 2020.
Zohri memang menjadi fenomena yang mengangkat derajat prestasi dan citra atletik Indonesia di panggung dunia. Ia membuktikan, atlet Indonesia bisa kompetitif di nomor lari jarak pendek yang selama ini dikuasai pelari asal Jamaika ataupun Amerika Serikat.
Setelah menjuarai nomor 100 meter Kejuaraan Dunia U-20 2018 di Finlandia dengan waktu 10,18 detik, Zohri meraih perak Kejuaraan Asia 2019 di Qatar dengan waktu 10,13 detik. Saat itu, pelari asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, itu dua kali memecahkan rekor nasional 100 meter.
Pertama, dia memecahkan rekor milik Suryo Agung Wibowo, dengan waktu 10,17 detik yang dicetak pada SEA Games Myanmar 2009, dengan catatan 10,15 detik di semifinal. Zohri kemudian mempertajam rekornas 100 meter itu di final dengan waktu 10,13 detik
Zohri belum berhenti. Ia mempertajam lagi rekornas itu menjadi 10,03 detik ketika meraih perunggu 100 meter pada Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang. Waktu itu, Zohri bersaing dengan para pelari dunia, seperti sprinter AS, Justin Gatlin, yang meraih emas, dan pelari Jepang, Yoshihide Kiryu, yang merebut perak.
HUMAS PB PASI
Hasil final nomor lari 100 meter putra pada Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang. Sprinter Indonesia Lalu Muhammad Zohri menempati posisi ketiga dengan waktu 10,03 detik. Catatan waktu ini memecahkan rekor nasional atas namanya sendiri (10,13 detik) dan memastikan dirinya lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
Capaian itu membuat Zohri lolos ke Olimpiade 2020 yang menetapkan limit waktu 10,05 detik di nomor 100 meter. Setelah pelari legendaris Mardi Lestari yang sempat lolos semifinal lari 100 meter Olimpiade Seoul 1988, belum ada lagi pelari Indonesia yang lolos ke Olimpiade karena memenuhi syarat kualifikasi, bukan karena mendapat wild card.
āIni adalah momentum kita untuk mengangkat prestasi atletik Indonesia. Dengan prestasi Zohri, sekarang banyak atlet muda yang mau menjadi pelari. Sejumlah pemerintah daerah juga gencar mencari pelari potensial. Kami pun harus mengoptimalkan itu agar bisa melahirkan 10-20 Zohri baru lain,ā ujar Ketua Umum PB PASI Bob Hasan yang ditemui beberapa waktu lalu.
Pembuktian
Namun, hasil yang dicapai Zohri juga cenderung karena faktor bakat besar pelari kelahiran 1 Juli 2000 tersebut. Sejak ditarik ke pelatnas pada akhir 2017, Zohri memiliki modal catatan waktu terbaik sekitar 10,30 detik. Sekitar setengah tahun kemudian, catatan waktu terbaiknya melonjak tajam menjadi 10,18 detik. Kurang dari setahun, Zohri membukukan waktu 10,03 detik.
Sejauh ini, belum ada pelari pelatnas lain yang bisa menyamai prestasi Zohri walaupun mereka mendapatkan program dan waktu pembinaan yang relatif sama. Pada SEA Games 2019 di Filipina, misalnya, tidak ada pelari pengganti Zohri di nomor 100 meter yang bisa menyamai catatan waktunya. Mereka pun gagal memberikan kejutan berupa raihan medali.
Pelari Mochammad Bisma Diwa (24) hanya finis keenam pada final 100 meter dengan waktu 10,73 detik. Pelari muda Adith Rico Pradana finis ketujuh dengan 10,75 detik.
KOMPAS/Adrian Fajriansyah
Aksi pelari gawang andalan Indonesia Emilia Nova (kedua kiri) dalam final lari gawang 100 meter putri SEA Games 2019 di Stadion Atletik, New Clark City, Filipina, Senin (9/12/2019). Emilia meraih emas dengan catatan waktu 13,61 detik. Pada 2020 dia akan fokus memulihkancedera tumitnya, kemudian berjuang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
Sementara itu, tim estafet 4 x 100 meter tak berdaya. Tim itu masih sangat bergantung kepada Zohri. Namun, dalam estafet, Zohri membutuhkan rekan setim yang setara untuk bisa menajamkan waktu dan bersaing di level tinggi.
Karena itulah, catatan waktu mereka belum melampaui tim peraih perak Asian Games 2018 dengan waktu 38,77 detik. Bahkan, saat tanpa Zohri, catatan waktu tim melorot. Terbukti pada SEA Games 2019, tim estafet 4 x 100 meter gagal meraih medali. Mereka finis keempat dengan waktu 40,12 detik.
Kondisi ini menipiskan peluang tim estafet 4 x 100 meter masuk peringkat ke-16 dunia dan lolos Olimpiade 2020.
Sejumlah fakta itu menguatkan betapa efek Zohri sangat kental dalam capaian prestasi atletik di nomor sprint. Bahkan, citra PB PASI dinilai terbantu oleh bakat besar Zohri. Itulah mengapa PB PASI perlu membuktikan bahwa program pembinaan juga krusial dalam mengasah bakat atlet.
Pembuktian paling elegan adalah dengan meloloskan lebih banyak atlet ke Olimpiade Tokyo. Sejauh ini, baru ada dua atlet elite PB PASI yang berpeluang menyusul Zohri ke Olimpiade, yaitu pelari gawang putri Emilia Nova dan pelompat jauh Sapwaturrahman.
Namun, rekor personal keduanya masih jauh dari syarat lolos Olimpiade. Emilia punya catatan waktu terbaik 13,33 detik ketika meraih perak Asian Games 2018. Namun, pada 2019, catatan waktu terbaiknya adalah 13,59 detik ketika meraih emas di Malaysia Terbuka 2019. Saat meraih emas SEA Games 2019, waktunya hanya 13,61 detik. Adapun batas waktu untuk lolos Olimpiade 2020 adalah 12,84 detik.
KOMPAS/Adrian Fajriansyah
Aksi pelompat jauh Indonesia Sapwaturrahman dalam final lompat jauh putra SEA Games 2019 di Stadion Atletik, New Clark City, Filipina, Sabtu (7/12/2019). Sapwaturrahman berhasil meraih emas setelah lompatan keempatnya sejauh 8,03 meter tidak mampu dilampaui oleh delapan peserta lain. Ini adalah emas pertama Sapwaturrahman di ajang SEA Games setelah tanpa medali di tiga SEA Games sebelumnya.
Sapwaturrahman dalam situasi serupa, dengan lompatan terbaik 8,09 meter ketika meraih perunggu Asian Games 2018. Pada 2019, dia kesulitan untuk mencapai puncak performa dan catatan terbaik musim ini 8,03 meter saat meraih emas SEA Games 2019. Sementara batas lompatan untuk lolos Olimpiade Tokyo adalah 8,22 meter.
Sapwaturrahman bertekad untuk langsung berlatih keras sejak awal 2020. Ia berusaha secepatnya untuk mengejar batas lompatan ke Olimpiade Tokyo. āTidak ada yang tidak mungkin. Saya dan pelatih saya (Arya Yuniawan Purwoko) akan mencari teknik yang tepat agar saya bisa meningkatkan kemampuan lompatan,ā ujar atlet asal Sumbawa, NTB, tersebut.
Komitmen PB PASI
Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung menuturkan, pada 2020, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan atlet-atlet yang diproyeksi tampil di Olimpiade. Zohri akan lebih rutin mengikuti sejumlah kejuaraan internasional supaya bisa kompetitif di Olimpiade.
Berkaca dari hasil Kejuaraan Dunia 2019 di Qatar, Zohri hanya finis di peringkat keenam babak penyisihan keenam dengan waktu 10,36 detik. Hasil itu membuatnya tidak lolos ke babak semifinal.
āTak bisa dimungkiri, Zohri kalah pengalaman dan mental di Kejuaraan Dunia 2019. Apalagi, lawan-lawannya adalah pelari dunia, seperti pelari AS, Christian Coleman, dan pelari Jepang, Abdul Hakim Sani Brown. Jadi, menjelang Olimpiade, kami perlu meningkatkan jam terbang Zohri dengan mengirimnya ke sejumlah kejuaraan, terutama di Eropa,ā kata Tigor.
Di luar itu, PB PASI juga akan mendorong Emilia dan Sapwaturrahman agar bisa lolos ke Olimpiade. Walaupun berat, itu bukannya tak mungkin. Caranya masih akan direncanakan, bisa dengan lebih sering mengirim kedua atlet itu ikut kejuaraan internasional ataupun melakukan pemusatan latihan di luar negeri.
āKami tentu juga berusaha agar ada lebih banyak atlet yang bisa lolos ke Olimpiade 2020, terutama Emilia dan Sapwaturrahman. Selain Zohri, mereka berdua yang masih ada harapan lolos,ā kata manajer pelatnas PB PASI Mustara Musa.